15 September 2021

by Glenn Kaonang

5G Adalah Kunci Utama Agar Cloud Gaming Bisa Mainstream

Di Asia, pasar yang dapat dijangkau oleh cloud gaming diproyeksikan bisa menembus angka 500 juta orang di tahun 2025

Tidak bisa dimungkiri, cloud gaming bakal merevolusi cara kita mengonsumsi video game. Dengan hanya bermodalkan smartphone dan koneksi internet yang cepat sekaligus stabil, kita bisa memainkan deretan game yang semestinya hanya sanggup dijalankan oleh PC dan console.

Meski menjanjikan, pada kenyataannya cloud gaming masih jauh dari kata mainstream. Berdasarkan laporan terbaru dari Niko Partners, pasar yang dapat dijangkau oleh cloud gaming di Asia diperkirakan hanya mencakup sekitar 150 juta orang, dan hampir separuhnya sendiri berasal dari Tiongkok.

Padahal, kita tahu bahwa Asia merupakan salah satu pasar gaming terbesar di dunia, dengan estimasi jumlah gamer sebanyak 1,5 miliar orang. Terlepas dari itu, pasar yang dapat dijangkau oleh cloud gaming di Asia diproyeksikan bisa menembus angka 500 juta orang di tahun 2025. Namun syaratnya, 5G harus mainstream lebih dulu.

Kenapa 5G? Karena pasar gaming Asia cenderung lebih besar di segmen mobile, sehingga wajar apabila sebagian besar gamer di kawasan Asia bakal mencicipi cloud gaming untuk pertama kalinya dengan menggunakan smartphone. Agar itu bisa terwujud, sebagian besar populasi perlu memiliki akses ke jaringan 5G terlebih dulu.

Bukan kebetulan kalau kemudian perusahaan-perusahaan telekomunikasi melihat cloud gaming sebagai salah satu use case utama 5G. Di Tiongkok misalnya, tiga provider terbesarnya — China Unicom, China Mobile, dan China Telecom — sudah menawarkan layanan cloud gaming kepada para pelanggannya.

Seiring cloud gaming bertambah mainstream, Niko Partners percaya sektor lain yang masih dalam lingkup gaming pun juga akan ikut bertumbuh, seperti misalnya live streaming, esports, playable ads, native cloud games, user generated content, dan masih banyak lagi.

Untuk sekarang, pasar cloud gaming yang paling berkembang di Asia ada di Korea, Jepang, dan Taiwan. Di antara ketiganya, Korea Selatan diyakini sebagai pasar yang paling matang untuk cloud gaming. Di sisi sebaliknya, Filipina, Malaysia, dan India adalah yang paling lambat perkembangan pasar cloud gaming-nya.

Cloud gaming juga bisa menguntungkan developer game mobile

Berkat cloud gaming, game mobile yang terkenal berat seperti Genshin Impact pun dapat dimainkan di perangkat low-end / miHoYo

Perlu dicatat, cloud gaming tidak hanya memungkinkan para gamer mobile untuk mengakses game PC maupun console saja, tapi juga memungkinkan mereka untuk memainkan game mobile kelas high-end di smartphone kelas low-end tanpa harus berkompromi dengan penurunan performa maupun kualitas grafik.

Ini berarti yang bisa menjangkau lebih banyak konsumen dengan bantuan cloud gaming bukan hanya developer game PC dan console saja, melainkan juga developer game mobile. Contohnya adalah miHoYo.

Beberapa bulan lalu, miHoYo sempat bekerja sama dengan penyedia solusi cloud WeLink untuk merilis versi cloud dari game andalannya, Genshin Impact, sehingga konsumen yang perangkatnya sudah berumur pun tetap bisa ikut memainkan game yang dikenal berat itu.

Berhubung game-nya tidak perlu diunduh dan diinstal melalui App Store ataupun Play Store, miHoYo pun jadi bisa menawarkan konten in-app purchase secara langsung ke pemain tanpa perlu melibatkan Apple dan Google sebagai perantaranya.

Alhasil, mereka bisa mendapat pemasukan yang lebih besar karena tidak dipotong 30% oleh Apple dan Google, dan yang perlu mereka bayar hanyalah jasa yang disediakan WeLink itu tadi. Singkat cerita, developer game mobile pun juga bisa diuntungkan oleh maraknya tren cloud gaming.

Sumber: Niko Partners. Gambar header: Microsoft.