Men sana in corpore sano. Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Kebenaran dari kalimat itu terbukti oleh studi yang ASICS lakukan pada puluhan atlet profesional dari competitive game, termasuk esports, mahjong, dan catur. Untuk mengetahui dampak olahraga pada performa atlet competitive game, ASICS membuat program olahraga khusus.
Dalam pernyataan resmi, Gary Rauncher, EVP, ASICS EMEA mengatakan, ASICS merupakan singkatan dari Anima Sana In Corpore Sano, yang berarti, jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat. Dan kalimat ini merupakan filosofi yang dipegang oleh perusahaan.
Karena itulah, mereka percaya, olahraga tidak hanya memiliki dampak baik bagi tubuh, tapi juga bagi kesehatan mental seseorang. Dan Mind Games – The Experiment menunjukkan bahwa olahraga juga bisa meningkatkan kemampuan kognitif seseorang.
Dampak Olahraga ke Performa Atlet Esports
Berdasarkan studi yang ASICS lakukan, ditemukan bahwa rata-rata, olahraga dapat meningkatkan kemampuan kognitif seseorang hingga 10%.
Sementara kemampuan untuk menyelesaikan masalah menunjukkan peningkatan sebanyak 9%, ingatan jangka pendek atau short-term memory juga mengalami peningkatan sebesar 12%, dan terakhir, tingkat kewaspadaan dan kemampuan otak untuk mencerna informasi mengalami kenaikan sebesar 10%.
Tidak berhenti sampai di sana, melakukan olahraga rutin juga terbukti dapat meningkatkan tingkat kepercayaan diri para peserta, hingga 44%. Tingkat konsentrasi peserta juga mengalami kenaikan sebesar 33% dan tingkat kecemasan mengalami penurunan sebesar 43%.
Riset dari ASICS ini membuktikan, olahraga bisa membuat otak seseorang bekerja dengan lebih baik, sama seperti ketika seseorang mempelajari bahasa baru, membaca, bermain musik, atau menyelesaikan puzzle.
Riset ASICS ini dipimpin oleh Brendon Stubbs, physiotherapist yang memang tertarik dengan penelitian terkait hubungan antara kegiatan fisik dan kesehatan mental.
“Kita semua tahu bahwa olahraga punya dampak positif pada kesehatan fisik dan mental kita. Namun, tidak banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dampak olahraga pada kemampuan kognitif seseorang,” kata Stubbs, dikutip dari Business Wire.
“Kali ini, kami berusaha untuk mencari tahu efek dari olahraga pada orang-orang yang menggantungkan diri pada kemampuan berpikir mereka, yaitu para atlet game kompetitif,” ujar Stubbs. “Hasil studi kami menunjukkan, olahraga memberikan peningkatan yang signifikan pada kemampuan kognitif peserta, termasuk tingkat konsentrasi dan kemampuan untuk memecahkan masalah.”
Lebih lanjut, Stubbs menjelaskan, olahraga mendorong pertumbuhan sel di dalam otak. Selain itu, olahraga juga memperlancar peredaran darah ke otak, khususnya ke bagian hipokampus dan prefrontal korteks. Alhasil, orang yang berolahraga secara rutin akan memiliki ingatan yang lebih kuat dan dapat memproses informasi serta memecahkan masalah dengan lebih cepat.
Program Olahraga yang Diikuti Para Peserta
Puluhan atlet esports, mahjong, dan catur yang ikut serta dalam studi ASICS tidak melakukan olahraga secara sembarangan. Program latihan yang mereka ikuti dibut oleh Andrew Kastor, yang menjadi Head Coach dalam studi ini.
Kepada Coach Web, Kastor menjelaskan bahwa dia menyiapkan tiga program latihan untuk para peserta Mind Gamers. Setiap program latihan tersebut didesain sedemikian rupa demi memudahkan para peserta untuk memulai olahraga.
Untuk program yang paling ringan, pada awal eksperimen, peserta hanya diminta untuk berjalan selama 10 menit. Tentu saja, selama 4 bulan selanjutnya, intensitas latihan terus ditingkatkan. Pada akhir eksperimen, peserta harus melakukan olahraga aerobik selama 150 menit.
Sementara di awal dari program latihan yang paling berat, peserta harus berjalan selama 20-30 menit per hari, 3-4 hari per minggu. Dan di akhir program, peserta akan diminta untuk melakukan olahraga aerobik selama 200 menit per minggu.
“Saya memilih strength training dan peregangan yang fokus pada memperbaiki postur peserta,” kata Kastor, ketika ditanya tentang jenis olahraga yang dia pilih untuk para peserta. “Saya mengira, kebanyakan Mind Gamers tidak punya postur yang baik, apalagi jika mereka memang sering duduk diam.”
Kastor menjelaskan, jenis olahraga yang dia pilih bertujuan untuk meregangkan otot quadriceps, hips flexors, serta otot dada dan memperkuat otot punggung atas. Harapannya, semua hal ini akan memperbaiki postur peserta dan memperlancar peredaran oksigen. “Saya percaya, semua jenis olahraga yang bisa memperbaiki postur akan bisa meningkatkan kemampuan kognitif,” ujarnya.
Pada akhirnya, Kastor mengungkap, dia membuat program olahraga yang tidak hanya bisa diikuti oleh 77 peserta studi sampai akhir, tapi juga membuat para peserta tetap ingin berolahraga bahkan setelah studi berakhir. Dalam studi ini, Kastor dibantu oleh Asics Frontrunners — komunitas pecinta olahraga lari — dan pelatih lain.
Dia mengungkap, banyak dari Asics Frontrunners dan pelatih yang menyebutkan bahwa atlet-atlet di bawah bimbingan mereka dapat beradaptasi dengan program olahraga mereka dengan lebih cepat. “Mereka bertanya pada saya tentang bagaimana cara untuk membantu peserta melakukan olahraga selain aerobik,” kata Kastor.
Kastor mengatakan, studi dari ASICS ini menjadi bukti bahwa olahraga punya efek yang sangat baik pada kemampuan berpikir seseorang. Dia juga percaya, untuk mendapatkan efek positif itu, seseorang tidak harus melakukan olahraga yang terlalu berat.
“Di awal studi, ada banyak gamers yang tidak bisa melakukan jogging selama lebih dari satu menit. Jadi, saya harus membuat program latihan yang tidak memberatkan mereka,” ungkap Kastor.
“Olahraga selama 150 menit selama seminggu memang terdengar sulit, tapi jika Anda membaginya menjadi beberapa bagian, Anda bisa melakukan 5 sets dengan durasi 30 menit per set.” Dan dia percaya, olahraga seperti ini bisa dilakukan oleh siapapun, tidak peduli akan tingkat kebugaran mereka.
Sumber header: Business Wire