Dark
Light

Aplikasi Lokal, Peluang Pasar dan Kegiatan Marketing

2 mins read
January 4, 2012

Saya sedang melakukan ritual blog walking dan menemukan sebuah artikel di TechCrunch yang membuat saya kemudian berpikir tentang aplikasi buatan lokal. Saya tidak akan membahas hal yang dibahas di artikel tersebut, namun artikel tersebut mengingatkan saya bahwa ya, ada banyak sekali aplikasi di luar sana dan semua saling berebut untuk mendapatkan pengguna, baik lokal maupun international.

Ketika berbicara tentang aplikasi lokal secara khusus (terutama yang menargetkan pengguna lokal) artikel tersebut secara tidak langsung juga mengingatkan bahwa aplikasi lokal pun memiliki perjalanan juang yang cukup sengit, tidak hanya di pasar international tetapi khususnya di pasar lokal, apalagi saya sendiri merasa bahwa ekosistem penggunaan aplikasi di Indonesia masih belum dewasa, malah bisa jadi baru tahap awal (sekali).

Pengguna ‘Umum’

Saya tentu merujuk pada para pengguna di pasar lokal yang bukan menjadi bagian para early adopter dan para tech savvy, bagi pengguna yang ada di dua kelompok ini bisa jadi tidak perlu dijelaskan secara detail bagaimana beraktivitas di lingkungan aplikasi, karena perilaku disekitar mereka sudah mendukung dan kebanyakan bisa mencari informasi secara mandiri. Tentunya penguna di luar dua kelompok ini menjadi sasaran pangsa pasar yang masih terbuka luas.

Lalu bagaimana caranya berbagai aplikasi lokal (games, aplikasi produktivitas serta berbagai aplikasi lain) ini bisa dikenal dan digunakan oleh pengguna kebanyakan/umum di Indonesia? Apakah diperlukan satu tempat review aplikasi yang memuat daftar aplikasi lokal lengkap dengan sistem rating dan review yang baik?

Apakah perlu ada semacam Getjar tapi khusus untuk aplikasi lokal yang bisa memuat daftar berbagai aplikasi lokal untuk berbagai platform? Apakah perlu dijalankan strategi promo bersama seperti yang menjadi salah satu fasilitas dari layanan yang dikembangkan di BlogTemen.me.

Edukasi Konsumen

Pertanyaan mendasar dari berbagai pertanyaan di atas adalah tentang siapakah yang menjelaskan pada para pengguna dan calon pengguna yang belum terbiasa atau baru mau mencoba aplikasi cara kerja berbagai aplikasi tersebut, informasi tentang apa saja aplikasi lokal yang tersedia, payment apa yang bisa dilakukan dan berbagai hal lain.

Layaknya menjual barang consumer goods dalam bentuk fisik, aplikasi pun bisa dipromosikan layaknya produk tersebut, seperti juga yang pernah dijelaskan oleh salah satu perwakilan Google di acara Google DevFest 2011 beberapa waktu lalu, dengan mengambil contoh kasus Android Market.

Masing-masing app store juga punya kebijakan serta ekosistem sendiri, termasuk juga cara-cara untuk menampilkan featured post, pemberian rating dan berbagai kelengkapan untuk promo aplikasi, yang kesemuanya berpengaruh juga pada tingkat adopsi, pengetahuan pengguna akan aplikasi dan berujung pada jumlah unduhan atau penjualan aplikasi.

Kegiatan Marketing dan Peluang Pasar

Memang kompetisi sejatinya harus dihadapi dengan cerdik, namun saya pikir edukasi untuk penggunaan aplikasi masih belum secara maksimal di Indonesia, sebagai contoh beberapa kali saya mendengar konsumen yang mau membeli perangkat bergerak iDevice – iPod, iPhone atau iPad, namun belum mengerti bagaimana ekosistem aplikasi bekerja, minimal dari cara unduhan atau kepemilikan Apple ID.

Beberapa cara serta kegiatan edukasi bisa jadi dilakukan oleh brand, misalnya yang dilakukan Nokia, Samsung termasuk juga RIM dan berbagai brand lain yang menjelaskan aplikasi lokal apa yang tersedia dan bisa digunakan, operator telekomunikasi juga sudah dan bisa terus meningkatkan proses promosi edukasi berbagai aplikasi ini.

Kalau dulu kita sering melihat ikon aplikasi lokal dalam TVC, bisa jadi ini saatnya mengenalkan lebih intensif lagi serta mem-featured aplikasi tertentu dalam jangka waktu tertentu dalam program paket data atau promo mereka, misalnya di kartu perdana, SMS atau booth pameran.

Satu hal lain tentunya proses marketing (tidak hanya sales dan promosi) saya pikir sudah perlu untuk dipelajari dan dilakukan secara lebih intensif bagi para developer atau studio game yang memasarkan sendiri game mereka tidak lewat publisher. Semacam sedia payung sebelum hujan, baik bagi mereka yang bermain di segmen smartphone, demikian juga yang bermain di feature phone serta ponsel menengah bawah, karena peluang untuk menaruh aplikasi semakin terbuka, seperti aplikasi yang di Blaast, Nokia untuk menyebut menyebut beberapa nama juga siap menyediakan berbagai aplikasi serta ekosistem yang bisa dipilih bagi para developer, belum lagi semakin murahnya perangkat ponsel baik keluaran RIM atau yang berbasis Android (Samsung, LG, Nexian dan berbagai merek lain) yang juga memberikan peluang pengembangan aplikasi.

Tahun 2012 serbuan ponsel pintar atau ponsel yang sudah bisa menjalankan aplikasi dengan kriteria teknis serta kelebihan dan kekurangannya, dan yang bisa menjadi pilihan untuk melakukan kegiatan produktivitas, hiburan yang hadir dalam rupa aplikasi akan semakin membombardir pasar Indonesia. Dengan semakin banyaknya aplikasi, tentu strategi pemasaran yang tepat, bahkan ketika aplikasi tersebut tersedia secara gratis, perlu dipersiapkan, dikembangkan, dieksekusi dan dievaluasi.

[Gambar]

Wiku Baskoro

Penggemar streetphotography, penikmat gadget, platform agnostic gamers, build Hybrid.co.id to make impact.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Peran Periklanan dalam Strategi Mobile Google

Next Story

Fujitsu Bantu BPPT Kembangkan Infrastruktur Awan untuk Pemerintahan

Latest from Blog

Don't Miss

Nonton-YouTube-Tanpa-Terhalang-Bahasa,-Fitur-Auto-dubbing-Tersedia-Dalam-Bahasa-Indonesia

Nonton YouTube Tanpa Terhalang Bahasa, Fitur Auto-dubbing Tersedia Dalam Bahasa Indonesia

Bagi penggemar video panjang di YouTube, tentunya sudah mengetahui fitur
Dari-Burning-Out-ke-Balance-Laporan-Strava-Ungkap-Tren-Olahraga-Terbaru

Dari Burning Out ke Balance: Laporan Strava Ungkap Tren Olahraga Terbaru

Apa yang membuat orang-orang di seluruh dunia lebih semangat berolahraga