Smartphone adalah inkarnasi terakhir kebutuhan manusia akan komunikasi. Fungsinya telah meluas dan melebur dari sekedar alat pelengkap, berubah menjadi benda multi-fungsi yang tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan sehari-hari.
Smartphone adalah pusat hiburan, media bisnis dan medium informasi. Tapi walaupun saat ini smartphone ialah komoditas terpanas yang ada di bumi, analis memperkirakan penjualannya akan anjlok kurang lebih empat tahun lagi.
IDC memperkirakan akan ada pertumbuhan sebesar 19,3 persen di tahun 2014. Cukup besar, namun jumlah tersebut hanya separuh pertumbuhan di 2013 yang mencapai 29,2 persen dengan angka pengiriman lebih dari satu miliar unit untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Momentum ini melaju pesat pertama kali saat Apple mengenalkan iPhone di tahun 2007, namun Wall Street memperkirakan bahwa ia akan melambat bagi konsumen negara maju yang lebih memilih gadget high-end yang lebih mahal.
Info menarik: iPad Mini Retina Display dan iPad Air Resmi Dijual di Indonesia
Dalam satu titik untuk beberapa tahun ke depan, konsumen akhirnya akan merasa lelah untuk terus menerus meng-upgrade smartphone mereka. Saat itu terjadi, penjualan akan anjlok. Untuk bisa bertahan, produsen selalu mengenalkan handset baru.
Dahulu yang biasanya varian flagship diperkenalkan minimal satu tahun sekali, kini frekuensinya lebih memendek dan mereka diluncurkan dalam beberapa bulan sekali.
Itulah alasannya mengapa angka penjualan terus menurun. Produsen smartphone ternama dunia juga diperkirakan akan terpaksa menurunkan harga karena permintaan kini beralih ke Cina serta negara-negara berkembang lain.
Dalam waktu dekat, konsumen akan lebih memilih handset yang dijual dengan harga kurang dari US$ 300 – dan hanya perusahaan asal Cina-lah yang mampu melakukan itu.
Info menarik: Klanblog: Marketplace Jual Beli Iklan Bagi Blogger dan Pengiklan
Tahun lalu, harga jual rata-rata smartphone adalah US$ 335. Angka ini jauh lebih rendah dibanding perangkat-perangkat kelas atas seperti iPhone 5S dan Samsung Galaxy 4S. Di Indonesia sendiri, handset-handset serta gadget seperti ini hanya laku di kalangan terbatas. Perkiraan IDC berikutnya adalah pada tahun 2018 – kurang lebih empat tahun lagi – harga jual rata-rata smartphone adalah US$ 260.
Menurut IDC, di negara seperti Amerika terdapat 200 juta smartphone yang secara aktif digunakan. Jumlah ini belum meliputi feature phone. Namun 2014 akan menjadi masa transisi bagi pasar smartphone.
Bukan hanya angka pertumbuhan yang menurun, namun konsumen akan membelinya dengan motivasi yang berbeda: mereka tidak lagi mengejar keeksklusifitasan gadget, dan konsep ‘premium’ tidak lagi penting.
Meningkatnya permintaan di kelas menengah ke bawah akan memaksa produsen, operator dan OEM mengubah permainan dan menurunkan harga. Di tahun 2013, terjual kurang lebih 322,5 juta unit handset dengan harga di bawah US$ 150.
Jika analisa ini tepat, maka banyak sekali produsen yang harus memikirkan kembali strategi mereka ke depan. Apalagi kita tahu, beberapa di antara mereka telah mengumumkan untuk meninggalkan industri PC untuk berkonsentrasi pada smartphone dan tablet.
Sumber DailyMail.co.uk. Gambar header: Smartphone via Shutterstock.