Akamai kembali mengeluarkan laporan State of the Internet terbarunya yang biasa dirilis secara berkala tiap kuartal. Dalam laporan State of the Internet Q1 ini, statistik Indonesia kembali menurun. Kali ini Indonesia berada di peringkat 117 untuk wilayah Asia Pasifik, tertinggal dari Singapura dan Malaysia, bahkan Filipina dan Vietnam yang pada kuartal ketiga tahun lalu berada di bawah Indonesia.
Berdasarkan laporan State of the Internet Akamai terbaru, untuk periode ini kecepatan rata-rata di Indonesia hanya mencapai 2,2 Mbps. Angka tersebut membawa Indonesia berada di peringkat paling rendah untuk wilayah Asia Pasifik di kuartal pertama 2015, di bawah beberapa negara tetangga seperti Singapura (12,9 Mbps), Malaysia (4,3 Mbps), Filipina (2,8 Mbps), dan Vietnam (3,2 Mbps). Di kategori ini, Korea Selatan masih memimpin secara global dengan kecepatan rata-rata 23,6 Mbps, diikuti oleh Hong Kong dan Jepang.
Selain Korea Selatan yang tidak mengalami perubahan, menurut Akamai, 13 negara lainnya menunjukkan peningkatan kualitas rata-rata kecepatan Interntet. Namun, terlihat pula bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan Asia Pasifik yang mengalami penurunan statistik berdasarkan Year-of-Year changes (-8,8%). Ini tak lepas dari penurunan drastis kualitas Internet Indonesia yang dialami pada Q4 tahun lalu, yang hanya mencapai 1,9 Mbps, jika dibandingkan pada Q3, yang mencapai 3,7 Mbps.
Jika di breakdown untuk melihat persentase konsumen yang sudah dapat menikmati Internet dengan kualitas broadband, untuk periode Q1 tahun 2015 ini, adopsi di Indonesia pun terbilang rendah. Adopsi konsumen Indonesia hanya mencapai 6% untuk kualitas 4 Mbps ke atas, 0,4% untuk 10 Mbps ke atas, dan hanya 0,1% untuk kualitas Internet 15 Mbps (4K ready) ke atas di kuartal pertama ini. Untuk masing-masing kategori tersebut, Indonesia selalu berada di peringkat bawah.
Pun demikian dengan kualitas Internet dengan menggunakan koneksi mobile. Di kategori Mobile Connectivity, kecepatan rata-rata Indonesia hanya mencapai 1,7 Mbps saja, sedikit lebih baik dari Vietnam yang mencatat 1,3 Mbps di Q1 ini. Untuk peak condition, Indonesia bahkan tak mampu untuk mencapai dua digit seperti negara lainnya dengan hanya mencatatkan 8,2 Mbps di kategori ini. Kondisi ini juga memperlihatkan rentang kualitas koneksi mobile yang cukup jauh jika membandingkan dengan kualitas kecepatan koneksi mobile di Australia yang berada di peringkat pertama dengan 149,3 Mbps di kecepatan tertingginya.
Akan tetapi, adopsi koneksi mobile Indonesia terbilang lebih merata, mencapai 3,0%, jika dibandingkan Vietnam (0,4%), dan Thailand (2,0%). Selain itu, waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk load sebuah halaman pun ternyata termasuk yang paling cepat, yakni 689 ms, bersama dengan Bolivia (670 ms) dan Turki (602 ms).
Meskipun saat ini terlihat menurun statistiknya, namun kami optimis bahwa di sepanjang tahun 2015 ini kualitas tersebut akan membaik secara signifikan. Ini tak lepas dari rencana komersialisasi 4G/LTE yang sebentar lagi akan teralisasi dan juga peran para pemain ISP yang sudah merambah teknologi Fiber To The Home (FTTH) yang mulai berbenah dengan menambah jangkauan wilayahnya.