Di perusahaan manapun, cekcok antar pegawai atau dengan atasannya, adalah hal yang lazim, tak terkecuali dengan startup. Seringkali Anda sebagai founder menghadapi perbedaan persepsi dengan co-founder, strategi bisnis apa yang lebih urgent untuk dilakukan segera, atau calon karyawan yang mana tepat untuk direkrut.
Anda memerlukan teknik penanganan konflik dengan cara musyawarah agar dapat menghasilkan solusi kreatif, sekaligus menciptakan hubungan yang lebih kuat. Berikut ini adalah empat tips sederhana yang efektif dan dapat menyelesaikan perbedaan dalam tim startup Anda:
Tanyakan perspektif
Kemungkinan Anda akan merasa sangat nyaman mengutarakan pendapat dari sudut pandang diri sendiri dan ingin menyampaikan segera ke tim. Sayangnya, co-founder mungkin sama kerasnya dengan Anda ingin mengutarakan pendapatnya untuk didengarkan. Sebaiknya Anda ajukan pertanyaan mengenai perspektifnya dari pendapat yang sebelumnya sudah Anda utarakan.
Caranya dengan membuat pertanyaan terbuka, misalnya menanyakan “Apa keuntungan yang akan kamu dapatkan dengan pendekatan seperti ini?” atau “Bagaimana kamu menyimpulkan dari hal ini?”. Dengarkan baik-baik jawabannya, karena hal ini dapat membantu Anda mencari tahu bagian apa yang paling penting menurut mereka.
Tunjukan sikap
Apabila partner bisnis Anda terus mengulangi pendapat yang telah ia ucapkan meski Anda sudah paham apa maksud mereka, artinya kemungkinan besar dia merasa tidak didengar oleh Anda. Untuk itu, sebaiknya Anda tunjukkan sikap meski sikap Anda tidak setuju.
Misalnya dengan mengatakan, “Perspektif yang kamu utarakan itu terdengar seperti model langganan premium, bisa memberikan kesempatan untuk khalayak luas karena mudah diadopsi sekaligus jadi kesempatan baik untuk perusahaan meningkatkan pendapatan. Apakah itu benar?.”
Sebaiknya Anda hindari penunjukkan sikap dengan mengucapkan kata “tapi”, sebaliknya gunakan kata “dan” untuk membangun argumen yang baik.
Minta kritik
Apakah tim kerja khawatir dengan rencana bisnis Anda yang kurang jelas? Cobalah Anda untuk ambil inisiatif dengan meminta kritik dari mereka. Sebab kritik adalah hal lumrah yang biasa diutarakan orang-orang apabila mendengar suatu hal yang baru ia dengar.
Misalnya, Anda menanyakan pertanyaan yang bersifat kontra-intuitif, “Bagian apa yang salah dengan proposal ini?”. Setiap kritik yang diutarakan merupakan bentuk keprihatinan yang terlewatkan oleh Anda. Gunakan kritik tersebut untuk mengembangkan proposal baru yang akan cenderung lebih memicu kata “ya” untuk diucapkan.
Konsultasi dengan pihak ketiga
Apakah tim Anda masih berselisih paham? Mungkin cara ini bisa dicoba, yakni mengundang pihak ketiga untuk dapat diajak konsultasi bersama-sama. Berbagai perspektif dari tim yang masuk ke Anda, perlu disaring dan pilah lagi yang mana bisa membantu bisnis atau tidak. Dengan hadirnya pihak ketiga, Anda akan dapat terbantu bagaimana memilahnya.