Dark
Light

Industri E-Commerce Indonesia Tiga Tahun Mendatang Masih Berjibaku Membangun Ekosistem

3 mins read
July 31, 2015

20150730_152217

Dengan penetrasi internet yang diprediksi terus meningkat, peluang industri e-commerce untuk tumbuh pun rasanya masih terbuka lebar. Di tahun 2016 ini, nilai pasar e-commerce di Indonesia juga diprediksikan akan naik tiga kali lipat menjadi 25 miliar Dollar (295 triliun Rupiah). Dengan pesatnya pertumbuhan tersebut, tak sedikit yang mempertanyakan sejauh mana industri e-commerce Indonesia dapat berkembang.

Dalam forum diskusi yang diadakan MarkPlus kemarin (30/7), beberapa pemain e-commerce tanah air mencoba menjawab pertanyaan tersebut.

CEO QuezMedia Jose Vasquez dalam tulisannya di Huffington Post menyebutkan bahwa masa depan e-commerce akan mengerucut menjadi sosial. Meskipun demikian, tak tepat rasanya jika prediksinya diterapkan untuk industri e-commerce Indonesia. Kondisnya masih belum jauh dari garis start. Lalu akan seperti apa lanskap e-commerce di Indonesia, setidaknya untuk tiga hingga lima tahun mendatang?

Berjibaku dengan pembentukan ekosistem

Tak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya, Vice President Marketing Elevenia Madeleine Ong De Guzman, yang akrab dipanggil Mads, menyebutkan bahwa dalam tiga tahun ke depan industri e-commerce masih akan berjibaku dalam membentuk ekosistem. Investasi akan banyak keluar dalam tiga tahun tersebut untuk membentuk ekosistemnya. Baru dua tahun setelahnya proses untuk memperkuat ekosistem tersebut akan dijalani.

Mads mengatakan, “Dalam tiga tahun ke depan akan menjadi tahun pembentukan ekosistem. Setiap pihak terkait akan banyak mengeluarkan dana investasi dalam satu atau dua cara. […] Investasi akan digunakan untuk edukasi orang-orang, untuk membentuk kepercayaan terhadap brand. […] Kami ingin menjadi besar dan orang ingat dengan kami. Dua tahun setelahnya, akan menjadi tahun di mana proses memperkuat ekosistem itu dijalani.”

Hal serupa juga disampaikan oleh Head of Communication Bukalapak Yusi H. Obon yang menyebutkan bahwa pembentukan ekosistem akan menjadi fokus para pemain e-commerce Indonesia. Senada dengan Mads, Yusi juga menyoroti mengenai trust dan edukasi terhadap pasar. Menurut Yusi, salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk edukasi dan membentuk trust pasar adalah dengan berkolaborasi  untuk mengadakan kampanye-kampanye, seperti Pesta Diskon Online dan Lebaran Belanja Online misalnya.

“Ekosistemnya dulu dibentuk, misalnya dengan mengajak elemen-elemen yang terlibat seperti UKM untuk mulai online. Baru setelahnya mau di tarik uang (pajak) dari kami berapapun kami tidak keberatan,” ujarnya.

Berorientasi pada data dan teknologi

Salah satu segmen dalam industri e-commerce yang beberapa tahun belakangan juga mengalami peningkatan adalah segmen travel. Salah satu pemainnya, EzyTravel, mencatat ada pertumbuhan transaksi hingga 200 persen dari Januari dan Mei 2015. Sementara di bulan Juni, selama Ramadhan dan lebaran, EzyTravel mengalami kenaikan transaksi hingga 500 persen.

Menghadapi peningkatan yang cukup fantastis tersebut, pihak EzyTravel juga memiliki strateginya sendiri. Menurut CTO EzyTravel Doddy Lukito, pihaknya akan fokus pada teknologi dan data. Doddy juga mengungkapkan bahwa data dan teknologi akan menjadi fokus penting yang menjadi perhatian pemain e-commerce setelah ekosistem dan trust terbentuk.

Doddy mengatakan, “Di sisi teknologi, kita sekarang sudah bisa diakses dari berbagai device. Rencananya dalam waktu dekat ini kita juga akan meluncurkan mobile app. Sedangkan data, sejak pertengahan tahun lalu, kita sudah ada divisi khusus untuk menganalisa data tersebut dan itu ternyata terbukti menjadi sangat penting karena banyak keputusan yang kita ambil berdasarkan data-data yang kita kumpulkan itu.”

Inovasi memang merupakan harga mati bagi setiap bisnis tak terkecuali e-commerce. Dalam kasus fleksibilitas mengambil keputusan, jumlah data yang besar dan bisa dimanfaatkan secara efisien akan memiliki peran yang tak kalah penting dalam menentukan langkah selanjutnya dari industri e-commerce itu sendiri, misalnya program retensi.

Bertahan dari pertumbuhan ekonomi yang melambat

Indonesia saat ini sebenarnya sedang mengalami laju pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam lima tahun terakhir. Buktinya nilai Dollar kian menguat. Namun, hal tersebut rasanya tak dapat dilihat pada laju pertumbuhan industri e-commerce Indonesia yang kian pesat.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini. Faktor pertama yaitu penetrasi internet itu sendiri di Indonesia yang angkanya terus meningkat. Faktor kedua adalah pengetahuan ekonomi bisnis dari pemain e-commerce di Indonesia.

Menurut pemberitaan The Jakarta Globe, jumlah investasi yang mengalir ke pemain e-commerce pemula di Indonesia tidak sejalan dengan laju perputaran roda ekonomi secara umum yang sedang berada di kondisi paling lambat. Hal ini tak lepas dari faktor basis pengguna Internet di Indonesia yang terus berkembang, setidaknya itu lah yang diungkapkan oleh Gary Khoeng dari Convergence Ventures.

Menurut data McKinsey yang dikutip The Jakarta Globe, masyarakat kelas menengah Indonesia diperkirakan akan mencapai 90 juta di tahun 2030. Hal ini menegaskan target pasar yang dibidik oleh salah satu pemain e-commerce Indonesia yakni HijUp.

Sementara menurut Managing Director Tiket Gaery Undarsa, sejatinya perlambatan ekonomi ini sedikit banyak dapat berpengaruh terhadap industri e-commerce. Namun, Gaery optimis bahwa pemain e-commerce dapat bertahan, khususnya, ia yakin Tiket bisa tetap berjalan jika terjadi sesuatu pada perekonomian.

Gaery mengatakan, “Dua tahun lalu, industri ini cepat tumbuh dan sekarang justru melambat. Tapi, kita tidak kaget karena kita sudah pelajari ini sebelumnya. […] Kuncinya kita juga pelajari industri mikro, karena perubahan yang terjadi di sana itu juga akan berpengaruh ke kita.”

“Sekarang kasarnya gini, kalau terjadi krisis ekonomi lagi seperti yang sudah-sudah, kita yakin bisa bertahan. […] Mau bagaimanapun ini bisnis, kita harus pelajari fundamentalnya, jangan mimpi berlebihan. There’s nothing magical about e-commerce, this is pure business,” tutup Gaery.

Previous Story

[Review] Asus EeeBook X205TA

Next Story

Laporan Keuangan Terbaru LINE Perkuat Fakta Indonesia adalah Salah Satu Pasar Terpenting

Latest from Blog

Don't Miss

Blibli rayakan ulang tahun ke-12

Ulang Tahun ke-12, Blibli Hadirkan Program “Blibli Annive12sary”

Dengan persaingan yang semakin ketat, eksistensi sebuah e-commerce di Indonesia
Lapakgaming rebranding

Lapakgaming Umumkan Rebranding, Komitmen di Industri Top-up dan Hiburan Digital

Lapakgaming, platform top-up game dan produk digital yang berada di