Kisah perjalanan panjang proses akuisisi XL Axiata terhadap Axis akhirnya sampai di penghujung cerita. Setelah saling sepakat menandatangani pembelian, kemudian mengantongi restu dari pihak regulator dan KPPU, secara resmi hari ini (20/3) XL Axiata mengumumkan telah menyelesaikan kesepakatan akuisisi terhadap Axis. Nilai akuisisi diumumkan mencapai US$ 865 juta atau lebih dari Rp 9 triliun.
Seperti yang disampaikan dalam berita pers yang dikirimkan kepada kami, proses penyelesaian transaksi tersebut telah mengakhiri proses pengakuisisian XL Axiata terhadap Axis yang mulai digaungkan sejak tahun lalu. Kini, XL Axiata berarti telah secara penuh memegang saham mayoritas operator seluler yang dinaungi oleh PT. Axis Telekom Indonesia tersebut.
“Kami bersyukur dapat mencapai tahap finalisasi akuisisi Axis. Dengan selesainya transaksi akuisisi ini, maka XL telah resmi menjadi pemegang saham di Axis. Kami berterima kasih dan memberikan apresiasi tinggi atas dukungan dari berbagai pihak, terutama regulator, pemegang saham, dan konsumen XL dan Axis,” tanggapan Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur XL Axiata yang termuat dalam berita pers.
Lalu dari mana sumber dana akuisisi yang sangat besar itu? Diungkapkan sendiri oleh XL Axiata, pihaknya mengatakan telah meraih pinjaman dana terbesar dari Axiata sebagai pemegang saham XL sebesar US$ 500 juta. Untuk sisanya yakni sebesar US$ 365 juta didapatnya dari pinjaman pihak-pihak ketiga yaitu Bank UOB, Bank of Tokyo-Mitsubishi, dan Bank DBS.
Dalam pengakuisisian ini, Hasnul optimis merger antara Xl Axiata dengan Axis akan mampu memberikan layanan yang lebih baik seraya merangkul lebih banyak pelanggan di seluruh penjuru Indonesia. Ia juga mengutarakan dengan akusisi ini juga mendukung upaya pihak regulator dalam merampingkan jumlah operator seluler di Indonesia yang dianggap sudah terlalu banyak.
“Upaya XL dalam melakukan akuisisi dan merger dengan Axis ini akan mendukung untuk menciptakan industri telekomunikasi yang lebih sehat dan akan menciptakan multipleeffect yang luar biasa bagi perekonomian nasional,” papar Hasnul secara yakin.
Harapan tersebut bisa jadi memang benar adanya. Banyak yang menilai, permasalahan operator seluler di Indonesia secara garis besar terletak pada alokasi infrastruktur yang terbatas, sehingga pengimplementasian teknologi telekomunikasi terkini seperti jaringan 4G LTE akan sulit terealisasi jika hal tersebut tak ada jalan keluarnya. Maka, boleh dikatakan langkah merger seperti yang baru dilakukan XL Axiata dengan Axis ini merupakan langkah yang cukup tepat dilakukan, asalkan dari pengakuisisian ini memang benar ditujukan seperti yang disampaikan oleh Hasnul tadi.