Setelah dua tahun menjabat sebagai Vice President of Technology Product Go-Jek, per 1 Oktober 2016 kemarin Alamanda Shantika resmi bergabung dengan PT Kibar Kreasi Indonesia (Kibar), tech startup ecosystem builder di Tanah Air untuk mewujudkan mimpinya membantu anak-anak muda Indonesia lewat FemaleDev dan Program Nasional 1.000 Startup Digital. Keduanya adalah program dari Kibar.
Perlu diketahui, Alamanda bergabung di Go-Jek sejak 2014. Dia adalah orang di balik lahirnya aplikasi Go-Jek yang kini beredar di 10 kota besar Indonesia. Kini Go-Jek dikenal sebagai role model startup di Tanah Air yang banyak dicontoh oleh banyak founder mengenai peranannya membantu perekonomian masyarakat Indonesia.
Selama perjalanannya di Go-Jek, sudah beberapa kali dirinya menjadi pembicara untuk acara workshop, mentoring, atau lainnya. Akhirnya hal ini membuat Ala, panggilan Alamanda, kembali mengingat mimpinya sejak awal. Ia ingin membantu orang Indonesia lebih banyak lagi.
Lewat wawancara eksklusif bersama dengan DailySocial di kantor Kibar, dia menceritakan sejak awal sebelum dia bergabung di Go-Jek ingin menjadi seorang dosen dengan mengambil program PhD sebagai langkah awal untuk menuju Menteri Pendidikan. Namun akhirnya pupus, karena bujukan dari Nadiem Makarim (Founder Go-Jek) untuk membantu dirinya mengembangkan Go-Jek demi mengangkat perekonomian supir ojek lebih baik lagi.
“Meninggalkan Go-Jek itu adalah hal yang berat. Tapi ini adalah masalah waktu karena saya ninggalin Go-Jek demi capai cita-cita saya lebih tinggi lagi, kan saya mau jadi Menteri Pendidikan jadi gak bisa selama-lamanya di Go-Jek. Anak-anak di Go-Jek sudah dapat bekal yang cukup dari saya, sekarang saatnya saya beri bekal lagi untuk anak-anak lainnya,” ujarnya, Rabu (5/10).
Pipeline kerja bersama Kibar
Kini, Ala fokus menjadi mentor untuk dua program yang dibuat oleh Kibar yakni FemaleDev sebagai Chief Activist dan Program Nasional 1.000 Startup Digital sebagai mentor. Di FemaleDev, ia ingin membantu perempuan Indonesia yang berkecimpung sebagai developer dan programmer, mengarahkan mereka untuk menjadi founder dan leader untuk startup.
Menurut Ala, jumlah founder perempuan di startup Indonesia masih sedikit. Padahal, mereka sama-sama memiliki potensi dan kemampuan yang sama dengan laki-laki. Banyak mindset yang terus memojoki kemampuan perempuan yang terbatas, terkesan pekerjaan programmer itu sangat “high tech” dan tidak semua orang bisa menguasainya. Padahal, dalam kenyataannya tidak demikian. Itu semua hanya sebatas mindset saja yang perlu dirubah.
Untuk itu, dalam waktu dekat akan ada inisiasi baru dari FemaleDev yang akan diresmikan pada 29 Oktober 2016 mendatang di Bali, bekerja sama dengan Google Developer. Arahnya, dari inisiasi tersebut dapat membawa isu female developer ke ranah global karena permasalahan ini dinilai merata terjadi di seluruh dunia. Inisiasi ini akan dihadirkan kegiatan workshop, mentoring khusus untuk perempuan.
“Female leader di startup masih sangat sedikit. Saya mau menggerakkan wanita juga mampu di teknologi dan menjadi leader. Dari FemaleDev akan melahirkan bibit-bibit female programmer dan developer dari dunia teknologi untuk menjadi leader startup.”
Kemudian untuk Program Nasional 1.000 Startup Digital, Ala akan menempatkan dirinya sebagai mentor. Dari kacamata sebagai orang yang pernah mendirikan startup, Ala akan membawa seluruh ilmunya dari Go-Jek untuk disampaikan ke anak-anak muda Indonesia.
“Program ini sekarang ada ditahap networking dan hackaton, dari perspektif saya yang sudah pernah mendirikan startup. Masukan dari saya beberapa diantaranya, kebutuhan ideal engineer untuk satu produk itu perlu tiga orang. Masih banyak bantuan yang siap saya berikan untuk menciptakan ekosistem teknologi yang baik di Indonesia.”
Banyak pihak ingin membajak
Sebagai salah satu orang penting di Go-Jek, tentunya aura Ala kian deras dimata para berbagai pihak, tak terkecuali konglomerat besar di Indonesia. Ala mengaku sebelum dirinya memutuskan untuk bergabung ke Kibar, banyak perusahaan besar yang berusaha membujuk dirinya beralih ke tempat mereka hingga pendekatan yang paling ekstrem.
Namun, hal itu tidak membuat Ala gentar sebab mereka tidak memiliki kesamaan visi. Justru dengan Kibar dia merasa ada kesamaan visi, sama-sama ingin membangun ekosistem teknologi yang baik dan ramah untuk Indonesia.
Ala mulai mengenal Yansen Kamto (CEO Kibar) saat mereka ditunjuk menjadi juri untuk ajang kompetisi NextDev diadakan oleh Telkomsel pada tahun lalu. Sejak itu, Ala mulai banyak berbincang mengenai Kibar dan visi misinya.
“Saat ini potensi anak Indonesia sudah luas, mimpinya sudah terbentuk. Hanya akan sekedar jadi potensi saja bila tidak ada orang yang membantu mengembangkan mereka. Dengan menjadi pembimbing, saya yakin Kibar akan bantu mencapai mimpi terbesar saya. Tujuan akhir saya di Kibar ingin bersama-sama menciptakan startup yang punya hati untuk membantu banyak orang.”
Yansen Kamto, CEO Kibar, menambahkan bergabungnya Ala menunjukkan adanya salah satu kemenangan untuk menyukseskan Program Nasional 1.000 Startup Digital menjadi realita. Yansen memastikan, hubungan Kibar dengan Go-Jek justru tidak jadi keruh karena perpindahan Ala.
“Kami jadi yakin bergabungnya Ala akan membuat program nasional bisa sukses karena di belakang layarnya ada orang yang berpengalaman dan peduli. Nadiem pun sangat dorong orang-orang dari Go-Jek berkontribusi untuk negara. No hard feeling.”
Mengutip kata-kata dari Nadiem untuknya, Ala mengatakan. “I let you fly.”