Platform sosial Postpassion, yang menawarkan wadah berbagi bahkan menemukan passion para penggunanya melalui foto, tulisan, atau video, beralih ke crowdfunding untuk mendanai operasional situsnya. Seperti tertampil di situs crowdfunding Wujudkan, Postpassion berharap bisa memperoleh target Rp 24 juta pada tanggal 30 Juni 2014 — atau 84 hari lagi.
Seperti yang disebutkan di halaman Wujudkan-nya, target sebesar itu disebutkan untuk membiayai operasional Platform as a Service, Database Service, dan Server selama setahun untuk melayani konsumen dengan kualitas traffic yang lebih baik. Nominal yang diharapkan cukup mengejutkan karena untuk sebuah startup sekalipun nominal tersebut terbilang cukup kecil. Biasanya early seed funding yang diperoleh bisa mencapai berkali-kali lipat nominal tersebut.
Saat tulisan ini dibuat, baru dua donatur dengan nilai Rp 100 ribu yang terdata. Tersedia tiga skema rewards yang ditawarkan dengan nominal Rp 25 ribu, Rp 250 ribu, dan Rp 500 ribu. Untuk nominal lebih dari Rp 500 ribu, kreator menawarkan ucapan terima kasih di Halaman Khusus di Postpassion, get featured di Homepage Postpassion, 1 sesi temu-wicara dengan founder [interview membahas apa yang anda harapkan dari Postpassion terhadap anda dan passion anda], Free coffee di Anomali Coffee [Jakarta], interview keynotes diunggah di Blog Postpassion, dan video interview diunggah di Blog Postpassion.
Sejauh ini track record layanan crowdfunding di Indonesia yang masih cukup minim untuk membantu penggalangan dana. Khusus untuk proyek yang berbasis teknologi, kesuksesan sempat diraih oleh Project Kiri untuk proyeknya. Kami sudah mengontak Hario Seto Supranggono untuk menanyakan lebih jauh tentang motif penggalangan dana untuk Postpassion melalui layanan crowdfunding dan akan memperbarui artikel ini dengan jawaban dari yang bersangkutan.
Seperti yang pernah kami muat sebelumnya, Postpassion memiliki fokus yang sangat spesifik untuk sebuah media sosial dengan pasar yang sangat niche, namun seharusnya bisa menjadi sesuatu yang besar, karena passion orang bisa sangat berbeda-beda, dan menjangkau banyak pengguna. Lalu tantangannya membuat pengguna memilih platform ini untuk menggunakan sebagai media menyiarkan, menyebarkan passion mereka.
Saat ini dari sisi konten yang ditampilkan oleh para anggota Postpassion terlihat lebih seperti hal-hal yang umum ditemui di Pinterest. Bisa jadi karena Postpassion masih sangat awal dan belum terbentuk pola yang lebih jelas, namun Pinterest sendiri memang dapat digunakan untuk berbagai macam jenis post bergambar, sehingga konten yang ada terlihat sangat umum.
Tentang layanan buatannya ini, Hario mengatakan, “Untuk pangsa pengguna sendiri, di stage awal, (testing) kami fokus pada calon pengguna yang sudah memiliki konten untuk di-share. Orang-orang ini sudah hidup di dalam passion mereka. Diharapkan pengguna-pengguna di early stage ini bisa menjadi influencers bagi pengguna lain. Ke depan pasti kami lebih terbuka ke pengguna lain yang masih meng-eksplore passion mereka.”
Update: Respon Hario tentang skema penggalangan dana melalui skema crowdfunding: “Sebisa mungkin saya mencoba menghindari mencari investasi dari investor di early stage. Pertimbangannya, saya tidak mau menjanjikan banyak hal dari Postpassion kepada investor sebelum ada traction yang signifikan. Crowdfunding adalah salah satu cara menguji animo calon pengguna. Dari Wujudkan saja sudah banyak masuk pengguna yang sign up dan mencoba feature Postpassion. Crowdfunding saya buka dengan kebutuhan dana yang cukup membiayai Postpassion untuk running beberapa bulan. Sejujurnya inti crowdfunding di Wujudkan bukan dananya, tetapi reward (bisa dilihat) yang saya harap ada orang yang mau ‘ngobrol’ dengan saya sebagai founder, bagaimana Postpassion bisa berguna untuk orang tersebut.”
[Ilustrasi foto: Shutterstock]