Selama dua tahun fokus pada pengembangan platform Point of Sales (POS), Qasir semakin memantapkan komitmen UKM di Indonesia dengan meluncurkan aplikasi Miqro. Fokus utama dari pengembangan aplikasi ini adalah untuk mendigitalkan pencatatan transaksi dan menciptakan efisiensi dalam setiap proses turunannya.
“Setelah dua tahun menengembangkan produk untuk UKM kami sadar bahwa mayoritas pengguna yang ingin kami empower berada di golongan usaha mikro. Diberi POS gratis pun belum tentu difungsikan karena pengelolaan usahanya ternyata sangat berbeda. Untuk itu kami kembangkan Miqro mulai dari awal tahun 2019,” ujar Michael Liem selaku CEO Qasir.
Secara gamblang, aplikasi yang dulu bernama Mitra Qasir ini menawarkan solusi end-to-end untuk usaha mikro. Salah satu fitur keunggulan mereka adalah Catat, berperan menyederhanakan proses pencatatan dan juga bisa berfungsi sebagai alat kalkulasi yang terintegrasi (saat ini) dengan Dana dan Ovo.
Selain itu, terdapat fitur lainnya seperti Kasbon untuk mencatat hutang dilengkapi pengingat waktu bayar, Belanja Grosir untuk pembelian barang dari toko grosir, serta Bayar Tempo untuk pendanaan dari mitra institusi finansial Qasir (versi beta).
Platform ini hadir sebagai solusi bagi para usahawan seperti pemilik warung atau toko kopi keliling yang masih menjalankan usaha tanpa karyawan dalam hal pencatatan transaksi. Setelah bisnis mulai berkembang ke skala kecil atau menengah, mereka diharapkan melanjutkan budaya baik ini dengan menggunakan aplikasi POS Qasir.
Qasir sendiri saat ini tengah mengembangkan fitur baru seperti Pajak dan Kelola Bahan Baku yang diperuntukkan bagi usahawan yang ingin mendapatkan laporan usaha secara detail. Pihaknya mengakui sudah melayani lebih dari 170 ribu pengguna dan mencatat lebih dari 1,4 triliun Rupiah transaksi. Dalam hal pengembangan produk, timnya akan lebih fokus pada pengalaman pengguna serta memastikan produknya dapat digunakan oleh macam-macam tipe usaha.
Saat ini, Miqro telah menjangkau area sekitar Jabodetabek, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar. Target mereka di tahun 2020 adalah untuk bisa berkembang secara sporadis khususnya di kota tingkat 2 dan 3.
Berangkat dari pengalaman pribadi sebagai anak seorang pedagang kelontong, Mike, sapaan akrab pendiri Qasir, melihat progres usaha mikro selama sepuluh tahun terakhir mulai terkikis oleh kapitalisme. Pasar modern berkembang dari 11% menjadi 18%, membuat perkembangan unit usaha mikro tradisional menurun. Ia percaya bahwa usaha mikro bisa menjadi fokus utama untuk menjadikan Indonesia pemimpin ekonomi dunia, dan Miqro hadir untuk mendukung setiap proses menuju ke sana.
“Aplikasi Miqro akan terus dikembangkan tidak hanya untuk pengelolaan usaha mikro, tim kami terus berusaha untuk mengembangkan produk yang dapat membantu usaha Mikro naik kelas. Harapan kami adalah Miqro dapat berkontribusi dengan baik dalam proses mereka baik kelas menjadi usaha kecil dan menengah,” tutupnya.