Setelah Indosat Ooredoo menutup Cipika dan XL Axiata mempertimbangkan keikutsertaannya di Elevenia, satu layanan e-commerce lagi harus merestrukturisasi model bisnis dan kembali fokus ke layanan intinya. Alfacart, layanan e-commerce Alfamart, tidak lagi mengembangkan layanan marketplace dan fokus di bisnis grocery online (barang sehari-hari) dan toko virtual Alfamind.
Menurut informasi yang kami peroleh, sekitar 50% karyawan Alfacart bakal di-layoff.
Sekitar 3 bulan lalu, CEO Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan pihaknya sedang menyiapkan Alfacart 2.0 yang akan menggandeng warung, toko tradisional dan ritel offline lainnya sebagai jaringan O2O (online-to-offline).
Sebelumnya COO dan CMO Alfacart Haryo Suryo Putro sempat menyebutkan pihaknya masih kesulitan mengintegrasikan Alfacart dengan berbagai gerai Alfamart di seluruh Indonesia, karena kebanyakan gerai berbentuk franchise yang dimiliki perseorangan.
Alfacart adalah hasil transformasi Alfaonline yang resmi beroperasi mulai bulan Mei 2016. Premis awal Alfacart adalah menjadi marketplace terlengkap dengan jaringan luas di seluruh Indonesia yang memanfaatkan gerai Alfamart yang berjumlah lebih dari 10 ribu buah.
Bisa dipastikan masa depan Alfacart kini tidak sesuai dengan harapan awal.
Update (23/6): Haryo dan Catherine dalam pertanyaan resminya mengungkapkan:
“Adanya perbedaan visi ini mendasari keputusan para eksekutif pimpinan untuk mengundurkan diri dari sisi operasional bisnis perusahaan.”
Disebutkan tidak ada layoff terhadap jajaran manajemen Alfacart. Mereka tidak lagi terlibat untuk kegiatan operasional, tapi akan terus membantu beberapa proyek strategis grup Alfamart, meskipun tidak dijelaskan dalam kapasitas apa.