Arbitron Mobile melakukan pengukuran terhadap penggunaan VoIP di perangkat mobile di tujuh negara utama, yaitu Jepang, Indonesia, Cina, Amerika Serikat, Inggris Raya, Jerman dan Perancis. Arbitron adalah firma riset tentang media dan pemasaran yang bergerak di media radio, televisi, industri mobile dan juga agen periklanan dan pengiklan di seluruh dunia. Hasil temuannya menyebutkan bahwa Jepang menduduki posisi puncak untuk utilisasi mobile VoIP (Voice over Internet Protocol), diikuti Indonesia di posisi kedua. Tidak ada informasi tentang berapa banyak sampel data yang diambil untuk tiap-tiap negara.
Seperti yang disebutkan oleh laporan tersebut, 40,9% panelis dari Indonesia menggunakan mobile VoIP dengan utilisasi rata-rata 134,9 menit per bulan atau 65,9 sesi setiap bulannya. Jepang menduduki peringkat pertama dengan persentase pengguna mobile VoIP mencapai 68,2%. Angka yang diperoleh oleh Indonesia jauh di atas hasil panelis di negara-negara maju. Jepang dan Indonesia juga menjadi dua negara yang disurvei di mana panelisnya lebih banyak menggunakan kanal mobile VoIP ketimbang Voice Call secara konvensional.
Yang menarik, LINE menjadi aplikasi mobile VoIP yang paling banyak digunakan di Jepang dan Indonesia, sementara Skype banyak digunakan di negara-negara maju. Youxin menjadi satu-satunya anomali dengan mendominasi penggunaan mobile VoIP di Cina yang memang cenderung anti dengan teknologi Barat.
Meskipun memberikan informasi baru yang cukup menarik, ketiadaan informasi tentang jumlah sampel yang diambil untuk membuat laporan ini membuat legitimasinya memperoleh tanda tanya. Semoga saja informasi yang diberikan memang bisa dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan kaidah ilmu statistik yang berlaku.
Menurut saya, tingginya angka penggunaan teknologi mobile VoIP di Indonesia sebabkan biaya percakapan yang cukup tinggi apalagi untuk percakapan internasional. Di negara maju, meskipun biayanya tidak lebih murah ketimbang Indonesia, berhasil tertutupi oleh pendapatan per kapita yang jauh lebih tinggi sehingga persentase biaya yang dikeluarkan menjadi kurang signifikan. Tentunya tak bisa dipungkiri bahwa kualitas percakapan menggunakan jaringan telepon konvensional masih lebih bagus ketimbang percakapan melalui utilisasi mobile VoIP yang telah melalui proses kompresi.
Yang jelas laporan ini memberikan gambaran bahwa pasar mobile VoIP di Indonesia masih bagus. Itu sebabnya layanan messaging modern, seperti LINE, WeChat atau KakaoTalk, sekarang berlomba-lomba mengiklan fitur VoIP yang didukungnya untuk menggulingkan hegemoni Skype sebagai aplikasi de-facto untuk melakukan percakapan secara online.