Walau banyak dari kita yang mungkin kerap menghindari, jasa biro jodoh bisa jadi adalah salah satu alternatif terampuh dalam mengatasi problema pencarian pasangan hidup. Di era serba digital seperti saat ini, platform online biro jodoh terus bermunculan, tak terkecuali di Indonesia. Seperti halnya dengan Lunch Actually, perusahaan asal Singapura yang belum lama ini baru saja membuka layanannya di Indonesia. Seperti apa peluang Lunch Actually di Indonesia?
Sebagai gambaran, peta persaingan biro jodoh online di Indonesia memang telah diisi oleh beberapa pemain lokal yang berpotensi. Sebut saja misalnya dari Setipe yang sempat bertumbuh dengan pesat di awal peluncurannya. Lalu, ada juga dari PerfectMatchJakarta yang dalam waktu dekat bahkan dikabarkan bakal melebarkan sayapnya ke pasar Asia Tenggara. Kedua startup ini jelas memiliki kekuatan masing-masing dengan harapan bisa menjadi pemimpin di pasar sendiri.
Seperti yang telah disampaikan, Lunch Actually berasal dari negeri tetangga Singapura dan telah berdiri sejak tahun 2004 silam. Pada awal Oktober 2014 kemarin, Indonesia (Jakarta) menjadi pasar ke-empat bagi Lunch Actually, setelah sebelumnya telah “bercokol” di Hong Kong, Kuala Lumpur, dan juga Penang, Malaysia. Selama kurang lebih satu dekade meluncur, perusahaan yang dipimpin oleh Violet Lim ini mengklaim menjadi perusahaan kencan bertema “makan siang” pertama dan terbesar di Asia.
Dalam sebuah pemberitaan di situs MetroTV News, sang CEO, Violet Lim mengatakan, dirinya optimis bisa meraih peluang untuk menjadi yang terdepan di Indonesia. Menurutnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat lajang yang tinggi dari statistik masyarakat Indonesia secara keseluruhan bisa menjadi faktor kemajuan Lunch Actually di Indonesia.
Terlepas dari peluangnya berdasarkan statistik masyarakat Indonesia, platform Lunch Actually sendiri tidak sepenuhnya berjalan dalam ranah online. Jujur saja, saya sempat berulang kali menjelajah situsnya yang kini membuka enquiry khusus bagi pengguna di Jakarta, dan hasilnya, cara kerja Lunch Actually sebagian besar beroperasi secara offline. Sementara itu, situs Lunch Actually hanya disediakan sebagai tempat pendaftaran dan profil perusahaan secara online.
Cara kerja singkatnya seperti ini. Para pencari jodoh yang telah menjadi member, mencari calon teman kencan sepenuhnya akan menjadi pekerjaan tim Lunch Actually untuk mengatur segala kebutuhannya, mulai dari pencocokkan profil, hingga janjian makan siang yang juga sudah di-set oleh tim Lunch Actually, sehingga secara keseluruhan, pengalaman pengguna secara online tidak ada sama sekali. Oh ya sebagai info tambahan, untuk mendaftar menjadi member, Lunch Actually menarik biaya keanggotaan yang menurut halaman FAQ, besarannya beragam sesuai kebutuhan pengguna.
Entah mungkin menyadari perlu adanya penyesuaian agar bisa lebih berkembang, Lunch Actually rupanya bakal terjun ke ranah online secara lebih serius. Hal ini dibuktikannya beberapa waktu lalu lewat pengakuisisiannya terhadap startup mobile dating a la Tinder bernama LOLA. Menurut pemberitaan e27, LOLA yang merupakan aplikasi kencan “one match daily” ini berhasil memikat Lunch Actually dengan prestasinya yang diklaim telah sukses mencomblangi 10.000 pasangan di seantero Asia Tenggara.
Hal ini, nyatanya diungkapkan langsung oleh Violet Lim, yang ingin segera memperlaju Lunch Actually di ranah online dan pasar mobile dengan cara mengakuisisi LOLA. Dengan strategi yang sedemikian rupa, maka bukan hal yang sulit diprediksi, jika Lunch Actually bisa menjadi “ancaman” bagi platform online dating lokal dan peta persaingan bakal semakin seru di masa mendatang. Kita nantikan saja bagaimana kiprah Lunch Actually di Indonesia, sembari memantau para pemain lokal yang juga semestinya terus berinovasi demi bisa menjadi pemimpin di pasar sendiri.
[ilustrasi foto: Shutterstock]