Dark
Light

Apakah Pengguna Internet di Indonesia Sebenarnya Peduli Privasi?

1 min read
September 20, 2011

Foursquare baru-baru ini meningkatkan privasi yang dimiliki penggunanya dengan “mengaburkan” alamat suatu venue jika yang dimaksud adalah rumah. Yang bisa melihatnya hanyalah Anda dan teman-teman Anda saja. Sebenarnya pada awalnya Foursquare juga tidak menginginkan rumah untuk hadir sebagai venue, tapi perkembangan Foursquare yang berbasiskan pada badge dan mayorship membuat orang berlomba-lomba untuk menjadi mayor di manapun, bahkan di rumahnya sendiri.

Saya yakin di USA sana keputusan ini disambut dengan gembira. Pengalaman saya di ranah maya ini memang menghasilkan kesan bahwa privasi untuk buat orang Barat sangat penting. Informasi tetap nama asli, tempat tinggal, dan identitas diri lainnya merupakan hal yang “sakral” dan tidak boleh secara terbuka tertampil di Internet dan diketahui oleh semua orang. Mereka sendiri cenderung lebih suka menggunakan alias untuk kegiatan berinternetnya ketimbang menggunakan identitas diri asli. Pelanggaran terhadap privasi ini bisa berujung pada tuntutan pengadilan. Tidak terhitung berapa banyak orang yang menggerutu jika harus memberikan komentar menggunakan sistem Facebook comment karena mereka takut — meski agak terasa paranoid — identitasnya terbuka jelas di depan umum.

Lain padang ladang lain belalang. Meskipun Indonesia tergolong masyarakat low trust society, ternyata berdasarkan pengamatan saya selama sekitar 13 tahun menggunakan Internet (wild guess, but it tends to be true), orang Indonesia termasuk mudah percaya bahwa semua hal di Internet adalah baik dan pasti bisa dipercaya. Mereka dengan mudah mengumbar data pribadi di Internet — termasuk di mana bertempat tinggal, di mana bersekolah/berkuliah/bekerja — dan berbaginya dengan siapapun, bahkan dengan orang yang baru saja dikenal.

Di Facebook, dengan mudah kita-kita meng-approve orang yang bahkan tidak dikenal untuk menjadi teman dan mengakses informasi privat kita dengan mudah. Di Foursquare sendiri, saya yakin venue rumah di Indonesia itu lebih banyak ketimbang venue tempat umum dan itu bisa dengan mudah dilacak menggunakan mesin pencarian.

Memang self-awareness di Indonesia sementara ini masih cukup rendah. Mereka cenderung kurang waspada terhadap ancaman apapun, dari sekedar stalking hingga kegiatan pedofilia, trafficking, dan berbagai kemungkinan kejahatan lainnya. Kenyataan bahwa hal itu ada di sekitar kita seharusnya meningkatkan kewaspadaan. Menurut saya sudah perlu ada edukasi tentang etika berinternet di mana social behavior seperti ini mendapatkan atensi lebih jauh. Setiap pengguna Internet di Indonesia seharusnya melindungi privasinya untuk menimalisir kemungkinan penyalahgunaan dari pihak yang tidak bertanggung jawab.

Tentunya sudah sepatutnya kita beri apresiasi kepada Foursquare — sebagai layanan berbasis lokasi — yang secara sistem membantu kita meningkatkan privasi. Berikutnya mari kita kurangi kemungkinan informasi pribadi terpampang secara bebas dan bersikap lebih kritis seandainya ada layanan publik terutama dari situs-situs lokal yang memiliki potensi mengkompromikan hal ini.

5 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Virtual Payment Card Maybe a Candidate for Effective Online Payment

Next Story

Selamat Datang Instagram 2.0

Latest from Blog

Don't Miss

Niko Partners: Pertumbuhan Industri Game Indonesia di 2023 Melambat

Game menjadi salah satu industri yang justru tumbuh selama pandemi
Meta sedang siapkan chatbot AI untuk produk-produknya

Meta Segera Luncurkan Chatbot AI dengan Banyak Kepribadian

Sejak ChatGPT diluncurkan November tahun lalu, chatbot AI terus menjadi