AI di tempat kerja kini bukan lagi teknologi eksperimental. Laporan Atlassian AI Collaboration Report 2025 menunjukkan bahwa penggunaan AI harian meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya, dan rata-rata pekerja merasa 33% lebih produktif berkat bantuan kecerdasan buatan.
Namun di balik lonjakan produktivitas tersebut, muncul pertanyaan penting:
mengapa sebagian besar perusahaan—termasuk organisasi besar—belum merasakan dampak AI secara menyeluruh?
AI di Tempat Kerja: Produktif Secara Individu, Belum Efektif Secara Organisasi
Menurut riset Atlassian terhadap 12.000 knowledge workers dan 180 eksekutif Fortune 1000, AI terbukti membantu pekerjaan individu seperti:
- menyusun dokumen,
- menganalisis data,
- merangkum informasi,
- hingga otomatisasi tugas berulang.
Namun faktanya, 96% perusahaan belum mengalami transformasi signifikan dalam:
- efisiensi organisasi,
- kualitas kerja lintas tim,
- inovasi,
- dan kemampuan menyelesaikan masalah kompleks.
Artinya, AI meningkatkan kecepatan kerja orang, tetapi belum meningkatkan cara tim bekerja bersama.
Mengapa AI Belum Meningkatkan Kolaborasi Tim?
Masalah utamanya bukan pada teknologi AI, melainkan pada cara perusahaan mengadopsinya.
Laporan ini menyoroti tiga hambatan utama:
1. AI Tidak Terhubung dengan Pengetahuan Perusahaan
Sebanyak 74–91% pekerja global mengaku AI mereka terhambat karena:
- data tersebar di banyak tools,
- informasi tersimpan di chat pribadi,
- tujuan dan prioritas tim tidak terdokumentasi dengan jelas.
Akibatnya, AI hanya bekerja dengan konteks terbatas dan berisiko menghasilkan keputusan yang keliru.
2. Fokus Berlebihan pada Produktivitas Individu
Sebanyak 76% eksekutif masih mengukur keberhasilan AI dari time saved dan jumlah tugas yang dipercepat.
Padahal, perusahaan yang terlalu fokus pada produktivitas personal tercatat 16% lebih rendah kemampuannya dalam mendorong inovasi dibanding organisasi yang fokus pada koordinasi tim.
3. Sistem Kerja Masih Terfragmentasi
AI tidak bisa membantu kolaborasi jika:
- tools komunikasi terpisah dari tools kerja,
- tujuan tim tidak saling terhubung,
- dan tidak ada sistem kerja terintegrasi.
Jawaban dari Atlassian: AI untuk Koordinasi, Bukan Sekadar Efisiensi
Hanya sekitar 4% perusahaan yang berhasil mendapatkan manfaat AI secara transformasional. Perusahaan-perusahaan ini memiliki pendekatan berbeda: menggunakan AI sebagai penghubung antar tim.
Apa yang Mereka Lakukan?
1. Membangun Knowledge Base Terhubung
Semua pekerjaan terdokumentasi dengan jelas:
- siapa pemiliknya,
- apa tujuannya,
- kapan tenggatnya,
- dan mengapa pekerjaan itu penting.
Hal ini memungkinkan AI memahami konteks kerja secara menyeluruh.
2. Mengintegrasikan Sistem Kerja
Tujuan tim, proyek, komunikasi, dan data analitik berada dalam satu ekosistem.
Dengan pendekatan ini, AI dapat:
- mendeteksi duplikasi kerja,
- menandai hambatan lebih cepat,
- menyarankan kolaborasi lintas fungsi.
3. Menjadikan AI Bagian dari Tim
AI diberi peran spesifik dalam workflow, misalnya:
- menyusun draft rencana proyek,
- menganalisis tren bisnis,
- merekomendasikan prioritas kerja.
Hasilnya, perusahaan yang fokus pada AI-enabled coordination hampir 2x lebih mungkin meningkatkan efisiensi organisasi secara signifikan.
Dampak bagi Perusahaan di Indonesia
Bagi perusahaan di Indonesia—baik startup, BUMN, maupun korporasi besar—temuan ini relevan karena:
- adopsi AI semakin cepat,
- tetapi budaya dokumentasi dan kolaborasi lintas tim masih menjadi tantangan.
Tanpa perubahan cara kerja, AI berisiko hanya menjadi alat tambahan, bukan pendorong keunggulan kompetitif.
Masa Depan Kerja: AI dan Kolaborasi Manusia
Ke depan, AI diperkirakan:
- tidak menggantikan tenaga kerja, tetapi mengubah cara kerja,
- membantu perusahaan menciptakan lebih banyak inovasi,
- dan mempercepat pengambilan keputusan berbasis data.
Namun Atlassian juga mengingatkan: tanpa desain ulang workday, AI justru bisa meningkatkan burnout karena menghilangkan tugas ringan dan menyisakan pekerjaan kognitif berat.
Kesimpulan: AI Efektif Jika Menghubungkan Tim, Bukan Memisahkan
AI bukan sekadar alat untuk bekerja lebih cepat.
Nilai bisnis AI muncul ketika teknologi ini mampu menyatukan manusia, tim, dan pengetahuan dalam satu arah tujuan.
Bagi organisasi yang ingin mendapatkan ROI nyata dari AI, fokusnya harus bergeser dari personal productivity menuju kolaborasi dan koordinasi berbasis AI.
Dislosure: Artikel ini disusun dengan bantuan AI dari sumber The AI Collaboration Index by Atlassian. Penyusunan artikel diawasi editor.