IBM Institute for Business Value merilis studi global pada 18 September 2025 yang menunjukkan organisasi dengan Chief AI Officer (CAIO) mencapai ROI 10% lebih tinggi pada investasi AI. Model operasi AI terpusat atau hub-and-spoke di bawah CAIO meningkatkan ROI hingga 36%.
Di Indonesia, hanya 17% organisasi telah menunjuk CAIO, lebih rendah dari rata-rata Asia Pasifik 27% dan global 26%. Survei mencakup 600+ CAIO di 21 industri dan 22 negara pada kuartal pertama 2025.
Dukungan Eksekutif dan Tantangan Implementasi
Juvanus Tjandra, Managing Partner IBM Consulting Indonesia, menyatakan: “CAIO dapat membantu menggerakkan perusahaan menuju hasil yang terukur dan dapat diskalakan guna mendorong penghematan biaya serta mengidentifikasi area di mana karyawan yang ada dapat meningkatkan keterampilan mereka untuk pertumbuhan lebih lanjut.”
CAIO Indonesia melaporkan 83% dukungan CEO dan C-suite, setara dengan rata-rata global 80% dan 79%. Namun, 67% organisasi Indonesia masih dalam tahap pilot dengan penerapan terbatas, dibanding 60% global.
Paradoks pengukuran terlihat dari 89% CAIO Indonesia yang mengkhawatirkan risiko tertinggal tanpa metrik AI, namun 72% tetap memulai proyek meski hasil belum terukur penuh.
Latar Belakang dan Prioritas CAIO
Profil CAIO Indonesia menunjukkan 72% berlatar belakang data, 56% dari teknologi, dan 61% fokus inovasi. Sebanyak 50% ditunjuk internal, menandakan komitmen pengembangan kepemimpinan AI dari dalam organisasi.
Prioritas mencakup strategi AI organisasi (54%), implementasi AI (50%), dan change management untuk adopsi (39%). Hanya 29% fokus pada pembuatan use case bisnis, di bawah rata-rata global 45%.
Studi lengkap tersedia di https://www.ibm.com/thought-leadership/institute-business-value/en-us/report/chief-ai-officer.
Disclosure: Artikel ini ditulis dengan bantuan AI dan dalam pengawasan editor.