Aplikasi gaya hidup on-demand Fitnesia hadir mengusung konsep bisnis online-to-offline (O2O) sebagai dasar bisnis sekaligus untuk menggaet konsumen baru. Fitnesia menyediakan jembatan fasilitas booking online di seluruh merchant, dalam bentuk gym, studio, spa, massage, dan pusat kecantikan. Fitnesia sudah tersedia dalam melalui situs dan aplikasi mobile untuk platform Android dan iOS.
Bobby Simon, founder Fitnesia, berharap hadirnya Fitnesia bisa menciptakan sharing economy yang bisa membantu perekonomian antar kedua belah pihak lebih maju dan berkembang.
“Kami menghubungkan bisnis lifestyle skala kecil menengah dengan cara membantu menjual spot kosong yang mereka miliki layaknya Airbnb. Menjual kamar kosong yang sebelumnya tidak menghasilkan revenue,” terangnya kepada DailySocial, Selasa (23/8).
Konsep aplikasi Fitnesia, lanjut dia, sebenarnya terinspirasi dari Go-Jek yang memiliki berbagai jenis layanan Go-Ride, Go-Send, Go-Food, Go-Massage, dan lain-lain. Berangkat dari situ, terciptalah beberapa lini bisnis vertikal di bawah bendera aplikasi, seperti Fitnesia, Beautynesia, Spanesia, dan Funesia.
Tak hanya booking online, Fitnesia juga memberikan tawaran harga booking yang lebih murah dibandingkan saat membayar langsung di tempat. Perbedaannya bisa lebih murah antara 30%-60% dari harga biasa.
Fitnesia juga memberikan keleluasaan fleksibilitas membership for all gym untuk penggunanya. Selama ini kebanyakan gym yang beroperasi memiliki kontrak dan komitmen yang harus disepakati oleh membernya. Mereka tidak boleh menggunakan gym di tempat lain dan ada cancellation fee bila member memutuskan kontrak di tengah jalan.
“Kami berusaha memberikan solusi dari ketidaknyamanan itu dengan menghadirkan Fitnesia. Semua orang bisa [ke] gym di mana mereka berada tanpa harus menjadi member.”
Sementara ini, Fitnesia sudah memiliki sekitar 100 merchant yang lokasinya tersebar di Jabodetabek. Bobby menargetkan sampai akhir tahun ini jumlah merchant di seluruh Indonesia bisa mencapai angka 1.200-1.500. Dari sisi pengguna, diharapkan konsumen Fitnesia bisa menyentuh 15 ribu-20 ribu. Untuk mencapai angka tersebut, pihaknya akan berekspansi ke beberapa kota besar lainnya, seperti Bandung, Surabaya, Medan, dan kota-kota di Pulau Bali.
Ke depannya Fitnesia tengah mengembangkan sistem pembayaran sendiri, sama halnya dengan Go-Pay yang dimiliki Go-Jek. Selain itu Fitnesia juga telah bermitra dengan DOKU.
Sempat lakukan pivot
Berkat inspirasi dari berbagai sumber, Bobby bersama tiga orang temannya berhasil mendirikan Fitnesia selama kurang lebih empat setengah bulan yang lalu. Dia mengungkapkan Fitnesia awalnya memiliki fasilitas membership yang bisa digunakan untuk seluruh gym.
Akan tetapi, pada bulan ketiga akhirnya tim memutuskan untuk melakukan pivot. Hal ini didasarkan konsep bisnis tersebut terbilang kurang sustainable, mengingat tidak seluruh member menggunakan fasilitas keanggotaannya untuk gym setiap harinya.
“Pada bulan ketiga kami lakukan pivot, karena itulah kami agak delay dari jadwal untuk perilisan Fitnesia. Kami lihat dengan konsep membership all gym saja kurang sustainable ke depannya. Perlu ada perluasan lagi.”
Kini ada empat lini bisnis vertikal yang menjadi fokus utama. Fitnesia memiliki fokus untuk booking online di gym dan sport center. Beautynesia untuk salon kecantikan dan make up artist. Spanesia untuk kebutuhan spa, massage, therapy. Terakhir, Funesia untuk wahana hiburan, paint ball, trampoline park dan lainnya.
Menurut Bobby, Fitnesia tidak hanya berhenti di lini bisnis vertikal itu saja. Ke depannya, bakal ada lini lainnya. Misalnya, Foodnesia, Artnesia, Clubnesia, dan lain-lain. “Artnesia untuk memudahkan booking online ketika ada calon siswa yang ingin bergabung, sementara Clubnesia ingin membantu klub bisa lebih ramai lagi sebab biasanya saat weekdays kan sepi.”
Mencari investor
Untuk mencapai angka pengguna dan merchant sesuai target pada akhir tahun ini, tim Fitnesia berencana melirik investor baru. Menurutnya, seluruh dana apabila sudah mendapatkan investor yang cocok, akan menggunakannya untuk kebutuhan pemasaran dan akuisisi user.
Meski tidak menyebutkan angkanya, namun Bobby memastikan investor itu diharapkan bisa sekaligus jadi partner strategis dan bisa membantu Fitnesia untuk pengembangan ke depannya.
Potensi bisnis Fitnesia, sambungnya, dengan mengusung konsep O2O terbilang cukup baik untuk berkembang lebih besar lagi. Pasalnya, di Indonesia belum banyak aplikasi lifestyle all on-demand yang memiliki konsep serupa dengan Fitnesia.
Yang memiliki fitur paling mendekati Fitnesia adalah KFIT. Aplikasi ini secara head to head memiliki fitur yang hampir sama dengan Fitnesia. KFIT sendiri baru-baru ini masuk ke Indonesia dengan mengakuisisi Groupon Indonesia
“Semangat yang ingin disampaikan Fitnesia adalah setiap orang Indonesia yang keluar rumah bisa memakai Fitnesia untuk segala aktivitasnya,” pungkas Bobby.