5 Tren Gaming yang Akan Terjadi di Tahun 2022

Mulai dari blockchain gaming hingga metaverse dan IP lintas media, berikut adalah lima tren terbesar yang diprediksi akan terjadi di industri gaming di tahun 2022

2021 sekali lagi membuktikan bahwa pandemi justru mendatangkan berkah tersendiri bagi industri gaming. Bukan cuma itu, kita juga melihat sejumlah tren baru yang bermunculan tahun kemarin, mulai dari metaverse hingga blockchain gaming.

Beberapa di antara tren tersebut diprediksi bakal terus berlanjut, dan bahkan berkembang lebih jauh lagi tahun ini. Berikut adalah prediksi lima tren gaming yang akan terjadi di tahun 2022.

1. Play-to-earn (P2E) bakal jadi model bisnis yang lebih viabel

Axie Infinity / Sky Mavis

Menghasilkan uang dari bermain game bukanlah suatu ide baru. Meski demikian, selama ini pihak penyedia game terkesan seperti kurang merestui ide ini. Buktinya, jarang ada developer atau publisher yang secara langsung memoderasi dan meregulasi perdagangan antar pemain.

Ke depannya, hal ini diprediksi bakal berubah seiring bertambah populernya tren game play-to-earn (P2E) dan NFT. Kisah sukses dari game seperti Axie Infinity diperkirakan bakal menginspirasi perusahaan-perusahaan game besar untuk melegitimasi perdagangan antar pemain.

Tren NFT di game memang tengah dihadapkan kontroversi. Di satu sisi, perusahaan game (dan para investornya) melihat potensi pasar yang begitu besar. Di sisi lain, kalangan gamer justru memberikan respons yang negatif. Memuaskan kedua belah pihak mungkin bisa dicapai dengan menghadirkan teknologi mirip NFT di bawah nama yang berbeda.

2. Hype metaverse akan mengatrol industri VR

Meta Quest 2 / Meta

Realisasi konsep metaverse seperti yang dibayangkan Mark Zuckerberg maupun Tim Sweeney memang masih jauh dari kenyataan. Menghadirkan dunia virtual yang saling terintegrasi dan terhubung satu sama lain tentu memerlukan banyak waktu. Namun setidaknya benih-benih yang ditanamkan bakal mulai bertumbuh di tahun 2022.

Satu hal yang pasti, hype metaverse bakal terus mendongkrak pertumbuhan industri VR. Keputusan Facebook untuk rebranding menjadi Meta dan strategi-strategi seputar metaverse yang diterapkannya terbukti berhasil mendorong minat terhadap VR secara signifikan, baik dari sisi komersial maupun konsumer.

Selagi VR headset seperti Meta Quest 2 laris terjual, pengembangnya juga tengah menyiapkan headset lain yang lebih canggih lagi, demikian pula perusahaan-perusahaan lain macam Sony maupun Apple. Sony, buat yang tidak tahu, resmi mengumumkan PlayStation VR2 belum lama ini, sementara Apple dirumorkan juga tengah menggarap VR headset-nya sendiri.

3. Apple dan Google bakal mulai membuka ekosistem app store-nya secara perlahan

Secara garis besar, sengketa antara Epic Games dan Apple di meja hijau tahun lalu berhasil dimenangkan oleh Apple. Namun perjuangan Epic tidaklah sia-sia, sebab hakim memberlakukan aturan yang lebih ketat untuk mencegah kebijakan anti-pengarahan seperti yang Apple terapkan. Pelaksanaan aturan tersebut memang masih ditunda, namun yang pasti nantinya Apple tidak boleh lagi melarang developer/publisher mengarahkan konsumennya menuju platform pembayaran di luar ekosistem Apple.

Perubahan aturan ini, ditambah tekanan dari pihak regulator, publisher, dan konsumen, diprediksi bakal memaksa Apple dan Google untuk membuka ekosistem app store-nya masing-masing secara perlahan. Konsumen, seperti yang kita tahu, menuntut kehadiran layanan-layanan seperti cloud gaming, cross-platform play, maupun mekanisme play-to-earn; dan semua itu bakal sulit terwujud dengan segala batasan yang ada di App Store maupun Google Play saat ini.

4. Nilai IP game bakal melonjak seiring tren lintas media jadi kian relevan

Arcane / Riot Games

Kesuksesan serial animasi Arcane tahun lalu berhasil mematahkan kutukan bahwa film yang diadaptasikan dari video game itu bakal selalu jelek. Meski ini tidak bisa sepenuhnya jadi jaminan, setidaknya kini kita bisa lebih percaya diri bahwa IP video game juga bisa sukses di media-media lain, dan kita pun juga akan melihat lebih banyak film yang diadaptasikan dari game ke depannya, mulai dari serial TV Fallout di Amazon, The Last of Us di HBO, sampai film Borderlands di layar lebar. Bahkan Hideo Kojima pun ikut mendirikan studio baru yang bakal secara spesifik menggeluti bidang film, TV, dan musik.

Tahun lalu, kita juga sempat melihat crossover antar IP game, seperti misalnya Jinx (karakter League of Legends) yang muncul di Fortnite dan PUBG Mobile untuk membantu mempromosikan serial Arcane tadi, kemudian Aloy (lakon utama Horizon Zero Dawn) yang muncul di Genshin Impact, Fortnite, dan Fall Guys. Yang terakhir ini menarik karena Horizon merupakan IP game single-player, sedangkan Genshin, Fortnite dan Fall Guys semuanya adalah multiplayer live-service game.

Di tempat lain, ada Embracer Group yang mengakuisisi Dark Horse Comics, yang kian menunjukkan betapa pentingnya memiliki IP yang solid di berbagai jenis media. Jangan heran kalau nantinya kita bakal melihat game yang diadaptasikan dari salah satu seri komik populer milik Dark Horse, atau sebaliknya, seri komik baru yang berasal dari salah satu IP game milik Embracer.

5. Gamer bakal punya semakin banyak pilihan

Elden Ring / FromSoftware

Buntut dari penundaan berbagai judul game, 2022 bakal menjadi saksi atas munculnya begitu banyak game AAA baru, mulai dari Elden Ring sampai Starfield. Tak hanya di PC dan konsol saja, kita juga akan disuguhi beragam game menarik di mobile, termasuk yang berasal dari franchise-franchise populer seperti Apex Legends maupun Diablo. Singkat cerita, 2022 punya sajian menarik untuk semua jenis gamer.

Kita pun juga tidak boleh lupa akan Steam Deck, yang bakal memperkenalkan deretan game PC ke kalangan penggemar konsol genggam. Stok PlayStation 5 dan Xbox Series X di pasaran diprediksi akan meningkat tahun ini, dan itu penting selagi publisher merilis lebih banyak game untuk platform next-gen, termasuk versi next-gen dari judul-judul lama seperti Grand Theft Auto V, The Witcher 3, maupun Cyberpunk 2077.

Sumber: Newzoo. Gambar header: Venson Chou via Unsplash.