Meski keberadaannya di jalanan masih belum begitu banyak, mobil listrik diyakini sebagai masa depan dunia otomotif, terutama jika dilihat dari sisi konsumsi energi dan kelestarian lingkungan – energi listrik tak hanya terbaharukan, tetapi juga tidak menghasilkan emisi karbon.
Hampir semua pabrikan otomotif kini memiliki mobil listrik, termasuk Audi, yang belum lama ini memamerkan supercar bertenaga listriknya, R8 e-tron. Kendati demikian, Audi masih rajin mencari sumber energi alternatif lain yang bisa dimanfaatkan industri otomotif.
Bekerja sama dengan perusahaan bernama Sunfire, keduanya berhasil mengembangkan teknologi mesin diesel berbahan bakar air, yang diberi nama e-diesel. Penelitian dinilai cukup berhasil, dan tahap produksi pun sudah dimulai beberapa hari yang lalu.
Info menarik: Audi Dorong Para Programmer Muda Jerman untuk Kembangkan Teknologi Mobil Kemudi Otomatis
Agar lebih mudah memahami, e-diesel sederhananya merupakan bahan bakar sintetis yang terbuat dari air dan karbon dioksida (CO2) sebagai bahan mentahnya. Suplai CO2 diambil langsung dari udara sekitar dengan memanfaatkan teknologi gubahan mitra Audi, Climeworks.
Proses produksi e-diesel ini melibatkan beberapa langkah. Pertama, energi listrik dipakai untuk memanaskan air hingga mencapai suhu 800 derajat Celsius. Air otomatis akan berubah menjadi uap, kemudian dipecah menjadi hidrogen dan oksigen melalui metode elektrolisis bersuhu tinggi.
Selanjutnya, hidrogen akan bereaksi dengan suplai CO2 yang didapat tadi. Kedua senyawa bersintesa dalam tekanan dan suhu yang tinggi, dan pada akhirnya menghasilkan cairan bernama blue crude. Cairan ini kemudian diolah lebih lanjut menjadi e-diesel.
Soal pembakaran, e-diesel diyakini lebih efisien ketimbang diesel biasa, serta tidak mengandung sulfur atau hidrokarbon. Saat ini, e-diesel masih harus dicampur dengan diesel biasa untuk bisa digunakan, akan tetapi ke depannya, e-diesel bisa ‘beroperasi’ secara mandiri.
Info menarik: Teknologi Kemudi Otomatis Audi Akan Terpusat pada Satu Controller
Proyek e-diesel Audi ini telah mendapat dukungan langsung dari Kementerian Riset Jerman. Dalam beberapa bulan ke depan, Audi dan Sunfire berencana untuk memproduksi lebih dari 3.000 liter e-diesel.
Selain e-diesel, Audi sebenarnya cukup aktif dalam pengembangan bahan bakar sintetis. Sebelum ini, mereka telah memproduksi bahan bakar gas sintetis (metana), sedangkan ke depannya, Audi juga mengajak perusahaan Amerika, Joule, untuk memproduksi e-diesel dan e-ethanol dengan memanfaatkan mikroorganisme.
Pada akhirnya, pengembangan teknologi seperti ini ditujukan untuk menangani problem makin menipisnya suplai bahan bakar tradisional. Anda mungkin belum bisa mengisi tangki bensin dengan air secara langsung, namun paling tidak kita paham bahwa opsi energi alternatif akan terus bertambah banyak setiap harinya.
Sumber: Audi dan Car & Driver.