Ada hal yang cukup mengganggu saya dalam 4 tahun belakangan, jumlah startup Indonesia bertumbuh sangat pesat dan memproduksi ratusan perusahaan berbasis konsumen setiap tahun, tetapi hampir tidak ada dari mereka ini yang mencapai satu juta pengguna. Paling banter mencapai ratusan ribu pengguna, namun tetap tidak sampai satu juta. Mengapa hal ini terjadi? Apakah belum ada yang bisa memecahkan kode untuk mencapainya?
Kebanyakan startup yang saya temui selalu berfikir bahwa mereka harus fokus pada pemecahan masalah, membangun produk yang hebat dan mendapatkan uang dari produk tersebut. Apa yang tidak dipikirkan oleh banyak orang adalah fakta bahwa mereka membutuhkan pengguna dari produk yang mereka hasilkan. Bagaimana mengajak orang untuk mendaftarkan diri mereka ke situs Anda dan menjadi anggota layanan Anda dan mendapatkan banyak keuntungan darinya. Persoalannya, tidak cukup banyak platform lokal yang bisa membantu anda mencapai satu juta pengguna.
Mari kita telusuri.
Untuk situs skala global (dengan asumsi Anda memiliki produk berkualitas dunia) Anda bisa menggunakan Twitter atau Facebook sebagai platform untuk menumbuhkan basis pengguna Anda. Tetapi di Indonesia, kita tidak memiliki platform seperti ini dalam jumlah yang cukup banyak. Tentu saja ada Kaskus dengan 4 juta pengguna tetapi bahwa mereka sendiri kesulitan untuk memonetisasi komunitas mereka. Indonesia memiliki beberapa situs lain seperti Detik atau Vivanews, tapi kenyataannya mereka memiliki agenda mereka sendiri dan mungkin sejajar dengan startup kebanyakan (Kompas, mungkin).
Sejauh yang saya perhatikan, startup Indonesia hanya memiliki dua pilihan: operator telekomunikasi dan produsen ponsel. Anda ingin mendapatkan jutaaan pengguna, pergilah ke mereka. Dan sejauh ini tidak banyak alternatif yang bisa dipilih selain dua itu.
Tentu saja tidak semudah yang terlihat, tetapi operator telekomunikasi saat ini sangat membutuhkan konten. Mereka kehabisan waktu untuk mendapatkan pemasukan dari paket data, sejak suara/sms tidak lagi menjadi bisnis yang bisa diandalkan bagi mereka. Operator membutuhkan konten, konten lokal. Kita tidak bisa mengacuhkan bahwa salah satu alasan mengapa startup menolak bekerja sama dengan operator adalah pembagian kentungan yang tidak adil, tetapi saya pikir ini akan segera berubah. Melihat kondisi sekarang, operator telekomunikasi dan penyedia konten lokal membutuhkan satu sama lain. Betul, operator berada di posisi lebih tinggi karena mereka yang memiliki pengguna, tetapi mereka tidak bisa menolak fakta bahwa mereka juga membutuhkan konten lokal.
Hal yang sama berlaku juga untuk produsen ponsel, apakah itu RIM, Samsung, HTC, Nexian, dll. Mereka juga membutuhkan konten berkualitas tinggi, sesuatu yang dimiliki oleh startup. Dan mereka – orang-orang ini telah melakukan hal yang hebat dalam memelihara ekosistem pengembang di Indonesia.
Perusahaan asing seperti Blaast, Fonetwish, TMG Games, Bubble Motion tahu betul apa yang mereka lakukan ketika mereka memutuskan untuk masuk ke pasar Indonesia dan mereka menjalankan strategi yang sama: kemitraan strategis dengan operator telekomunikasi lokal. Dan beberapa startup lokal juga telah melakukan hal yang sama. Dan jika mereka melakukan kemitraan yang baik dengan penyedia konten asing, saya pikir keduanya – operator dan produsen ponsel – akan bisa memberikan kesepakatan yang lebih baik untuk konten lokal.
Mencapai satu juta pengguna memang tidak akan mudah, dan akan menjadi lebih sulit untuk mempertahankannya. Mungkin ini waktunya bagi startup Indonesia untuk menyadari bahwa mereka membutuhkan operator telekomunikasi dan produsen ponsel lebih dari yang mereka pikirkan, dan juga untuk operator telekomunikasi dan produsen ponsel yang harus menyadari bahwa mereka membutuhkan konten lokal lebih dari yang mereka pikirkan.
Selalu incar posisi win-win.