Salah satu artikel yang dimuat di Bisnis.com berkaitan dengan investasi RIM di Indonesia menarik perhatian saya. Seperti yang kita tahu, ‘pertikaian’ pemerintah dan RIM menjadi semacam sinetron yang episodenya cukup panjang.
Berbagai hal terus menjadi perhatian dan salah satunya adalah tentang investasi RIM. Artikel di Bisnis.com menyebutkan bahwa RIM akan mengajukan konsep investasi pada bulan November. Pernyataan ini dikeluarkan oleh Hatta Rajasa – Menteri Koordinator bidang Perekonomian. Investasi yang ada (saya kutip dari Bisnis.com) adalah soal software bukan hardware dan kemungkinan mengarah ke pengembangan riset center dan institut aplikasi untuk pasar dunia. Hal ini akan dijalankan melalui kerjasama dengan institut teknologi di Indonesia (Bandung dan Bali).
Berita ini mengingatkan saya pada acara Developer Day serta pertemuan singkat dengan perwakilan RIM di ITB beberapa waktu yang lalu. Dari wawancara bersama dengan rekan media yang lain, RIM yang diwakili oleh Johan Kremer dan Sarim Aziz mengungkapkan rencana RIM untuk merangkul developer serta kampus untuk membangun ekosistem, dan tentunya ini berujung pada pengembangan aplikasi bagi perangkat milik RIM.
Dari pihak ITB juga waktu itu membenarkan dan mengatakan bahwa kerjasama yang dijalankan dengan kampus berupa semacam kegiatan ekstrakurikuler. Kerjasama yang ada juga melibatkan pihak lain, misalnya Kompas yang mengadakan acara untuk mengajak developer di lingkungan Kampus untuk mengembangkan aplikasi di BlackBerry dan PlayBook yang berdasarkan konten mereka miliki.
RIM waktu itu juga mengatakan bawah mereka akan terus mengembangkan kegiatan serupa di berbagai kampus dan berbagai kota di Indonesia yang telah masuk pertimbangan RIM, jadi ada kemungkinan untuk mereka bisa merangkul para developer di kota lain, khususnya di wilayah kampus di Indonesia, tidak hanya Jakarta dan Bandung, misalnya.
Pendekatan ke kampus adalah hal yang menarik, setidaknya jika merujuk pada target aplikasi dan ekosistem yang ingin dikejar RIM. Pengembangan ‘sejak dini’ dan membangun berbagai aplikasi adalah salah satu faktor penting untuk menggaet pengguna umum, yang saya pikir adalah satu unsur kelemahan RIM, jika dibandingkan dengan aplikasi untuk perangkat lainnya. Para developer yang mengembangkan aplikasi di BB (sebagai contoh) di Indonesia jumlahnya juga tidak sedikit, tapi mereka bisa jadi lebih memilih untuk mengembangkan aplikasi ‘pesanan’ serta aplikasi pelengkap produk di platform yang sudah ada, alih alih fokus pada produk untuk perangkat RIM. Meski untuk pasar pengguna, di sini masih cukup besar, entah 3 atau 5 tahun lagi.
Apakah aplikasi menjadi fokus sasaran strategi investasi RIM, yang sebetulnya sudah dimulai dan diperkuat sejak BB DevCon di Bali dan Developer Day di Bandung? Belum lagi relasi yang mereka miliki dengan para developer yang telah ada sampai sekarang. Bisa jadi investasi atas pengembangan aplikasi di Indonesia lebih relevan atau masuk akal dibandingkan investasi lain. Tidak hanya developer, pengguna yang mengkonsumsi konten dari aplikasi juga bisa jadi sasaran, karena adopsi perangkat RIM di sini yang masih cukup besar.
Yang perlu RIM lakukan sebenarnya, mempermudah developer membuat aplikasi buat mereka.
Memang RIM kelihatan berusaha untuk merangkul web developer, tapi beberapa hal yang jadi pertimbangan adalah, super lambatnya simulator, dan kesulitan lain untuk memulai membuat aplikasi (developer blackberry pasti tau maksud saya)