Sudah lebih dari seminggu sejak PHK yang dilakukan Yahoo atas 2000 karyawan mereka secara global, yang imbasnya kita juga lihat pada tim Koprol. Tim developer dari Indonesia sebenarnya juga mengerjakan berbagai produk Yahoo selain Koprol dan mereka menjadi korban kebijakan Yahoo untuk merampingkan perusahaan. Ini adalah permainan angka yang sederhana dan sayangnya tim Koprol tidak masuk hitungan.
Walaupun Yahoo tidak mengumumkan ditutupnya Koprol, pembubaran timnya hanya berarti satu hal, yaitu penutupan Koprol. Pertanyaannya sekarang adalah, Perlukah Koprol di-reboot di luar Yahoo?
Sejak Koprol diakuisisi Yahoo, sulit untuk melihat kecocokan Koprol dalam arahan dan strategi Yahoo yang ditentukan sejak mereka menyebut diri sendiri sebagai perusahaan media digital, perusahaan yang berpangku pada iklan di berbagai properti media digitalnya.
Walau secara umum, pemahaman tentang properti media adalah termasuk blog, situs berita dan portal, Yahoo melihat layanan email, Messenger, milis atau grup dan forum termasuk di dalamnya, yang memang cukup fair. Koprol, dilihat dari definisinya adalah juga sebuah saluran media, layanan yang menghantarkan konten ke kelompok audiens tertentu. Koprol juga saluran media dengan pengguna sangat ceruk. Jika Anda membandingkan Koprol dengan properti Yahoo lain seperti Yahoo News, Sport, OMG!, Mail, dan Messenger, mungkin akan mirip sebagai newsletter komunitas daripada koran regional atau nasional.
Sebuah newsletter komunitas berkontribusi sangat sedikit secara finansial kepada grup media yang besar dan mungkin juga memiliki beban biaya yang lebih sedikit secara keseluruhan operasi, namun jika layanan ini tidak memiliki sumber pemasukan sendiri, maka ia akan menjadi beban biaya karena belum mampu mandiri sebagai sebuah layanan.
Sebuah newsletter komunitas bagaimanapun menyediakan layanan yang bernilai untuk anggotanya. Sebuah kota dengan penduduk sebanyak 30 ribu tidak membutuhkan koran yang menyajikan berbagai topik dalam skala nasional. Kota tersebut membutuhkan saluran media sendiri. Bahkan kota dengan 2 juta penghuni juga membutuhkan saluran media sendiri. Pentingnya sebuah isu tergantung dari berapa orang yang terkena efek dari berita tersebut, atau di banyak kasus, siapa saja yang terkena imbas.
Koprol memang tidak terlalu berengaruh secara luas tetapi bagi mereka yang tergantung kepadanya, Koprol memiliki nilai, oleh karenanya mungkin layak untuk ditelaah kembali apakah Koprol perlu ‘dilahirkan’ kembali. Setidaknya ada satu investor yang ingin mendanai kelahiran kembali Kopol, namun sampai Yahoo benar-benar mematikan Koprol, nasib Koprol 2.0 yang direncakan untuk dirilis bulan Mei ini, masih belum bisa dipastikan.
Yahoo bisa saja mempertahankan nama Koprol atau hak intelektual atasnya. Yahoo juga bisa mencegah mantan karyawannya untuk melanjutkan Koprol dalam bentuk lain. Namun bukan tidak mungkin juga untuk Yahoo melepaskan Koprol, baik secara terbatas atau secara keseluruhan. Dengan perubahan organisasi yang baru saja terjadi, sepertinya Yahoo tidak membutuhkan layanan papan pengumuman lingkungan atau newsletter komunitas.
Dengan pertimbangan di atas, berbagai kemungkinan yang bisa terjadi masih terbuka luas, tetapi waktunya sangat terbatas justru karena keahlian yang dimiliki para developer dan desainer Koprol. Para headhunter telah berkeliaran dan sejumlah mantan karyawan Yahoo Indonesia sudah meneriwa tawaran dari berbagai perusahaan besar lainnya, startup, agensi media dan lain-lain.
Koprol memiliki hampir 30 orang dalam timnya ketika PHK diumumkan, tetapi ketika Koprol pertama kali dikembangkan, timnya terdiri dengan kurang dari 10 orang. Jika para co-founder atau pihak lain ingin membuat ulang Koprol, mereka mungkin tidak membutuhkan banyak karyawan untuk memulainya, 10 mungkin sudah cukup untuk membuat layanan tersebut berjalan. Berikan waktu pada layanan baru ini dua atau tiga tahun untuk benar-benar memiliki model bisnis, dan Indonesia mungkin akan mendapatkan kembali layanan pengumuman lingkungan mereka.
Lebih baik koprol pisah dari Yahoo!
Gimana kalau Koprol di-opensource kan saja? 🙂 rilis source code utk community editionnya dgn fitur basic yg bisa diinstall di server2 di jaringan sendiri
No.
Kami lebih bangga menggunakan layanan yang 100% dicontrol oleh anak bangsa, seperti Koprol pada era lampau…
Pake cara Rocket Internet dong, developer2 lama Koprol bikin versi “clone” yg lain, kasi nama Kopral kek, atau Koprul kek, atau Kopril kek, abis itu kembangkan lagi dengan ciri yg lebih Indonesia, gak usah pake bikin seperti Koprol for Business lah, yang jelas2 gak akan ada yg pake di sini.
Pengamatan saya sih Koprol itu user nya pasti (ayo ngakuuu) kalangan alay-alay, tukang jual pulsa, mas-mas yg jaga counter HP dan yang sejenisnya. Dengan kata lain, usernya pasti yang bukan belum addictive banget ama Twitter.
Saran saya kembangkan saja fitur2 sederhana, just chatting ajah udah cukup, asal bisa massive, se-massive kepopuleran Mig33 misalnya. Atau misalnya Koprol bisa jadi official messenger buat mbak-mbak TKI yg ada di luar negeri misalnya, karena murah plus bisa jadi obat kangen dengan saudara atau teman2 di Indonesia. Banyak cara lah pokoknya agar Koprol bisa survive, kesalahan kemaren hanyalah Koprol di tangan Yahoo! yang jelas2 punya arah yg beda dengan user-user Koprol 🙂
Just my opinion 🙂
Setuju dengan Dr Doombret. Koprol sulit bersaing terutama dengan twitter dan 4square. tapi koprol bisa survive. Memang pada awalnya harus berpisah dari yahoo. Sedangkan saran saya bisa saja berafiliasi dengan g+ dalam bentuk chatting (seperti kata Dr. Doombret) atau hangoutnya g+. Mungkin akan lebih mudah karena g+ jg memerlukan pasar, dan disamping itu google juga sudah membukan kantor cabang di Indonesia.