Platform crowdsourcing Jepang CrowdWorks yang sudah go public Desember lalu berminat untuk berinvestasi di luar Jepang, terutama pasar Asia Tenggara. Mereka mencoba mengandalkan jaringan perusahaan Jepangnya untuk memperluas bisnis. CrowdWorks sendiri menawarkan pekerjaan outsource (secara online) untuk desainer, pekerja teknologi, penulis, dan pekerjaan freelance lainnya.
Seperti dikutip dari Bloomberg, CEO CrowdWorks Koichiro Yoshida sedang mempelajari kemungkinan membeli saham minoritas layanan serupa di Indonesia, Vietnam, Filipina, atau Malaysia secepatnya tahun ini. CrowdWorks bisa menghubungkan pekerja freelance di Asia Tenggara (dan pasar lain) dengan berbagai perusahaan besar Jepang yang telah menjadi klien mereka, seperti Toyota, Softbank, dan Mitsubishi UFJ Financial Group.
Yoshida mengestimasikan pasar crowdsourcing global mencapai nilai transaksi tahunan sebesar $8,2 miliar. Sebagai perbandingan pasar Jepang diestimasikan hanya sekitar $536 juta.
Ia mengatakan, “Pasar Jepang masih dalam tahap awal. Kami ingin memasuki pasar Amerika Serikat dan Asia untuk mengambil keuntungan jaringan kami terhadap perusahaan besar Jepang.”
Meskipun sudah go public, CrowdWorks masih belum membukukan untung. Mereka berharap akhir tahun ini mulai memperoleh profit dan rencana ekspansi ini merupakan salah satu cara mencapai tujuan tersebut.
Di Indonesia sendiri setidaknya terdapat dua platform crowdsourcing lokal yang didirikan dalam setahun terakhir. Mereka adalah Sribulancer dan Projects.co.id. Pasar crowdsourcing di Indonesia dinilai cukup cerah, seperti dibuktikan oleh Sribulancer yang telah membayar Rp 300 juta kepada freelancer setelah dua bulan beroperasi dan per empat bulan lalu telah mencatat 3000 freelancer terdaftar dengan 100 job posting.
Apakah CrowdWorks tertarik berinvestasi di platform crowdsourcing buatan Indonesia ini? Kita tunggu saja.