Layanan pengajaran programming game bagi anak-anak Clevio Coder Camp kini telah mendidik ribuan siswa dan berkembang hingga memiliki lima cabang. Clevio memberikan wadah bermain dengan mengajak anak-anak membangun perusahaan game-nya sendiri, layaknya di dalam sebuah inkubator.
Clevio Coder Camp diluncurkan Mei 2013 yang dimulai dari sebuah kelas kecil di rumah pribadi dan berawal dari kesulitan Founder-nya dalam mencarikan sekolah programming buat anak-anak di Indonesia.
“Awalnya kami ciptakan Clevio Coder Camp sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan anak kami sendiri. Saat masih tinggal di Singapura, saya sedang belajar programming Android, anak saya Neo (saat itu kelas 4 SD) bertanya, ‘Bikin apa Pak?’. Saat itu saya sedang mengikuti tutorial membuat game Android menggunakan AppInventor dari MIT. Karena dia senang game, dia ikutan belajar, dan ternyata dia lebih cepat bisa daripada saya sendiri, yang mantan programmer dan pernah mendalami e-commerce di Amerika. Sesudah itu tiba-tiba Neo sudah membuat beberapa game tanpa saya ajari,” kisah Founder dan CEO Clevio Aranggi Soemardjan.
Ia melanjutkan:
“Saat kami pindah kembali ke Jakarta, kami mencari kursus game atau programming khusus anak-anak untuk menyalurkan minatnya lebih jauh. Namun ternyata saat itu belum ada kursus yang kami cari ini di Jakarta. Terpaksalah saya dan ibunda Neo, Siska, membuat solusinya. Kebetulan di Singapura Siska belajar Konseling Psikologi Anak. Dipadukan dengan pengalaman saya tentang programming, entrepreneurship, design dan engineering, kami mulai Clevio Coder Camp.”
“Saat itu kami tidak merencanakan membuat satu kursus komputer, kami ingin membuat aktivitas pengembangan diri anak kami dari perspektif orangtua yang ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya,” imbuhnya.
Kemudian Aranggi mulai headhunting bakat-bakat Coach yang mengerti programming dan sanggup memotivasi anak-anak, meriset teknik dan konten pendidikan praktis dan manusiawi, focus group dengan para orangtua dan anak, pilot class, marketing, dan community building. Setelah itu dimulailah kelas pertama Clevio Coder Camp di rumahnya di Bukit Golf Cibubur.
Clevio Coder Camp fokus terhadap anak. Alasan ini yang menyebabkan sejak awal berdiri mereka bertekad tidak melulu mengajarkan programming. Selain itu mereka menyadari bahwa dunia anak-anak adalah dunia bermain.
Tujuan Clevio
Aranggi menyebutkan, “Tujuan kami ada empat. Pertama membangun logika anak melalui logika dan algoritma komputasi. Logika berpikir para coder cilik dibangun melalui algorithmic-thinking, membuat flow-chart, merancang decision-tree, dan merencanakan keputusan secara antisipatif.”
“Kedua, menyediakan wadah bermain untuk anak-anak menuangkan ilmu-ilmu yang dipelajari para coder cilik secara akademis di sekolah. Kami bina para coder cilik kami menuangkan ilmu dan kreativitas dari diri mereka ke karya-karya yang paling mereka senangi (yaitu) game,” tambahnya.
Ia melanjutkan, “Nah, tujuan ketiga dan keempat ini cukup unik, karena mereka melakukan hal-hal layaknya bekerja membangun satu perusahaan startup game. Ketiga adalah pengembangan psiko-sosial anak, para coder cilik kami tanamkan semangat teamwork setiap hari.”
Menurut Aranggi, setiap tim akan bekerja layaknya berada di dalam inkubator startup. Mereka dibimbing oleh coaches untuk bekerja sama, bertukar pikiran, berdebat, berkompromi, mengambil keputusan, mengejar deadline, presentasi, dan berjualan game karya mereka bersama-sama.
Peraturan di Clevio Coder Camp, coach dilarang memberikan jawaban. Mereka hanya boleh memberikan pertanyaan yang menggiring coder cilik menemukan jawabannya sendiri. Aranggi menyebutkan:
“Kepuasan memecahkan masalah adalah hak anak-anak.”
Terakhir adalah mendesain sesuatu untuk kepentingan yang lebih besar. Dari 10 game yang mereka buat dalam satu kurikulum belajar, mereka juga ditantang untuk menjual game mereka, sehingga mereka bisa belajar berempati dengan perspektif pengguna, pembeli, dan pasar.
Perkembangan Clevio
Kini, Clevio sudah mempunyai lima cabang, di Kota Wisata Cibubur, Bukit Golf Cibubur, Mendawai Blok-M, Tanah Kusir, dan Cipete. “Kami juga hadir puluhan sekolah termasuk Singapore School, Sekolah Alam, Al-Azhar Syifa Budi, Global Mandiri, dan sekolah internasional atau national-plus lainnya dengan berbagai kegiatan ekstra kurikuler, seminar parenting, dan training game untuk guru. Jumlah siswa yang sudah ikut dan masih berjalan sudah ratusan, plus ribuan anak-anak lagi yang sudah kami ajari ‘Hour-of-Code’, baik berbayar ataupun gratis dalam program CSR kami untuk masyarakat,” ujar Aranggi.
Untuk terus mengembangkan sayap, Aranggi mengaku tidak mempunyai strategi marketing yang khusus. Ia mengatakan, “Intinya adalah community-building. Kami tidak punya budget marketing yang berarti. Kami ingin berkembang secara independen. berutang budi pada komunitas orangtua, sekolah, pendidik, media dan terutama para coder cilik yang demikian bersemangat mendukung kami sejak awal hingga hari ini. Selama komunitas masih menerima pelayanan kami dan merasakan bahwa kehadiran kami relevan bagi kebaikan masyarakat, mudah-mudahan mereka akan terus mendukung kami.”
Selain Coder Camp, Clevio sedang menyusun konsep “Sekolah Masa Depan” dalam bentuk sekolah kolaboratif, yaitu para siswa akan bekerja dalam proyek-proyek “Junior Apprentice” untuk masyarakat, dibimbing Learning Coach dan Subject Mentors dari dunia profesional.
Ketika ditanya target di masa mendatang, Aranggi menyatakan tidak punya target secara bisnis. “Yang kami inginkan adalah terus berbagi dan mengembangkan sumberdaya kami agar bisa melayani permintaan masyarakat yang sebegitu besar,” pungkasnya.