Informasi tentang akuisisi game developer lokal kembali hadir. Kali ini giliran Agate, pengembang game berbasis di Bandung, yang mengakuisisi sesama game developer lokal lain, Freemergency.
Kabar akuisisi ini juga telah dikonfirmasi CEO dan co-founder Agate International, Arief Widhiyasa lewat posting di social media Facebook. Seperti yang dikutip dari IGN akuisisi ini menambah daftar game developer asal Indonesia yang diakuisi Agate setelah Ekuator Games di tahun 2019.
Nilai akuisisi memang tidak disebutkan namun kisaran angkanya adalah dalam miliaran rupiah.
Masih dikutip dari IGN, tim dari Freemergency yang berjumlah 6 orang disebutkan akan bergabung bersama tim di Agate International. Freemergency sendiri adalah game studio berbasis di Jakarta yang didirikan di tahun 2018 oleh alumni BINUS.
Salah satu game yang telah bisa dimainkan dari gamedev ini adalah Retrograde Arena yang tersedia di PC via Steam dan Nintendo Switch. Game ini mendapatkan pengghargaan di SEA Game Awards di acara Level Up Kuala Lumpur dan mendapatkan lebih dari 32 ribu unduhan saat pertama kali dirilis untuk Nintedo Switch.
32,000 people have downloaded Retrograde Arena on Switch since @GuerrillaCollec yesterday. @freemergency and @NeonDoctrine blowing UPPPPPP!pic.twitter.com/yxCEFbUCVb
— Iain Garner (@NeonIain) June 6, 2021
Dalam postingannya di FB, Arief menjelaskan bahwa proses deal untuk akuisisi ini berjalan cukup singkat, salah satunya karena kesamaan misi yang dimiliki antara Agate dan Freemergency. Salah satu komentar dari Arief bisa memberikan sedikit nuansa visi yang akan dijalankan Agate untuk akuisisi ini:
‘This is the commitment from Agate and myself in our ongoing efforts to grow our Indonesia Game Industry. By acquiring and growing the brightest talents from these great studios, we’re excited to not only work with some of the best in Indonesia, but to also call them our friends and welcoming them into Agate crews’.
Nama Agate sendiri bisa dibilang adalah salah satu brand game developer yang tidak bisa tidak kita sebut ketika membicarakan ekosistem game developer di Indonesia. Selain telah memiliki tim yang cukup besar, berbagai game juga telah dirilis oleh Agate, Valthirian Arc (yang mendapat penjualan 7 miliar dalam waktu tiga bulan), Code Atma sampai dengan Tirta yang masih dalam pengembangan.
Dikutip dari rilis, disebutkan bahwa kapabilitas Freemergency dalam mengembangkan dan menjalankan gim dengan fitur online multiplayer menjadi alasan lain yang mendasari keputusan akuisisi ini. Retrograde Arena sendiri adalah adalah gim bergenre twin stick shooter yang hadir dengan fitur online multiplayer.
Dihubungi via WA melalui perwakilan Agate, Arief juga menambahkan bahwa semua bagian dari tim Freemergency akan bergabung dengan tim dari Agate, (yang mengindikasikan ini juga merupakan akuisisi talent-ed), dan akan disebar ke berbagai projek di Agate. Arief juga menambahkan bahwa kapabilitas tim Freeergency untuk game multiplayer akan dimaksimalkan setelah melebur ke Agate.
Kristian Utomo – CEO Freemergency berkomentar bahwa kontak dengan Agate telah dilakukan sejak Game Prime 2018.
“Kami memiliki tujuan yang hampir sama. Saya percaya kami bisa menggabungkan keahlian Freemergency dalam mengembangkan gim online multiplayer dengan pengalaman Agate dalam mengelola gim live service demi membuat gim yang lebih keren lagi untuk para pemain.”
Akuisisi antar game developer lokal ini menurut saya baik dilihat dari sisi perkembangan ekosistem, game developer yang lebih besar bisa mengakuisisi yang lebih independen (kecil) agar bisa berkembang lebih cepat, baik dari pembuatan game atau perilisannya. Di sisi lain, kurangnya ketertarikan pendanaan investor atas game developer lokal (jika dibandingkan ekosistem startup misalnya), menjadikan akuisisi dari sesama game developer lokal menjadi pelipur lara. Dengan catatan tentunya, akuisisi harus berhasil meningkatkan daya saing dan mengembangkan sisi bisnis, sehingga bisa menaikan tingkat valuasi dari ekosistem game developer lokal yang nantinya bisa menarik investor lebih banyak lagi.
Ketika ditanya tentang apakah akan ada rencana akuisisi lagi dari Agate dan kemungkinan untuk game di luar Indonesia jika itu terjai, Arief menyebutkan bahwa Agate percaya pada potensi dan kemampuan game developer dari Indonesia, dan mereka akan berusaha secara maksimal untuk berinvestasi dan membantu mengembangkan ekosistem. Agate juga telah memiliki program terkait ini seperti akademi, inkubasi, publisher dan beberapa program lain.
Untuk strategi Merger and Acquisition (M&A), Arief menambagkan bahwa ini merupakan bagian dari berbagai strategi untuk mengembangkan ekosistem game developer. Jika dalam perjalannya ada kesamaan visi dengan game developer lainnya, Agate tidak menutup kemungkinan akan melakukan M&A lagi.
Sambil menunggu update terbaru dari sisi pengembangan game setelah akuisisi ini, saya akan bersiap menyalakan Switch saya untuk menuju Nintendo eShop dan mengunduh Retrograde Arena.
Disclosure: Artikel asli telah dilakukan perubahan dengan menambahkan komentar Arief Widhiyasa, CEO dan co-founder Agate International.