Berbicara tentang startup yang bergerak di bidang layanan B2B (Business-to-Business), di Indonesia bisa dibilang masih sangat minim, kebanyakan masih fokus dengan B2C (Business-to-Consumer) dan mayoritas masih berorientasi pada consumer product. Berbekal pengalaman profesionalnya di bidang pengembangan software di Indonesia dan Amerika Serikat, Sigit Prayogo mendirikan Agnium. Agnium adalah startup yang menyediakan layanan B2B berupa training dan mentoring program untuk para software engineer di korporasi.
Dengan dukungan sejumlah specialist di bidangnya, Agnium menjanjikan layanan dengan kualitas bertaraf internasional. Hingga saat ini paket-paket yang ditawarkan kepada pelanggannya berupa materi Pemrograman Dasar, Pengembangan Aplikasi Mobile (Android dan iOS), serta AngularJS.
“Ide pengembangan Agnium dimulai ketika beberapa orang meminta saya untuk membuatkan mereka sebuah aplikasi mobile, sehingga saya mulai mencari software engineers untuk membantu dalam menyelesaikan proyek-proyek tersebut. Namun alhasil, sangat sulit untuk mendapatkannya, komposisinya mungkin 25:1 (25 kandidat, 1 yang memenuhi kriteria),” ujar Sigit kepada DailySocial.
Ia melanjutkan, “Setelah saya berdiskusi dengan teman-teman saya serta beberapa founder startup lainnya, mereka memiliki masalah yang sama. Inilah yang menjadi gagasan buat saya pribadi untuk mengembangkan startup ini. Saat ini saya dalam proses pencarian co-founder agar bisa memperbesar bisnis ini.”
Dari berbagai paket yang disajikan, Agnium memiliki kurikulum sendiri, lengkap dengan modul presentasi, matriks penilaian, soal latihan, soal ujian, hingga laporan hasil belajar. Segmentasi pasar Agnium secara khusus tertuju pada perusahaan yang memiliki tim pengembangan software besar, seperti software vendor, software house, hingga startup yang berkecimpung di pengembangan produk software.
Ada satu hal yang menarik dari proses bisnis yang dilakukan Agnium. Dari setiap paket sudah tercantum berapa jam yang akan dibutuhkan di suatu kelas, dari situ Agnium akan men-generate revenue dari jam yang telah digunakan untuk training. Sigit mencontohkan, dalam kelas AngularJS memiliki 34 jam kurikulum, maka klien harus menyediakan pembayaran untuk 34 jam dan menyediakan peserta maksimal 7 orang per kelas. Selain paket pembelajaran tersebut, Agnium juga menyediakan layanan mentoring berbasis proyek. Setiap proyek yang diajukan akan dianalisa terlebih dahulu, dan akan ditentukan apa saja yang perlu dipersiapkan dalam rangka melatih software engineers mereka, sekaligus menyelesaikan proyek hingga fase produksi. Sehingga biasanya akan dibutuhkan long term agreement, kurang lebih kontrak antara 6 bulan hingga 1 tahun.
“Yang menjadi concern saya adalah software engineer dengan kualitas yang baik sangat terbatas di Indonesia, tetapi startup semakin banyak, sehingga permintaan dengan persediaan tidak sesuai. Itulah yang menjadi acuan saya untuk memulai regenerasi dan quality improvement software engineer di Indonesia,” ujar Sigit.
Sama seperti perusahaan pada umumnya, Agnium juga memiliki visi untuk melakukan perluasan bisnis ke ranah global. Ditargetkan 2 tahun mendatang, Agnium akan menyambangi pangsa pasar di India, karena negara tersebut terkenal dengan tech companies. Software vendor besar banyak yang berasal dari negara tersebut, mulai dari Wipro, TCS, hingga Tech Mahindra. Dan dari banyaknya perusahaan teknologi tersebut, diperkirakan terdapat 500.000 software engineer dengan tren yang selalu bertumbuh setiap tahunnya.
“Kami sekarang sudah mempunyai klien dari India juga bernama PHOTON yang memiliki 2500+ software engineer. Dari sisi inovasi layanan kami akan menyediakan associate mobile application untuk para trainer kami, yang akan membantu mereka dalam proses assessment, pemberian tugas, presensi, dan informasi pencapaian belajar. Dan juga kami akan menyediakan dashboard berupa web based application, yang mampu menyuguhkan informasi real-time untuk para klien kami, untuk memonitor progres dan pencapaiannya,” ujar Sigit optimis menatap masa depan Agnium.
“Rencana jangka panjang, dalam waktu 5 tahun ke depan, kami akan mendirikan kursus seperti English First (EF) khusus pemrogaman. At that moment, we are B2C as well,” pungkas Sigit.