Agate baru saja meluncurkan game baru berjudul Code Atma. Game idle RPG ini mengambil setting waktu di era modern dan menggabungkannya dengan elemen mistis. Di Code Atma, terdapat sebuah aplikasi smartphone yang memungkinkan pemiliknya untuk melihat dan berinteraksi dengan makhluk supernatural. Sebagai pemain, Anda akan menjadi Seeker yang berusaha untuk memecahkan berbagai misteri yang melibatkan makhluk supernatural, yang juga disebut sebagai Atma.
Dalam konferensi pers yang diadakan pada Kamis, 25 Juni 2020, CEO Agate Arief Widhiyasa mengatakan, salah satu tujuan Agate membuat Code Atma adalah untuk mempopulerkan budaya Indonesia di dunia. Karena itu, karakter-karakter di Code Atma didasarkan pada cerita dongeng atau legenda Tanah Air, seperti Kuntilanak, Tumang, Samosara, dan lain sebagainya. Namun, Agate mendesain karakter-karakter tersebut sedemikian rupa agar terlihat tetap menarik bagi para pemain. Misalnya, karakter Pocong di Code Atma justru terlihat lucu daripada menyeramkan.
Fandry Indrayadi, Creative Director Agate dan Code Atma mengatakan bahwa Agate menghabiskan waktu hampir 2 tahun untuk mengembangkan Code Atma. Target pemainnya adalah gamer laki-laki dengan umur 25-35 tahun. Melalui Code Atma, Agate berusaha untuk pengalaman bermain game RPG yang immersive dengan cerita yang menarik, tapi tidak memakan banyak waktu. Karena itu, ada beberapa elemen game yang disederhanakan, seperti grinding. Dengan begitu, diharapkan, orang-orang yang tidak memiliki banyak waktu luang pun tetap bisa menikmati game ini.
Meski Code Atma berusaha untuk meminimalisir grinding, menaikkan level karakter tetaplah penting. Selain itu, pemain juga didorong untuk mengumpulkan Atma sebanyak-banyaknya. Pasalnya, masing-masing Atma memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri. “Code Atma is all about party building. Pemain harus bisa membuat formasi yang oke. Semakin banyak Atma yang mereka punya, semakin fleksibel formasi yang bisa mereka gunakan,” ujar Fandry.
Mengingat karakter-karakter didasarkan pada legenda dan mitos Indonesia, Agate biasanya melakukan riset terkait karakter-karakter tersebut. Namun, mereka juga ingin agar karakter-karakter di Code Atma tetap terasa relatable di dunia modern. Alhasil, karakter yang tampil di Code Atma — termasuk para makhluk halus — tampil dengan desain yang fresh.
“Kami ingin agar budaya Indonesia bisa menjadi bagian dari pop culture global,” kata Fandry. “Jepang dan Korea Selatan bisa melakukan itu karena mereka membuat budaya mereka terlihat sangat fantastis. Jadi, kita mau melakukan itu.”
Lebih lanjut, Fandry menjelaskan, “Kami harap kami akan menemukan sweet spot yang menyeimbangkan authenticity dan relevance. Kalau terlalu otentik, sebuah game menjadi terlalu unik dan orang-orang menjadi tidak terlalu peduli. Sementara jika terlalu relevan, maka game itu tidak memiliki keunikan dari game-game lain.”