Sudah menjadi fakta yang umum seputar meningkatnya penggunaan ponsel pintar serta perangkat mobile lainnya di Indonesia. Hal ini berdampak pada makin bergantungnya masyarakat Indonesia terhadap aplikasi mobile, terutama di kalangan muda. Hal ini turut menggeser sebuah tren digital yakni seputar penggunaan web browser untuk mengakses layanan online. Studi yang dilakukan Baidu terhadap pengguna ponsel pintar di Indonesia menunjukkan sebuah fakta bahwa penetrasi aplikasi lebih tinggi (97%) dibanding web browser (76%) untuk mengakses berbagai layanan digital.
Bagi pengembang jelas saja ini penting untuk menjadi perhatian. Menurut hasil riset Baidu, aplikasi mobile akan menawarkan pendapatan yang semakin menjanjikan dari tahun ke tahun. Di tahun 2013, pendapatan yang berasal dari aplikasi mobile di Indonesia mencapai $62,1 juta. Sedangkan di tahun 2015 melonjak tinggi mencapai $118,2 juta. Diperkirakan, di tahun ini akan mencapai $142,1 juta dan di tahun 2018 nanti akan mencapai $197,6 juta.
Berbicara seputar pendapatan pengembang, Baidu dalam risetnya juga memaparkan bahwa hingga saat ini, pendapatan dari aplikasi mobile paling besar masih disumbangkan oleh Mobile Advertising, disusul Paid-Apps Purchase dan In-Apps Purchase.
Managing Director Baidu Indonesia Bao Jianlei mengatakan, kendati saat ini pembelian In-Apps masih memberikan kontribusi terendah, namun di masa depan diperkirakan kontribusi dari In-Apps Purchase akan melampaui kontribusi yang disumbangkan dari Paid-Apps Purchase.
“Tahun 2015, pendapatan dari Mobile Advertising dari 5 wilayah yaitu Jakarta, Bodetabek, Bandung, Surabaya dan Semarang mencapai USD15 juta (71%), mengungguli kontribusi yang disumbangkan oleh Paid Apps Purchase yaitu sekitar $3,2 juta (15%) dan In-Apps Purchase sekitar $2,9 juta (13%). Tahun ini, pendapatan dari Mobile Advertising dari wilayah yang sama diperkirakan akan mencapai $20,8 juta,” ujar Jianlei.
Karakteristik penggunaan aplikasi mobile di Indonesia
Games (38%), instant messaging (27%) dan media sosial (19%) tercatat sebagai aplikasi mobile yang paling sering diunduh oleh pengguna perangkat mobile di Indonesia. Namun uniknya, aplikasi-aplikasi itu pulalah yang paling sering dihapus kembali oleh mereka – games (50%), instant messaging (29%) dan media sosial (16%).
Aplikasi-aplikasi lainnya yang digemari oleh orang Indonesia adalah aplikasi untuk berbelanja online (8%), transportasi (6%), buku dan aneka referensi (6%), peta dan navigasi (3%), serta berita dan informasi (3%). Sementara aplikasi-aplikasi lainnya yang sering dihapus adalah aplikasi belanja online (10%) dan transportasi (3%).
Alasan orang Indonesia mengunduh aplikasi sangat beragam. Games banyak mereka unduh karena bersifat menyenangkan dan menghibur. Adapun aplikasi media sosial, belanja online dan transportasi mereka unduh karena pertimbangan fungsi, manfaat dan rekomendasi dari pihak lain.
Lebih dari separuh responden (58%) mengatakan mereka pasti melakukan kegiatan mengunduh aplikasi dalam setiap bulannya. Jumlah ini jauh lebih banyak dari jumlah para pengguna perangkat mobile yang gemar menghapus aplikasi yang telah diunduhnya dalam setiap bulannya (16%).
Sebagian pengguna perangkat mobile yang memutuskan untuk menghapus aplikasi yang sebelumnya telah mereka unduh biasanya disebabkan karena aplikasi tersebut jarang mereka gunakan (42%), memori sudah tidak mencukupi lagi (36%) atau bosan dengan aplikasi tersebut (27%).
Alasan lain yang mengemuka adalah karena aplikasi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (15%), pengguna lebih memilih aplikasi lainnya (13%), serupa dengan aplikasi lainnya (9%), tidak sesuai dengan kebutuhan anak (4%), dan aplikasi yang ingin diunduh terlalu mahal (3%).