Kolaborasi apik terbaru kembali dijalin oleh migme. Startup mobile lawas yang dahulu dikenal dengan Mig33 ini tak henti-hentinya untuk rajin berkolaborasi dengan beragam entitas demi meningkatkan kualitas layanannya. Kali ini, startup yang digawangi oleh Steven Goh tersebut baru saja meresmikan kerja samanya dengan sejumlah perusahaan label rekaman lokal seperti Sony Music Indonesia, Warner Music Indonesia, E Motion Entertainment dan GP Records. Apa yang diincar oleh migme dari kolaborasi ini?
Sebelum membahasnya lebih lanjut, ada baiknya saya mengingatkan kepada pembaca semua tentang beberapa jalinan kolaborasi migme yang cukup ‘menggurita’. Setidaknya dari saluran berita di DailySocial, hingga saat ini migme telah tiga kali muncul sebagai berita yang berisi tentang jalinan kerja sama terbarunya. Mulai dari jalinan kerja sama dengan beberapa operator telekomunikasi, kemitraan perdananya dengan pihak label rekaman, hingga terakhir dengan Doku nyatanya cukup dilakoni selama kurang lebih empat bulan semenjak startup yang berkantor pusat di Singapura tersebut berganti nama.
Mengenai jalinan kerja sama terbarunya dengan empat perusahaan label musik lokal, migme rupanya tak jauh ingin menjadi platform sosial yang menghubungkan antara pecinta musik, fans, dan artis untuk bisa berinteraksi secara interaktif di dalamnya. Seperti yang dituangkan dalam siaran persnya yang kami terima, Kolaborasi ini memungkinkan para artis dan pencipta konten memiliki saluran baru untuk berkomunikasi dengan fans mereka, di mana para artis dapat berbagi tentang berita terbaru, musik, video promosi, foto dan ikut serta dalam kegiatan migme lainnya.
Tak sampai situ saja, peluang bisnis bagi para label rekaman juga disematkan dalam kerja sama ini. Diklaim, melalui kerja sama ini para perusahaan label menerima pendapatan dan pembagian saham dari hasil pembelian hadiah dan barang virtual yang ditujukan kepada mereka melalui platform migme. Meski belum jelas skemanya seperti apa, namun migme sepertinya ingin membuka peluang baru bagi bisnis musik yang konon bisa ‘diselamatkan’ dari ranah online.
Secara singkat, dari kerja sama ini pengguna dapat berinteraksi dengan artis melalui live chat, kontes, promosi dan membeli hadiah virtual untuk artist favorit mereka. Dengan penawaran fungsi yang sedemikian rupa, respon positif dari mitra jelas dituainya.
“migme memiliki sejarah yang populer di Indonesia dan kami berharap dapat bekerja sama dengan mereka untuk tumbuh bersama di segmen pasar sasaran kami. Artis Warner akan memberikan pengaruh besar untuk migme sehingga mereka dapat memberikan pengalaman baru bagi pengguna mereka,” ujar Toto Widjojo, Managing Director dari Warner Music Indonesia yang dimuat dalam siaran pers.
Hal serupa juga disampaikan oleh Steven Goh selaku CEO migme yang mengatakan, jalinan kerja sama semacam ini bakal terus digenjotnya di tahun depan.
“Bisnis kami berkembang dengan cara membangun keterlibatan audience dan monetisasi melalui kegiatan premium seperti hadiah virtual dan permainan. Indonesia merupakan negara dengan lebih dari 200 juta penduduk dan memiliki ribuan artis dan kerja sama ini berpotensi untuk meraup pemasukan sebesar ribuan dollar AS per artis untuk tiap bulannya. migme bermaksud untuk melakukan kerja sama sejenis pada tahun 2015 nanti,” ungkap Steven yang berarti dalam beberapa waktu mendatang semestinya kita bakal melihat migme punya jalinan kerja sama yang sejenis.
Keberadaan migme yang masuk ke dalam celah pasar pecinta musik Indonesia melalui pendekatan online, bisa dikatakan cukup gencar untuk mulai menguasai pasar yang masih diisi oleh sedikit kompetitor yang hingga detik ini belum terlihat traksinya. Paling dekat, langkah migme kali ini bisa ‘menyenggol’ keberadaan Kincir yang juga sama-sama menyediakan platform penghubung antar fans dan musisi untuk bisa berinteraksi.
Belum bisa diprediksi akan seperti apa persaingan kuat yang akan diberikan migme ke depannya, namun jika melihat kesiapan platform dan jalinan kerja sama, baik migme maupun Kincir sama-sama punya peluang yang cerah, meski skema model dan peluang timbal balik bisnis migme terlihat jauh lebih siap ketimbang Kincir.
[Ilustrasi: Shutterstock]