Tahun baru tentu saja berarti smartphone ROG baru dari ASUS. Setelah berselang sekitar 1 tahun, akhirnya ASUS mengeluarkan sang penerus dari smartphone gaming mereka. Perangkat tersebut tentu saja memiliki nama ASUS ROG Phone 6 dari lini gaming mereka yang sering dikenal dengan Republic of Gaming. Tentu saja mereka menggunakan chipset terkencang yang ada pada tahun tersebut.
Pada ASUS ROG Phone 6, chipset yang digunakan adalah Snapdragon 8+ Gen 1. ASUS untungnya melewatkan chipset sebelumnya yang memang cukup terkenal dengan masalah panas dan throttling. Qualcomm sendiri memindahkan produksi chipset mereka ke TSMC agar cip tersebut bisa lebih kencang serta lebih efisien.
Selain prosesor, ada beberapa peningkatan spesifikasi bila dibandingkan dengan ROG Phone 5. Salah satunya adalah layar 165 Hz yang tentunya bakal lebih mulus dalam menyajikan animasi. Pada bagian belakangnya, ASUS juga menempatkan beberapa LED berwarna merah dengan tulisan dare to play. Tentunya desain belakang tersebut lebih menarik jika dibandingkan dengan ROG Phone 5.
Spesifikasi ASUS RoG Phone 6 yang saya dapatkan bisa dilihat pada tabel berikut ini
Spesifikasi | ASUS ROG Phone 5 |
SoC | Snapdragon 8+ Gen 1 |
CPU | 1×3,19 GHz Cortex-X2 + 3×2,75 GHz Cortex-A710 + 4×1,80 GHz Cortex-A510 |
GPU | Adreno 730 |
RAM | 8 GB LPDDR5 |
Internal | 256 GB UFS 3.1 |
Layar | 6,78 AMOLED inci 2448×1080 Gorilla Glass Victus |
Refresh Rate | 165 Hz |
Dimensi | 173 x 77 x 10,3 mm |
Bobot | 239 gram |
Baterai | 6000 mAh dengan 65 watt charger |
Kamera | 50 MP / 12,5 MP utama, 13 MP wide, 5 MP Macro, 12 MP selfie |
Untuk hasil AIDA64 dan SensorBox bisa dilihat pada gambar berikut ini
Sepertinya ASUS tidak banyak melakukan perubahan pada spesifikasi setiap smartphone RoG-nya selain dari sisi SoC. Bisa dilihat pula perbedaan antara RoG Phone 3, 5, dan juga 6 yang hampir tidak ada perubahan kecuali pada LED belakangnya. Satu-satunya yang cukup terlihat dari kotak paket penjualan adalah tulisan penyimpanan internalnya yang sudah menjadi 256 GB dari 128 GB.
Unboxing: Kembali jadi seperti biasa
Satu hal yang unik dari kotak paket penjualan dari ASUS RoG Phone 5 adalah adanya komik yang bisa dianimasikan dengan AR. Sayangnya, ASUS tidak lagi memberikan hal tersebut pada RoG Phone 6. Sebagai gantinya, ada sebuah kartu yang bisa digunakan untuk melakukan aktivasi experience. Berikut adalah isi dari paket penjualan tersebut.
Desain
Jika dilihat dari depannya, desain dari ASUS RoG Phone memang sepertinya tidak peranh berubah: Tanpa notch maupun dot. Hal tersebut memang menambah kenyamanan saat bermain game. Bingkai bagian atas dan bawah dari setiap perangkat RoG Phone memang didesain memiliki ketebalan yang sama sehingga posisi jari akan lebih pas. Pada bezel tersebut pula, ASUS menaruh beberapa sensor seperti kamera, proximity, dan lain sebagainya.
Konsep RGB yang diusung pada ASUS RoG Phone 6 masih mirip dengan RoG Phone 5, yaitu desain bintik-bintik LED yang ada pada laptop gaming-nya. Hal ini yang membuat RoG Phone 6 berbeda dengan perangkat gaming lainnya yang ada di pasaran. Tentunya logo ini bisa nyala matikan sesuai dengan keinginan dari aplikasi Armoury Crate. Hal ini tentu akan sedikit menghemat penggunaan baterai.
Layar yang digunakan pada ASUS RoG Phone 6 masih AMOLED buatan Samsung. Perbedaannya adalah pada RoG Phone 6, refresh rate yang ada meningkat menjadi 165 Hz. Walaupun pada penggunaannya saya masih cukup sulit membedakan antara 165 Hz dengan 144 Hz yang ada pada RoG Phone 5. Namun, memang layar yang digunakan pada smartphone ini sangat nyaman di mata.
Resolusi yang dibawa juga masih sama dengan RoG Phone 5, yaitu 2448 x 1080. Perlindungannya pun juga sama dengan generasi sebelumnya dengan menggunakan Gorilla Glass Victus. Sensor sidik jari juga sama-sama diletakkan pada bawah layar AMOLED-nya dan memiliki tingkat responsivitas yang mirip dengan RoG Phone 5.
Untuk bagian kirinya, bisa ditemukan slot SIM nano yang ditandai dengan warna merah dan juga side mounted port yang berisikan sebuah port USB-C saja tanpa adanya propietary connector. Pada bagian kanannya terdapat tiga buah tombol, yaitu volume naik dan turun, serta tombol daya yang memiliki warna samping merah dan juga AirTrigger untuk bermain game pada bagian atas dan bawahnya. Pada bagian bawahnya terdapat sebuah port USB-C utama untuk mengisi baterai serta ASUS masih mempertahankan port audio 3.5mm pada smartphone yang satu ini.
Pada bagian belakangnya akan ditemukan tiga buah kamera serta sebuah LED flash. Pada bagian kamera hingga pas sebelum logo ROG, merupakan area yang cukup luas untuk membaca NFC. Jika dipasangkan dengan Aero Case, NFC-nya masih bisa membaca kartu uang elektronik. ASUS juga sudah menambahkan sertifikasi IPX4 pada smartphone ini sehingga bakal bertahan terhadap cipratan air.
ASUS ROG Phone 6 menggunakan antar muka buatan ASUS sendiri dengan ASUS Launcher versi 9. ASUS masih menghadirkan app drawer pada antarmukanya ini sehingga mirip dengan launcher bawaan Google. Sistem operasi yang digunakan adalah Android 12 saat perangkat ini datang ke meja pengujian Hybrid. Perangkat ini seharusnya mendapatkan 2 kali update sistem operasi.
Konektivitas
ASUS RoG Phone 6 menggunakan SoC Snapdragon 8+ Gen 1 yang berarti sudah memiliki modem untuk terkoneksi ke 5G. Jaringan yang didukung oleh perangkat ini meliputi 1, 2, 3, 5, 7, 8, 12, 13, 18, 20, 25, 26, 28, 38, 40, 41, 48, 66, 71, 77, 78, dan 79 untuk Stand Alone dan Non Stand Alone. ASUS pun sudah mengklaim bahwa perangkat ini sudah mendukung semua konfigurasi 5G yang ada di Indonesia. Sayang memang, saya belum menguji 5G Telkomsel dari perangkat yang satu ini.
Untuk jaringan 4G LTE, ASUS RoG Phone 6 sudah mendukung band yang meliputi 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 12, 13, 17, 18, 19, 20, 25, 26, 28, 29, 30, 32, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 48, 66, dan 71. Dengan panjangnya jaringan yang didukung tersebut, tentu saja semua operator di Indonesia sudah bisa digunakan oleh perangkat ini. Dengan menggunakan modem X65, tentu saja semua teknologi 4G LTE yang ada sudah didukung.
Dengan menggunakan 8+ Gen 1, RoG Phone 6 tentu sudah menggunakan FastConnect 6900. Hal ini tentu saja membuat jaringan WiFi 6E sudah didukung oleh perangkat ini. Selain itu, bluetooth 5.3 juga sudah didukung walaupun belum banyak perangkat yang menggunakan konektivitas ini. BeiDou, Galileo, GLONASS, NavIC, GPS, dan QZSS juga sudah didukung untuk mendeteksi lokasi perangkat ini.
Kamera: Sony IMX 766
Saya pernah mengatakan bahwa ASUS merupakan salah satu vendor yang loyal dengan sensor buatan Sony. Kali ini, ASUS menggunakan Sony IMX 766 pada kamera utamanya dan tidak lagi memakai IMX 686 seperti pada seri 5 dan 3-nya. Dan seperti biasa, ASUS tidak menyertakan OIS pada perangkat ini dan menggunakan EIS dari gyro yang terpasang.
Pada saat mengambil gambar di siang hari, kameranya memang bisa menangkap gambar dengan sangat baik. Namun ada beberapa detail yang memang sering kali miss pada smartphone ini. Ada baiknya untuk mengambil beberapa gambar agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Kamera 13 MP ultrawide yang ada menggunakan sensor Omnivision OV13B. Hasilnya juga cukup bagus jika diambil pada kondisi cahaya di siang hari. Namun jika diperhatikan, ada beberapa masalah pada ujung gambar di mana ada tingkat ketajamannya menurun. Akan tetapi hal tersebut mungkin akan tidak terlihat oleh mata jika tidak diperhatikan secara khusus.
Untuk kamera makro, ASUS juga menggunakan sensor buatan Omnivision dengan OV8856 yang memiliki resolusi 5 MP. Saya sendiri jarang memakai kamera makro, namun dengan resolusi tersebut tentunya membuat gambar menjadi lebih baik. Gambar yang dihasilkan memang menjadi lebih baik dan bisa digunakan untuk beberapa kondisi tertentu.
Sony IMX 663 digunakan sebagai sensor kamera depan dari perangkat ini. Gambar yang dihasilkan memang cukup tajam serta memiliki tone warna yang cukup baik. Namun sayang memang, ASUS tidak pernah memberikan fungsi auto fokus pada kamera depannya.
Pengujian Kinerja
ASUS RoG Phone 6 menggunakan cip terkencang dari Qualcomm saat ini, yaitu Snapdragon 8+ Gen 1. SoC ini sendiri memiliki 3 buah cluster yaitu Prime, Performance, dan Efficiency. Cluster terkencang menggunakan Cortex X2 berkecepatan 3,19 GHz, diikuti dengan cluster kinerja yang menggunakan Cortex A710 berkecepatan 2,75 GHz, dan terakhir adalah cluster efisiensi yang menggunakan Cortex A510 dengan clock 1,8 GHz. GPU yang digunakan pada SoC ini adalah Adreno 730.
Untuk membuktikan SoC yang satu ini tentu saja harus melalui beberapa pengujian. Hal yang paling utama dan memakan banyak sumber daya adalah dengan menggunakan game. Tentunya, perangkat ini juga bisa digunakan untuk bekerja. Saya sendiri sudah memakai perangkat ini selama 3 minggu.
Bermain Game
Mencari game yang memiliki kemampuan untuk berjalan pada 165 fps memang bakal sulit pada platform Android. Walaupun ASUS sudah mengumpulkan daftarnya pada aplikasi Armoury Crate, tetap saja kebanyakan bakal berjalan di 60 fps. Selain itu, ternyata masih banyak game yang mendukung framerate tinggi pada SoC sebelumnya dan dukungan tersebut hilang pada 8+ Gen 1. Jadi, saya menetapkan 3 game saja yang digunakan pada pengujian kali ini.
Game pertama apalagi kalau bukan Genshin Impact, yang saat ini masih memegang tahta tertinggi untuk pemakan resource terberat di Android. Pada Snapdragon 8 Gen 1, Anda pasti bakal kesulitan dan bahkan tidak mungkin mendapatkan framerate 46 fps ke atas jika memakai profile Highest dengan set 60 fps. Namun yang saya dapatkan pada RoG Phone 6, aplikasi Gamebench bahkan mendeteksi berjalan pada 61 fps.
Permainan kedua yang saya gunakan adalah PUBG Mobile, untuk mengetahui apakah framerate 90 fps terbuka atau tidak. Ternyata, PUBG Mobile sudah mendukung ASUS RoG Phone 6 untuk bermain di framerate tinggi. Saya pun tidak melihat adanya penurunan framerate selama bermain. Jadi, tentu saja perangkat ini mampu menjalankan tanpa masalah.
Game ke 3 tentu saja Real Racing 3 yang memang mendukung framerate tinggi. Anomali terjadi pada game ini karena framerate hasil deteksi GameBench dengan Game Genie berbeda. Pada layar ASUS, framerate yang terdeteksi adalah 166 fps dan pada Gamebench hanya menampilkan angka rata-rata dari 151 – 159 fps. Walaupun begitu, hal ini sudah sangat tinggi dan nyaman untuk dimainkan.
Saat bermain, perangkat ini memang menghasilkan panas yang cukup mengganggu. Apalagi saat bermain Genshin Impact, tangan sepertinya sudah memegang sebuah kap mesin yang baru saja dimatikan. Memang, panasnya tidak seburuk ASUS RoG Phone 5. Oleh karena itu, bagi mereka yang kurang nyaman akan panas yang ditimbulkan bisa membeli pendingin khusus untuk ROG Phone 6.
Untuk mengukur framerate, saya menggunakan aplikasi GameBench yang mampu merekam framerate dari sebuah game. Berikut adalah hasil benchmark-nya.
Bekerja dan Hiburan
Menggunakan RAM dengan kapasitas 8 GB memang sudah lebih dari cukup untuk pemakaian sehari-hari. Seperti biasa, saya menggunakan Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Telegram, Facebook, Tiktok, serta Chrome untuk keseharian. Saya tidak menemukan masalah sama sekali saat menggunakannya. Apalagi, seringkali aplikasi yang berjalan di background tidak ditutup oleh sistem.
Beberapa kali saya menggunakan aplikasi editing video pada perangkat ini. Hasilnya memang nyaman karena layarnya memancarkan warna yang cukup bagus serta rendering yang memakan waktu lebih cepat. Netflix serta Disney+ juga pas untuk ditonton pada perangkat ini karena selain gambar yang bagus, suaranya juga cukup detail dan menggelegar untuk sebuah smartphone. Hal tersebut juga membuat ASUS RoG Phone 6 cocok digunakan untuk memainkan file musik.
Benchmark
Perangkat ini menggunakan Snapdragon 8+ Gen 1, yang membuatnya terkencang saat ini di Indonesia. Oleh karena itu, saya menghadirkan kembali RoG Phone 5, perangkat SD 8 Gen 1, dan Mediatek Dimensity 8100. Hasilnya bisa dilihat pada grafik berikut ini
Bisa dilihat bahwa Snapdragon 8+ Gen 1 yang digunakan pada perangkat ini mengungguli semua perangkat yang ada. Sayang memang, saya belum memiliki data Mediatek Dimensity 9000 untuk dibandingkan dengan RoG Phone 6. Hasil yang ada memang menunjukkan bahwa semua perangkat sudah lebih dari cukup untuk menjalankan semua aplikasi dan game yang ada saat ini.
Saya juga tidak merasakan adanya throttling pada perangkat ini saat panas. Penurunan hasil benchmark dengan 3-4 kali pengujian tidak menghasilkan beda skor yang sangat jauh. Perpaduan produksi dari TSMC serta pendingin yang diberikan oleh ASUS memang harus diacungi jempol.
Uji Baterai: 6000 mAh
Untuk menguji baterai pada ASUS ROG Phone 6, saya membiarkan framerate-nya naik turun secara otomatis. Hal ini berarti sistem akan membuat layarnya untuk beradaptasi dengan apa yang sedang saya uji, yaitu video. Tentunya saat tidak bermain game, biasanya sebuah smartphone akan dipakai untuk menonton video.
Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, ASUS RoG Phone 6 bisa bertahan hingga 18 jam 43 menit. Saat sudah mencapai 0%, saya langsung mengisi baterainya dengan menggunakan charger bawaan dan berada pada mode HyperCharge 65 watt. Smartphone gaming ini dapat diisi hingga penuh dalam waktu sekitar 40 menit saja, lebih cepat dibandingkan generasi sebelumnya.
Verdict Review ASUS RoG Phone 6
Pasar smartphone dengan kapasitas untuk bermain game ternyata masih dicari oleh sebagian kelompok masyarakat. Hal tersebut karena memang selain memberikan jaminan untuk bisa bermain dengan nyaman, juga bisa digunakan untuk bergaya. Oleh karena itu, banyak produsen smartphone yang masih mengeluarkan perangkat dengan tipe seperti ini. Seperti halnya ASUS pada smartphone RoG Phone 6
Menggunakan Snapdragon 8+ Gen 1 sudah memastikan bahwa perangkat ini menjadi salah satu yang paling kencang di tahun 2022. Jadi, bisa dipastikan bahwa semua game dan aplikasi akan berjalan maksimal pada smartphone ini. Perangkat ini juga memiliki AirTrigger 6 untuk dijadikan tombol L1 dan R1. Dengan hasil kamera yang baik, membuat perangkat ini cocok untuk dijadikan sebagai perangkat serba bisa untuk membuat konten sekaligus melakukan editing.
Menggunakan baterai dengan kapasitas besar memastikan perangkat ini bisa dipakai selama sehari lebih. ASUS juga sudah memperbaiki pengisian baterainya sehingga bisa diisi dengan penuh tidak lebih dari 3/4 jam. Oleh karena itu, pemakaian seperti game dan hiburan bakal bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan perangkat lainnya yang ada di Indonesia.
Untuk varian yang saya dapatkan, yaitu 8/256 GB, ASUS menjualnya dengan harga Rp. 10.999.000. Harga ini memang terpaut 1 juta rupiah dari generasi sebelumnya. ASUS Indonesia sendiri mengklaim kenaikan harga itu juga merupakan efek dari naiknya kapasitas penyimpanan internal. Jadi, pengguna bisa mendapatkan sebuah smartphone yang kencang tanpa harus khawatir kehabisan tempat untuk menginstal banyak game.
Sparks
- Layar yang sangat nyaman untuk sebuah smartphone, dengan AMOLED 165 Hz
- Kinerja yang sangat tinggi dengan Snapdragon 8+ Gen 1
- Sekarang hanya menggunakan 2 port USB-C saja
- Sertifikasi IPX4, aman terhadap cipratan air
- Speaker Stereo yang sangat bagus dengan dimensi kecil
- Terasa sangat kokoh saat dipegang
- Hasil kamera yang bagus pada saat siang hari
Slacks
- Masih belum memakai OIS untuk kamera
- Tidak kompatibel dengan aksesoris generasi sebelumnya
- Masih panas saat digunakan untuk bermain game