Pada masanya, setiap startup akan melalui tahap scale up atau tahap berkembang. Tahap ini dilakukan seiring dengan penambahan jumlah pengguna dan produk yang telah tervalidasi.
Biasanya, scale up ditandai dengan penambahan jumlah karyawan hingga diversifikasi produk. Tujuannya tak lain untuk mengejar pertumbuhan bisnis dan menciptakan pasar baru melalui perluasan produk.
Dalam melakukan scale up, startup perlu memperhitungkan sejumlah hal, mulai dari bagaimana menentukan produk/fitur baru hingga langkah strategis apa yang harus dilakukan.
Sejumlah hal ini dijawab oleh Co-founder Jubelio Andra Yusuf yang berbagi sejumlah tips dan pengalamannya dalam membangun bisnis omni-channel di sesi #SelasaStartup kali ini.
Langkah memulai scale up
Sebetulnya, kedua hal ini terbilang sangat fundamental bagi para founder saat membangun startup, yakni visi-misi dan mindset.
Menurut Andra, founder perlu memastikan kembali visi-misi dan mindset mereka. Kedua hal ini akan menjadi sebuah pengingat penting untuk menentukan langkahnya membesarkan bisnis.
“Kita perlu pastikan apakah founder memiliki visi dan misi yang jelas. Demikian juga mindset, apakah membangun startup hanya untuk mendapatkan fresh money atau bisnis jangka panjang,” ungkapnya.
Memperbanyak kolaborasi
Ketika membangun startup, founder akan bertemu dengan banyak orang. Dalam kaitannya dengan scale up, Andra menilai pentingnya menjaga koneksi dengan banyak pihak karena mereka berpotensi menjadi mitra bisnisnya di masa depan.
Di Jubelio, Andra menyebutkan pihaknya telah bermitra dengan sejumlah e-commerce di bidang marketplace, seperti Shopee dan Bukalapak. Ini menjadi keuntungan karena marketplace memiliki basis pengguna, baik seller dan buyer, yang besar.
“Kita perlu tahu bahwa income terbesar bukan dari sales melainkan partnership. Maka itu, jangan mengeksklusifkan bisnis karena ruang lingkup menjadi terbatas. Partnership harus diperbanyak dan dijaga,” paparnya.
Kunci diversifikasi produk: kenali pasar dan masalahnya
Dalam melakukan diversifikasi produk, startup tidak boleh hanya mengikuti ego perusahaan, tetapi mengikuti apa yang diinginkan oleh konsumen. Hal ini dapat diketahui dengan memvalidasi data dengan masalah yang terjadi di lapangan.
“Misal, kami mengembangkan fitur inventori produk. Ternyata setelah divalidasi dengan data, bukan fitur itu yang benar-benar dibutuhkan pengguna. Makanya kita perlu mengenali pasar yang diincar karena produk yang kita ciptakan akan menjadi solusi mereka” ujar Andra.
Andra melanjutkan, ada hal lain yang tak kalah penting saat mengembangkan produk baru, yakni jangan terpaku pada produk yang mudah. Menurutnya, jika suatu produk/fitur baru mudah dikembangkan, lantas menjadi prioritas.
“Mudah dikembangkan tetapi belum tentu produk itu dibutuhkan pasar. Jangan takut untuk mengembangkan produk yang lebih sulit,” tambahnya.
Belajar dari startup yang sukses
Kunci dari membangun startup adalah tidak takut gagal dalam berinovasi dan mengembangkan suatu hal. Setiap startup akan memiliki pengalaman jatuh-bangun sendiri dalam membangun bisnisnya.
Membesarkan bisnis tentu menantang. Perubahan dan dinamika startup akan terjadi seiring bertambahnya karyawan, fokus bisnis, dan target yang ingin dicapai.
“Maka itu, kita tidak perlu malu untuk mau belajar startup-startup lain yang sudah sukses. Pengalaman mereka bisa jadi inspirasi kita untuk mengembangkan bisnis,” ujarnya.