Sepak Terjang Arab Saudi dan Uni Emirat Arab Kembangkan Industri Game dan Esports

Pemerintah Arab Saudi siap untuk mengakuisisi sejumlah entitas esports kelas kakap.

Nilai industri game lebih besar daripada industri musik dan film. Hal ini menarik perhatian pemerintah dari beberapa negara, termasuk Arab Saudi. Tampaknya, pemerintah Arab Saudi tertarik untuk mengembangkan industri game dan esports dalam beberapa tahun ke depan. Salah satu buktinya, pada akhir Januari 2022, ESL dan FACEIT diakuisisi oleh Savvy Gaming Group, lembaga pendanaan publik yang ada di bawah pemerintah Arab Saudi secara langsung.

Daya Tarik MENA untuk Pelaku Industri Esports

Dalam diskusi tentang industri game dan esports, Asia sering menjadi sorotan. Tidak heran, mengingat di Asia, ada tiga negara yang memang memiliki industri game dan ekosistem esports yang terbilang matang: Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok. Namun, hal itu bukan berarti kawasan lain tidak punya potensi. Faktanya, kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) merupakan salah satu kawasan yang industri esports-nya tumbuh paling cepat.

Pada 2020, jumlah gamers di kawasan MENA mencapai 100 juta orang. Hal lain yang harus diperhatikan, tren gaming di kawasan itu mulai berubah: dari game kasual menjadi game VR atau game kompetitif, menurut laporan YouGov. Sementara itu, penonton YouTube Gaming di Uni Emirat Arab merupakan salah satu yang memiliki tingkat kesadaran dan engagement paling tinggi. Hal itu berarti, penonton konten game di Uni Emirat Arab dan negara-negara sekitarnya cukup tertarik dengan esports.

Team Nigma dikenal sebagai tim Dota 2. | Sumber: Dot Esports

Pada September 2021, Galaxy Racer dan Team Nigma memutuskan untuk melakukan merger. Entitas hasil merger dari kedua perusahaan itu dinamai Nigma Galaxy. Salah satu kawasan yang menjadi prioritas dari Nigma Galaxy adalah MENA.

CEO Galaxy Racer, Paul Roy mengungkap, sejak COVID-19 mewabah, masyarakat MENA menjadi semakin sadar akan keberadaan esports. Komunitas esports lokal pun mulai bermunculan. Tak berhenti sampai di situ, perusahaan dan brands mulai menyadari potensi esports sebagai alat marketing.

"Esports adalah salah satu dari sedikit industri yang tidak terkena dampak pandemi," ungkap Roy dalam wawancara dengan Esports Insider. "Dan esports juga mulai menarik perhatian para eksekutif senior yang ingin mengganti kampanye iklan offline dengan kampanye online."

Selain pemerintah dan masyarakat, pemerintah Dubai juga menunjukkan ketertarikan untuk mendukung industri game dan esports. Mempromosikan organisasi esports lokal menjadi salah satu bentuk dukungan dari pemerintah Dubai. Selain itu, mereka juga mendukung penyelenggaraan program esports di level grassroots. Government of Dubai Media Office juga membantu Nigma Galaxy untuk bisa tumbuh menjadi entitas esports yang lebih besar.

Game dan Esports di Arab Saudi

Uni Emirat Arab bukan satu-satunya negara di MENA yang pemerintahnya tertarik dengan industri game dan esports. Pemerintah Arab Saudi juga melihat potensi dari kedua industri itu. Memang, industri game dan esports di Arab Saudi tengah berkembang dan diperkirakan masih akan terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan.

Menurut laporan dari Boston Consulting Group (BSG), total belanja industri game di Arab Saudi mencapai SAR3,6 miliar (sekitar Rp17,8 triliun) pada 2020. Dengan tingkat pertumbuhan per tahun (CAGR) sebesar 22% per tahun, pada 2030, total belanja industri game di Arab Saudi diduga akan mencapai SAR25 miliar (sekitar Rp95,6 triliun). Dan pertumbuhan industri game tidak hanya akan mendorong tingkat konsumsi para gamers, tapi juga membuka lowongan pekerjaan baru, khususnya di bidang pengembangan game dan penyelenggaraan kompetisi esports.

Tingkat konsumsi gaming di Arab Saudi. | Sumber: BSG

Saat ini, di Arab Saudi, telah ada beberapa developer game ternama. Salah satunya Semaphore Productions. Didirikan pada 2010, Semaphore telah meluncurkan sejumlah game. Salah satu game buatan Semaphore bahkan sempat tampil di PC Gaming Show di E3 2016. Developer game lain yang bermarkas di Arab Saudi adalah UMX Studios, yang berdiri pada 2014 dan telah merilis game-game bernuansa lokal, seperti Climbing Sand Dune (CSD), sebuah simulator untuk memanjat bukit pasir. Sekarang, developer itu mencoba untuk membuat game di konsol.

Di Arab Saudi, jumlah gamers mencapai 21,1 juta orang dari total populasi sebanyak 34 juta orang. Tujuan utama gamers di sana bermain game adalah untuk mengisi waktu luang. Namun, sebanyak 26% gamers mengatakan mereka senang bermain game karena mereka ingin menang atau karena mereka memang senang akan kompetisi. Hal ini merupakan kabar baik untuk pelaku industri esports di Arab Saudi. Sejauh ini, Arab Saudi telah menelurkan beberapa atlet esports sukses, seperti:

  • Abdulaziz Al Shehri – FIFA World Champion 2015
  • Abdullatif “Latif” Alhmili – Fighting Games finalist 2016
  • Khalid Aloufi – FIFA Ultimate Team Regional Champion 2017
  • Mosaed AlDossary – FIFA Ultimate Team Champion 2018, FIFA eWorld Champion 2018, FIFA Ultimate Team Champion 2019
  • Najd Fahd – FIFA eFootball World Championship 2020

Dukungan Pemerintah Arab Saudi untuk Industri Game dan Esports

Pemerintah Arab Saudi secara gamblang menunjukkan ketertarikan mereka untuk mengembangkan industri game dan esports. Selain akuisisi ESL dan FACEIT, pemerintah Arab Saudi -- melalui Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi -- bekerja sama dengan akademi desain game, DigiPen, untuk mengadakan program Game Changers. Program itu dbuat untuk meningkatkan jumlah startup game di Arab Saudi dan membuka jenjang karir bagi orang-orang yang ingin bekerja di industri game.

Selain itu, MiSK juga menaungi studio Manga Productions. MiSK adalah lembaga nirlaba milik pemerintah Arab Saudi yang fokus untuk merealisasikan talenta generasi muda dan mendorong ekonomi Arab Saudi. Sementara itu, ketika didirikan pada 2017, Manga Productions merupakan studio untuk membuat anime. Namun, sekarang, mereka juga mulai merambah dunia game.

Tak berhenti sampai di sana, Public Investment Fund -- yayasan investasi Arab Saudi di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammad bin Salman -- juga baru saja membeli saham dari Capcom dan Nexon. Memang, dua tahun terakhir, PIF cukup aktif dalam menanamkan modal di perusahaan-perusahaan game dan esports. Pada 2020, PIF menghabiskan US$37,9 juta (sekitar Rp544 miliar) untuk membeli saham Activision Blizzard.

Pada awal Februari 2022, PIF membeli lebih dari 5% saham Capcom, yang dikenal berkat franchise Street Fighter dan Resident Evil. Sekarang, saham Capcom yang dimiliki oleh PIF bernilai US$332 juta (sekitar Rp4,8 triliun), menurut laporan Bloomberg. PIF juga membeli 5,02% saham Nexon, yang bernilai US$883 juta (sekitar Rp12,7 triliun). Nexon merupakan perusahaan yang didirikan oleh milyarder Korea Selatan, Kim Jung-Ju dan dikenal sebagai kreator di balik MapleStory dan Dungeon&Fighter.

Populasi gamers dan pemain profesional di Arab Saudi. | Sumber: BSG

Industri game dan esports memang diperkirakan akan tumbuh di Arab Saudi dalam beberapa tahun ke depan. Namun, sekarang, pelaku industri game dan esports masih harus menghadapi berbagai masalah. Salah satunya adalah jumlah pemain profesional yang tidak banyak. Saat ini, jumlah atlet esports di Arab Saudi hanya mencapai 100 orang, sekitar 0,0005% dari total gamers biasa. Persentase perbandingan atlet esports dengan jumlah gamers biasa ini sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara yang industri esports-nya sudah lebih maju, seperti Amerika Serikat atau Korea Selatan.

Sebagai perbandingan, di AS, jumlah pemain profesional mencapai 0,003% dari total gamers biasa, atau sekitar 6 kali lipat lebih tinggi dari persentase perbandingan pemain profesional dan jumlah gamers biasa di Arab Saudi. Sementara di Korea Selatan, angka ini mencapai 0,004%. Ada berbagai alasan mengapa jumlah pemain profesional di Arab Saudi tidak banyak, mulai dari ketiadaan jenjang karir yang jelas, sedikitnya turnamen esports lokal, sampai stigma yang melekat pada orang-orang yang bekerja di industri esports.

Sumber header: Esports Insider