21 January 2022

by Glenn Kaonang

Akankah Call of Duty Tidak Muncul Lagi di PlayStation?

Rencana akuisisi Microsoft terhadap Activision Blizzard memicu pertanyaan, "Apakah Call of Duty ke depannya bakal jadi penawaran eksklusif untuk Xbox dan PC saja?"

Rencana akuisisi Activision Blizzard yang diumumkan Microsoft baru-baru ini memicu reaksi yang beragam di industri video game secara keseluruhan. Namun reaksi yang paling banyak dilontarkan adalah terkait bagaimana akuisisi ini bisa berdampak buruk bagi Sony, terutama jika Microsoft memutuskan untuk membuat deretan IP milik Activision Blizzard menjadi penawaran eksklusif buat platform Xbox dan PC.

Salah satu IP yang paling banyak dibicarakan adalah Call of Duty. Tidak bisa dimungkiri, Call of Duty merupakan salah satu franchise game tersukses yang pernah ada. April tahun lalu, Activision mengumumkan bahwa sejak game pertamanya dirilis, seri Call of Duty telah terjual lebih dari 400 juta unit. Tentu saja ini bisa jadi pukulan telak bagi Sony seandainya franchise sebesar Call of Duty benar-benar tidak akan muncul lagi di ekosistem PlayStation.

Kabar baiknya, Phil Spencer selaku CEO Microsoft Gaming telah memberikan klarifikasi. Via Twitter, beliau menegaskan bahwa Microsoft bakal menghormati segala perjanjian yang ada pasca akuisisi Activision Blizzard, dan Call of Duty pun akan terus eksis di PlayStation. "Sony adalah bagian penting dari industri kami, dan kami menghargai hubungan kami," imbuh Phil.

Tentunya ini merupakan kabar yang cukup melegakan bagi komunitas penggemar Call of Duty, khususnya yang juga merupakan pengguna PlayStation. Ini juga bukan pertama kalinya Microsoft mempertahankan status multiplatform dari suatu franchise game populer yang mereka beli. Minecraft contohnya, masih tersedia di banyak platform meski studio yang membuatnya (Mojang) sudah Microsoft akuisisi sejak 2014, dan sampai artikel ini ditayangkan pun kita masih bisa membeli game-nya dari PlayStation Store.

Memang ada kekhawatiran Microsoft bakal berubah pikiran ke depannya, seperti yang sudah mereka buktikan sebelumnya. Tidak lama setelah Microsoft mengumumkan rencananya untuk mengakuisisi ZeniMax di bulan September 2020, Phil Spencer sempat menjelaskan dalam sebuah wawancara bersama Kotaku bahwa akuisisi tersebut tidak bertujuan untuk menjauhkan game-game unggulannya dari platform pesaing.

Namun hanya selang beberapa bulan setelahnya, dan sesudah proses akuisisi Microsoft atas ZeniMax diresmikan, Bethesda mengonfirmasi bahwa Starfield akan dirilis secara eksklusif di Xbox dan PC. Kemudian di bulan November 2021, giliran Phil yang secara tidak langsung menyampaikan bahwa The Elder Scrolls 6 juga tak akan mampir ke PlayStation.

Namun situasinya agak berbeda kali ini, sebab Phil secara eksplisit dan spesifik menyebut Call of Duty. Jadi kalaupun nanti seri game populer lain seperti Overwatch, Diablo, maupun Warcraft dijadikan eksklusif, Call of Duty semestinya tidak akan terdampak.

Apakah ini berarti Call of Duty lebih spesial dari yang lain? Pemikiran seperti itu tidak salah, dan lagi di antara franchise-franchise game populer yang saya sebut tadi, toh memang cuma Call of Duty yang selalu memiliki game baru setiap tahunnya — sekaligus yang dikerjakan oleh banyak studio. The Elder Scrolls maupun Diablo di sisi lain selalu memakan waktu pengembangan selama bertahun-tahun. Kesannya kurang rasional apabila Microsoft ingin menciutkan pangsa pasar franchise game yang setiap tahunnya selalu memiliki penawaran baru hanya demi mendorong penjualan hardware bikinannya.

Terkait iktikad baik Microsoft untuk menghargai perjanjian yang ada pasca akuisisi, kita tahu bahwa Deathloop hingga kini masih berstatus eksklusif untuk PlayStation 5 dan PC, dan game tersebut baru akan dirilis di Xbox Series X/S pada September 2022 sesuai perjanjian. Contoh lainnya, ada Ghostwire: Tokyo yang menanti untuk dirilis secara eksklusif di PS5 dan PC tahun ini, lagi-lagi tanpa mencakup Xbox di hari peluncurannya. Kedua game itu sama-sama diterbitkan oleh Bethesda.

Tentu saja kita juga tidak boleh lupa akan satu faktor terbesar yang bisa menggagalkan ini semua, yakni apabila akuisisinya ternyata batal diproses, dan Activision Blizzard tidak jadi bergabung dengan keluarga Microsoft. Di siaran persnya, Microsoft menyebutkan bahwa proses akuisisinya diperkirakan baru akan selesai di tahun fiskal 2023, yang berarti paling lambat sampai Juni 2023.

Via: PC Gamer.