Film Ready Player One yang dirilis di tahun 2018 sering kali dijadikan sebagai contoh sekaligus gambaran dari konsep metaverse. Di film tersebut, hampir semua orang memiliki kehidupan kedua di dunia maya, dan untuk mengaksesnya, mereka perlu menggunakan sebuah virtual reality (VR) headset. Pertanyaannya, apakah metaverse versi nyata yang akan kita jumpai juga harus demikian?
Menurut Neal Stephenson, jawabannya tidak harus. Berbicara kepada Decrypt, penulis novel Snow Crash tersebut mengatakan bahwa salah satu kesalahan terbesar yang orang-orang lakukan dalam memahami metaverse adalah berasumsi bahwa goggles merupakan suatu keharusan.
Snow Crash adalah novel fiksi ilmiah keluaran tahun 1992 yang pertama kali menggunakan istilah “metaverse“. Neal menyadari bahwa asumsi orang-orang itu berdasar pada apa yang ia tulis di novelnya, akan tetapi yang terjadi saat ini nyatanya tidak demikian.
“Apa yang terjadi adalah orang-orang mengakses dunia-dunia 3D ini melalui sebuah layar datar di atas balok dua dimensi. Dan itu bekerja dengan sangat baik. Dalam beberapa hal, ini bekerja lebih baik daripada menggunakan goggles karena berbagai alasan,” jelas Neal.
Neal lanjut menjelaskan bahwa dirinya sama sekali tidak anti dengan VR headset. Ia hanya meninjau dari sisi aksesibilitas, dan kenyataannya memang VR headset sejauh ini masih jauh dari kata mainstream.
“Saat ini, Anda tidak bisa menghabiskan puluhan atau ratusan juta dolar untuk menciptakan sebuah pengalaman yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan minoritas yang memiliki perangkat tersebut. Jadi Anda juga harus membuatnya berfungsi di layar datar,” tutur Neal.
Kekeliruan lain yang juga sering dijumpai menurut Neal adalah anggapan bahwa nantinya akan ada lebih dari satu metaverse. Bagi Neal sendiri, metaverse hanya ada satu, sama halnya dengan internet yang cuma satu. Dan inilah yang sedang coba ia wujudkan lewat proyek open metaverse-nya yang bernama Lamina1.
Di sisi lain, Neal percaya bahwa game yang berfungsi layaknya sebuah metaverse tertutup tidak akan hilang begitu saja dari peredaran. Pasalnya, para penciptanya tidak akan segampang itu membuka akses dan membiarkan orang-orang membawa objek digital dari game lain yang benar-benar berbeda, semisal membawa senapan laras panjang ke sebuah game sepak bola.
Bagaimana dengan game-game yang sudah ada saat ini, adakah yang sudah benar-benar mendekati konsep metaverse seperti yang digambarkan di novel Snow Crash? Kalau menurut Neal, sejauh ini Fortnite, Minecraft, dan Roblox adalah yang paling sesuai dalam konteks tersebut.