GrabTaxi melebarkan layanannya di Jakarta dengan merilis layanan transportasi umum berbasis kendaraan roda dua GrabBike. Masih bersifat uji coba hingga 31 Mei dan berbiaya gratis, GrabBike baru melayani area penjemputan kawasan Kuningan dan Setiabudi dengan lokasi tujuan di seputaran Jakarta. GrabBike bisa menjadi penantang menarik Go-Jek yang menguasai pasar layanan ojek berbasis aplikasi.
Tidak dibutuhkan aplikasi terpisah untuk mencoba GrabBike. Teknik pemesanannya pun tak berbeda dengan memesan taksi. Identitas pengemudi dan rute perjalanan dapat dengan mudah dicek melalui aplikasi ini. Added value yang ditawarkan oleh GrabBike adalah asuransi gratis, baik bagi penumpang dan pengemudi.
Sedikit twist, seragam pengemudi Go-Jek adalah hijau bercorak hitam, sementara pengemudi GrabBike menggunakan jaket hitam bercorak hijau.
Bagi GrabTaxi ini bukan kali pertama mereka merilis layanan yang memanfaatkan ojek sebagai moda transportasi. Di akhir 2014 lalu mereka telah mengoperasikan GrabBike di Vietnam dan dengan popularitas ojek di Indonesia, terutama setelah pemanfaatan aplikasi untuk pemesanan yang sukses oleh Go-Jek, adalah hal alami bagi mereka untuk memperluas layanan ke sektor ini.
Bagi kami, hal yang lebih menarik adalah bagaimana setelah masa periode uji coba ini berakhir GrabBike bisa bersaing head-to-head dengan Go-Jek. Dengan mengelola armada sendiri, GrabTaxi memiliki peluang lebih besar untuk mengatur penarifan, pembagian komisi, dan cara pembayaran. Di Malaysia dan Singapura, GrabTaxi bahkan sudah mengelola armada mobil sendiri GrabCar, seperti layaknya Uber.
Go-Jek sendiri saat ini sangat mendominasi segmen layanan transportasi dengan kendaraan roda dua, meskipun sudah mulai ada layanan serupa, seperti HandyMantis atau Antar.id.
Berbeda dengan Go-Jek yang sudah melayani pengantaran makanan dan dokumen, kami asumsikan GrabBike akan lebih difokuskan untuk pengantaran penumpang. Karena tidak diregulasi oleh pemerintah, faktor tarif dan kualitas layanan akan menjadi hal penting bagi GrabBike.