Sudah bukan pengetahuan baru bahwa kegiatan rumah tangga selama pandemi berlangsung jadi lebih sibuk dari hari normal. Kegiatan masak-memasak salah satu yang paling dominan. Tolok ukurnya dari jumlah bisnis kuliner rumahan yang bertambah signifikan di masa pandemi. Localio mencoba menangkap peruntungan dari tren tersebut.
Localio adalah startup digital yang baru berdiri pada Juli kemarin. Perusahaan rintisan ini didirikan oleh Andry Suhaili, Sebastian Wijaya, Donald D. Kusumo, dan Handoko Kusumo sebagai marketplace bisnis kuliner rumahan. Meski sekilas tak berbeda dengan platform GoFood dan GrabFood, mereka bersikeras bisnis Localio berbeda. Salah satunya kelokalan produk mereka.
“Pada dasarnya Localio itu marketplace homemade lokal, membantu UMKM bertemu komunitasnya,” ujar Andry yang berperan sebagai CEO.
Ide awal dari Localio bermula dari keluarga Andry yang berniat menjual masakan rumahan mereka namun kesulitan untuk menemukan ceruk pasar yang luas. Untuk masuk ke platform seperti GoFood atau GrabFood pun menurut Andry cukup sulit karena perlu antre cukup lama.
Berangkat dari masalah itu, ia dan teman-temannya membuat riset tentang kesulitan yang dialami bisnis kuliner rumahan. Setelahnya mereka menemukan sejumlah masalah serupa termasuk kesulitan bisnis rumahan tersebut dalam memasarkan dan belum ada satu platform yang mewadahi mereka.
Segmentasi produk
Andry mengakui bahwa sudah ada platform lain seperti GoFood, GrabFood, serta e-commerce lain yang bisa dipakai bisnis kuliner rumahan. Namun menurutnya platform di atas belum begitu sesuai dengan kebutuhan bisnis rumahan. Dengan Localio, Andry mengatakan pihaknya dapat membantu bisnis rumahan mulai dari promosi, menjaring pelanggan, pelatihan bisnis online, hingga pemilihan kurir.
Oleh karena target pengguna mereka adalah bisnis mikro bahkan ultra mikro, Localio tidak mengenakan biaya kepada penjual yang bergabung. Mereka juga tidak mencari keuntungan dengan menerapkan komisi.
“Kita memang tidak tidak ambil komisi, tapi kami lihat peluangnya di infrastruktur, misalnya dengan supplier,” imbuh Andry.
Yang dimaksud infrastruktur oleh Andry adalah ekosistem yang sedang Localio bangun. Andry memaparkan ada tiga pilar utama yang akan menjadi ekosistem Localio, yaitu fulfillment, keuangan, jasa konsultasi dan iklan. Iklan termasuk model bisnis mereka yang sudah berjalan saat ini.
Fulfillment yang dimaksud termasuk rantai suplai yang menghubungkan penjual ke vendor bahan pangan, pengantaran, serta penyediaan dapur satelit. Perihal rantai suplai ini, mereka menyebutnya LocaSupply, masih dalam proses. Andry menyebut pihaknya berencana menggandeng Wahyoo untuk produk tersebut.
Yang cukup menarik di opsi pengantaran. Andry mengatakan bahwa mereka menyiapkan pilihan kurir menggunakan sepeda, otoped, dan pejalan kaki. Opsi pejalan kaki muncul karena jarak pengantaran makanan di Localio tadinya cuma 3 kilometer. Di samping pilihan kurir tadi, mereka juga menggandeng Gojek dan Help sebagai opsi tambahan.
“Model bisnis kami yang sudah jalan itu Live Streaming, LocaAds, dan delivery.”
Target dan rencana bisnis
Localio memulai bisnisnya di lingkup yang relatif kecil. Mereka memulai bisnisnya dengan menggaet penjual di wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat. Lalu menggaet bisnis rumahan lain di wilayah Kelapa Gading, Pluit, PIK, Sunter, hingga Pasar Minggu.
CTO Sebastian Wijaya mengatakan, pihaknya pun kini sudah memiliki sejumlah penjual yang tersebar di luar kota seperti Sidoarjo dan Medan. Namun untuk saat ini mereka masih akan berfokus untuk memperluas jangkauannya di wilayah Jabodetabek. Sementara hingga Desember nanti mereka setidaknya menargetkan bisa ekspansi hingga ke Bandung, Surabaya, Bali, dan Singapura. Mereka memilih Singapura karena menurut mereka kondisi bisnis kuliner rumahan di sana juga sedang meningkat, ditambah Sebastian yang sedang bermukim di sana.
Selain ekspansi, Localio juga berencana menggaet koki profesional yang diberhentikan dari tempat kerjanya selama pandemi untuk bergabung ke platform mereka. Nantinya para koki tersebut akan diwadahi ke dalam kanal tersendiri.
Sampai pertengahan Oktober, Localio sudah berhasil meraih 1000 penjual. Mereka menargetkan dapat meraih 4000 penjual hingga akhir tahun dengan ekspansi yang telah mereka rencanakan. Target pertumbuhan itu nantinya juga akan dipakai untuk menarik minat para investor. Saat ini modal di Localio masih di fase bootstrap dengan tambahan modal dari Win Ventures.
“Ke depan kami ingin membentuk ekosistem usaha rumahan. Secara keseluruhan kami ingin jadi platform yang menghubungkan UMKM lokal, mempromosikannya dari bisnis makanan yang tidak terkenal menjadi pemain global hingga ekspor ke luar negeri,” pungkas Andry.