Dark
Light

[Ask@DailySocial] Orientasi Startup: Uang atau Pengguna?

1 min read
February 3, 2014

Kolom ask@dailysocial minggu ini akan mengulas sebuah pertanyaan yang sangat menarik: apakah startup harus berorientasi pada uang atau berorientasi pada pengguna? Pertanyaan ini diajukan oleh Abang Adit melalui Twitter dan sepertinya merupakan pertanyaan mendasar bagi founder di Indonesia.

Kita pasti sering mendengar kisah sukses startup Instagram, didirikan oleh tim kecil namun aplikasi fenomenal ini memiliki jutaan pengguna di seluruh dunia. Tanpa revenue sepeser pun, Instagram juga mampu membuat Facebook merogoh kocek hingga $1 Milyar untuk membeli perusahaan tersebut. Facebook, Path, Twitter dan banyak kisah sukses Silicon Valley lainnya seolah ingin memberi pesan bahwa memiliki produk yang bagus (divalidasi oleh banyaknya pengguna) jauh lebih penting ketimbang revenue.

Sebagai catatan, kesemua perusahaan tersebut, meskipun tidak memiliki penghasilan, memiliki modal yang cukup kuat dari investor. Facebook mendapatkan kucuran dana $500.000 dari Peter Thiel bahkan sebelum memiliki ide untuk monetisasi, hal ini disebabkan banyak investor sudah bisa melihat exit strategy untuk Facebook yaitu akuisisi atau go public (IPO).

Sayangnya, kisah seperti ini bisa dibilang terisolasi di Amerika Serikat saja. Secara spesifik di Indonesia, visi untuk exit strategy bagi startup masih sangat buram oleh karena itu kebanyakan investor pasti akan memilih keberlanjutan (sustainability) dibanding exit strategy. Keberlanjutan sebuah perusahaan sangat terkait erat dengan beberapa hal: pemasukan, arus kas dan pertumbuhan pasar. Artinya apa? Artinya investor hanya berani berinvestasi di perusahaan yang memiliki model bisnis, atau paling tidak memiliki rencana untuk menghasilkan uang dari hari pertama.

Contoh saja Tokopedia, startup marketplace yang dipimpin oleh William Tanuwijaya mendapatkan kucuran dana dari beberapa investor asing pada fase awal perusahaan ketika Tokopedia belum menghasilkan uang. Namun William berhasil meyakinkan investor bahwa ke depannya Tokopedia berencana untuk mendatangkan uang dari pos-pos tertentu, dan investor pun percaya.

Apakah ini berarti startup harus berorientasi pada uang terlebih dahulu? Belum tentu juga. Ada benarnya ketika banyak pengusaha Silicon Valley memiliki filosofi “user first, money later” karena model bisnis dianggap membatasi kreatifitas startup dalam hal pengembangan produk. Pada dasarnya, keseimbangan memang diperlukan dalam mengembangkan bisnis.

Sebagai penutup, Andi S Boediman, seorang investor lokal pernah berkata, “Anggap produk itu seperti kendaraan, dan uang adalah bensinnya. Keduanya diperlukan dalam menjalankan bisnis”.


Jika anda memiliki pertanyaan seputar startup, silahkan kirimkan ke kami melalui mention di Twitter atau Facebook kami + hashtag #askdailysocial. Kami akan pilih satu pertanyaan setiap minggu untuk dijawab di DailySocial. Ayo kirimkan pertanyaan-pertanyaan kamu sekarang.

Rama Mamuaya

Founder, CEO, Writer, Admin, Designer, Coder, Webmaster, Sales, Business Development and Head Janitor of DailySocial.net.

Contact me : [email protected]

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Lebih Dari Sekedar Musik dengan Nokia MixRadio API

Next Story

Lenovo Rilis ThinkPad 11e Chromebook dan ThinkPad Yoga 11e Chromebook

Latest from Blog