Setelah berinvestasi di Gojek pada tahun 2018 lalu, Astra International kembali memberikan suntikan dana kepada startup lainnya. Selain turut andil dalam putaran seri C startup healthtech Halodoc, Astra turut memberikan pendanaan kepada startup online grocery Sayurbox.
Kepada Halodoc, mereka berpartisipasi memberikan dana $35 juta atau setara 508 miliar Rupiah (dari total 1,1 triliun Rupiah yang dibukukan). Sementara untuk Sayurbox mereka menggelontorkan $5 juta atau setara 72 miliar Rupiah. Tidak seperti Halodoc, Sayurbox belum secara resmi mengumumkan perolehan pendanaan ini — kemungkinan proses fundraising masih berjalan.
Dalam acara konferensi pers virtual, seperti dikutip Antaranews.com, Presdir Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan alasan perusahaan berinvestasi ke dua startup tersebut karena melihat adanya business case yang baik dipadukan dengan visi yang jelas. Ini juga dilakukan sebagai strategi organik dalam upaya menemukan peluang-peluang baru dan digitalisasi.
Beberapa tahun ke belakang grup Astra memang cukup serius menggarap bisnis digital. Melalui unit Astra Digital, berbagai inovasi ditelurkan. Salah satunya dengan menghadirkan Gofleet bekerja sama dengan Gojek, menghadirkan solusi bagi mitra GoCar untuk menyewa kendaraan dengan biaya berlangganan.
Sebelumnya unit tersebut juga menghadirkan beberapa layanan digital lainnya, seperti Seva.id, CariParkir, dan Sejalan.
Perkembangan bisnis Sayurbox
Sepanjang pandemi, bisnis online grocery tumbuh subur karena berhasil memberikan alternatif pemenuhan kebutuhan pokok secara cepat dan aman kepada masyarakat. Geliat pertumbuhan juga ditunjukkan Sayurbox, di bawah kepemimpinan Amanda Susanti Cole (CEO), startup ini terus gencarkan ekspansi di seluruh wilayah Jawa. Terbaru pada September 2020 lalu, mereka baru resmikan kehadiran di Bali dan Surabaya.
Dalam webinar #SelasaStartup yang diadakan DailySocial, CFO Sayurbox Arif Zamani juga sempat mendiskusikan bagaimana platform online grocery turut memberikan dampak sosial kepada masyarakat. Salah satunya yakni dengan turut membenahi isu-isu terkait rantai pasok — dalam hal ini dari hasil panen petani, sehingga dapat menyajikan produk berkualitas dan terjangkau dengan tetap memberikan nilai ekonomi maksimal kepada petani.
Terkait rantai pasok, Arif menjelaskan, di Sayurbox mereka membangun sebuah sistem terstruktur untuk melakukan forecasting. “Karena ada komitmen sistem jual-beli, jadi petani yang bergabung di kami bisa melakukan planning agar mereka tetap bisa jual hasil panennya ke kami. Selama ini teknik panennya tidak beraturan, itulah yang menyebabkan terjadinya oversupply dan kelangkaan barang. Kami ingin bangun kapasitas itu agar pricing tetap stabil.”
Kemudian terkait pendanaan, setelah putaran seed yang diterima dari Patamar Capital dan Insignia Partners, tahun 2019 lalu Sayurbox dikabarkan menerima pendanaan dari unicorn Tokopedia. Tahun lalu Sayurbox juga telah memulai kerja sama strategis dengan fintech pembiayaan Awan Tunai untuk memberikan akses permodalan kepada para mitra petani.
Dengan pasar yang semakin matang, bisnis online grocery juga terus diserbu para pemain digital. Pemain raksasa seperti Gojek, Blibli, Grab, dll juga terus melakukan penetrasi layanan belanja bahan makanan segar. Di sisi lain banyak startup di lanskap yang sama yang bermunculan, sebut saja Segari, Dropezy, Tumbasin, dan lain sebagainya dengan pendekatan hyperlocal.