Startup Indonesia punya potensi untuk menjadi besar seperti kisah sukses Google, Facebook, dan startup berhasil lainnya. Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) optimis akan hal itu. Saat ini ATSI menunggu startup yang memiliki layanan OTT (Over the top) mendekat kepada mereka untuk selanjutnya akan mendapat pembinaan dan di-push untuk menjadi besar.
Sebelumnya ATSI telah berikrar akan membimbing tiga startup nasional pada 2016 mendatang. Tujuannya adalah untuk “membesarkan” startup nasional agar mampu bersaing di ranah global. Adapun syarat-syarat yang ditetapkan ATSI untuk startup yang ingin mendaftar antara lain layanan yang dimiliki bergerak di bidang media sosial, sahamnya 100 persen dipegang WNI, tidak berafiliasi dengan operator mana pun, dan memiliki 100.000-500.000 pengguna.
ATSI seperti mengungkapkan pihaknya selama enam bulan mendatang akan terus membuka peluang bagi OTT yang ingin mendaftar dan ikut seleksi.
“Tetapi, kalau minggu depan belum ada juga yang mendaftar, kami akan proaktif mencari,” ujar Alexander (Alex) Rusli, Ketua ATSI yang merupakan Presiden Direktur Indosat Ooredoo.
Selain pembinaan, ATSI juga mengupayakan untuk mem-push layanan OTT yang terpilih. Di awal bulan ini, masih dari sumber yang sama, Alex mengungkapkan bahwa ATSI akan membantu mereka (startup OTT terpilih) dengan cara mempromosikan layanan mereka melalui media SMS dan MMS langsung kepada pengguna seluler.
OTT lokal dan pertarungan melawan dominasi global
Sebelum menuju kancah global, go nasional adalah jalan yang harus ditempuh OTT lokal. Sekarang masyarakat Indonesia semakin cerdas. Kampanye karya anak bangsa dirasa kurang menarik masyarakat Indonesia. Satu-satunya yang mungkin dilakukan bagi OTT lokal memenangi persaingan adalah menjadi yang lebih baik dari pesaingnya. Berat, tapi tidak mustahil. Yang jelas perlu kerja keras. LINE, Whatsapp, BBM, dan OTT lain sudah terlanjur membuat nyaman para penggunanya.
Intinya ada pada diferensiasi layanan OTT lokal dengan pemain yang sudah ada. Jika memang OTT lokal berambisi merusak dominasi pemain asing maka buatlah sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang menarik dan bermanfaat. Pemilihan OTT itu harus berdasar kegunaan dan kenyamanan. Kecuali tiba-tiba ada larangan OTT luar masuk Indonesia seperti di Tiongkok. Itu lain lagi ceritanya.