Adopsi AI Meningkat, Tapi Kolaborasi Kerja Perusahaan Masih Belum Optimal

2 mins read
December 28, 2025

Pemanfaatan artificial intelligence (AI) di lingkungan kerja terus meningkat pesat. AI kini menjadi bagian dari workflow harian, mulai dari pembuatan konten, analisis data, hingga dukungan pengambilan keputusan. Namun, laporan terbaru Atlassian menunjukkan bahwa lonjakan penggunaan AI belum otomatis menghasilkan peningkatan kolaborasi dan kinerja organisasi secara menyeluruh.

Dalam laporan AI Collaboration Index 2025, Atlassian mensurvei lebih dari 12.000 knowledge workers dan 180 eksekutif Fortune 1000 secara global. Hasil riset mencatat penggunaan AI harian hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Secara individu, AI terbukti berdampak signifikan—responden melaporkan peningkatan produktivitas rata-rata 33% dan penghematan waktu kerja sekitar 1,3 jam per hari.

Namun, manfaat tersebut masih terfragmentasi. Sekitar 96% perusahaan mengaku belum melihat peningkatan signifikan pada efisiensi organisasi, kolaborasi lintas tim, maupun percepatan inovasi. Temuan ini menegaskan bahwa adopsi AI belum diiringi transformasi cara kerja berbasis sistem.

Produktivitas Naik, Koordinasi Tertinggal

Atlassian menilai kesenjangan ini muncul karena sebagian besar perusahaan masih memosisikan AI sebagai alat produktivitas individu. Sekitar 76% eksekutif menjadikan efisiensi personal sebagai tolok ukur utama keberhasilan implementasi AI.

Pendekatan tersebut dinilai kurang efektif dalam jangka panjang. Organisasi yang berfokus pada kecepatan penyelesaian tugas individu tercatat 16% lebih kecil kemungkinannya mendorong inovasi, dibanding perusahaan yang menggunakan AI untuk memperkuat koordinasi kerja. Bahkan, 37% eksekutif menyatakan AI pernah mengarahkan tim pada pekerjaan yang tidak relevan akibat kurangnya konteks organisasi yang terintegrasi.

Masalah lain muncul dari penggunaan AI yang tidak terpusat. Banyak karyawan mengakses tool AI di luar sistem perusahaan, menyebabkan pengetahuan tetap tersebar, silo data semakin kuat, dan risiko keamanan meningkat.

AI sebagai Lapisan Koordinasi, Bukan Sekadar Asisten

Atlassian menekankan bahwa nilai strategis AI terletak pada perannya sebagai lapisan koordinasi kerja, bukan hanya asisten personal. Organisasi yang mengadopsi pendekatan AI-enabled coordination hampir dua kali lebih mungkinmengalami peningkatan efisiensi organisasi secara signifikan.

Dalam konteks ini, AI berfungsi untuk menghubungkan informasi, menyelaraskan prioritas lintas tim, serta memastikan pekerjaan yang dilakukan relevan dengan tujuan bisnis. AI tidak hanya mempercepat eksekusi, tetapi juga membantu menentukan apa yang seharusnya dikerjakan dan oleh siapa.

Tiga Fondasi Implementasi AI yang Efektif

Berdasarkan risetnya, Atlassian mengidentifikasi tiga praktik utama yang membedakan organisasi dengan dampak AI tertinggi.

Pertama, knowledge base yang terstruktur dan dapat diakses lintas tim. Sebanyak 79% pekerja menyatakan mereka akan lebih sering menggunakan AI jika sistem tersebut memiliki akses ke informasi yang relevan dan terkini. Dokumentasi terbuka, status pekerjaan yang transparan, serta pencatatan keputusan menjadi prasyarat agar AI dapat memberikan rekomendasi yang kontekstual.

Kedua, integrasi AI ke dalam sistem kerja inti. Organisasi yang berhasil menetapkan tujuan tim secara jelas dan menghubungkannya dengan target perusahaan memungkinkan AI mengidentifikasi duplikasi kerja, ketergantungan antarproyek, serta peluang kolaborasi lintas fungsi.

Ketiga, adopsi AI yang dipimpin oleh manajemen. Data menunjukkan karyawan yang melihat manajernya aktif menggunakan AI empat kali lebih mungkin bereksperimen, dan tiga kali lebih mungkin berkembang menjadi pengguna AI strategis. Kepemimpinan berperan penting dalam menjadikan AI bagian dari budaya kerja, bukan sekadar alat tambahan.

Menggeser Cara Mengukur Dampak AI

Laporan ini juga menyoroti perlunya perubahan metrik keberhasilan AI. Penghematan waktu dan otomatisasi tugas dinilai tidak lagi cukup untuk mengukur return on investment (ROI). Atlassian mendorong perusahaan mengevaluasi AI berdasarkan dampaknya terhadap:

  • Efisiensi kerja lintas tim
  • Kualitas hasil kerja
  • Kecepatan pengambilan keputusan
  • Kapasitas inovasi organisasi

Pendekatan ini dinilai lebih relevan untuk memastikan AI benar-benar berkontribusi pada pertumbuhan bisnis.

Arah Evolusi AI di Dunia Kerja

Ke depan, AI diperkirakan akan semakin tertanam dalam infrastruktur kerja digital. Jika diimplementasikan dengan pendekatan sistemik, AI berpotensi mendorong ekspansi bisnis dan menciptakan kebutuhan peran baru. Namun, tanpa pembaruan struktur kolaborasi, AI justru berisiko menambah kompleksitas dan beban kognitif karyawan.

Kesimpulannya, tantangan utama adopsi AI saat ini bukan pada teknologi, melainkan pada desain cara kerja. AI baru akan memberikan dampak maksimal ketika digunakan untuk menyatukan informasi, menyelaraskan tim, dan memperkuat koordinasi organisasi secara menyeluruh.

Disclosure: Artikel ini disusun dengan bantuan AI dan dalam pengawasan editor.

Wiku Baskoro

Penggemar streetphotography, penikmat gadget, platform agnostic gamers, build Hybrid.co.id to make impact.

Previous Story

LG Perkuat Sektor B2B Indonesia Lewat Solusi Cerdas Information Display dan HVAC Berbasis AI

Latest from Blog