Dark
Light

Daniel Tumiwa: “Pelaku E-Commerce Indonesia Saat Ini Masih Merugi”

1 min read
February 11, 2014

Walau terbilang sedang berada pada iklim industri yang sangat baik dan diperkirakan akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang, industri e-commerce Indonesia hingga saat ini rupanya masih memiliki laporan keuangan yang belum memuaskan, alias merah. Lemahnya performa keuangan dari banyak pelaku industri e-commerce di Indonesia salah satunya disebabkan oleh upaya pemasaran yang menyedot banyak biaya hingga akhirnya kerap mengalami kerugian.

Kesimpulan di atas tadi merupakan pernyataan yang belum lama ini disampaikan oleh Daniel Tumiwa, figur industri e-commerce Indonesia yang kini menjabat sebagai VP E-Commerce Garuda Indonesia sekaligus sebagai Chairman Indonesian E-Commerce Association (iDEA), seperti yang dilansir oleh IndoTelko kemarin (10/2). Daniel secara gamblang menyatakan saat ini hampir seluruh pelaku e-commerce Indonesia belum ada yang memiliki rapor yang baik perihal laporan keuangannya.

“Belum ada rapor pelaku usaha e-commerce di Indonesia yang biru (untung). Semua masih tahap investasi dan pertumbuhan. Merah (rugi) semua,” ujar Daniel dalam pemberitaan Indotelko.

Apa yang disampaikan oleh Daniel tadi bukan berarti banyak pelaku industri e-commerce Indonesia saat ini yang “tak laku”, tetapi saat ini menurutnya industri e-commerce Indonesia masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut terhadap pasar Indonesia yang masih belum sepenuhnya mengadaptasi gaya hidup belanja online.

Daniel menambahkan, tahap pengembangan yang banyak dilakukan oleh para pelaku industri e-commerce Indonesia saat ini masih berkonsentrasi terhadap upaya pemasaran yang masif. Alih-alih ingin memperluas jangkauan pasar dengan upaya pemasaran tersebut, menelan kerugian adalah efek samping yang mau tak mau harus diterima oleh banyak pelakunya. Ia pun mencontohkan terhadap pengalamannya saat masih menjabat sebagai Country Manager Multiply yang telah gulung tikar tahun lalu.

“Dulu waktu saya menjalankan Multiply itu kita habiskan per bulan sekitar Rp 2,5 miliar hingga Rp 3 miliar untuk pemasaran terutama iklan di luar TV. Kita pemasukan minim waktu itu, sebagian mengandalkan pemasangan iklan. Coba bayangkan pemain lain yang agresif beriklan di TV, tidak mungkin biru rapornya,” papar Daniel.

Ia menyimpulkan, biaya pemasaran dan promosi yang kelewat mahal menjadi salah satu penyebab mengapa performa keuangan dari para pelaku e-commerce hingga saat ini masih lesu di tengah-tengah klim industri yang sebenarnya sedang mengalami peningkatan dengan setiap waktunya kedatangan pemain-pemain baru.

Tak pelak perihal upaya pemasaran bisa menjadi batu sandungan yang cukup berarti apabila para pelaku industri e-commerce Indonesia kurang cakap dalam menyikapinya. Banyaknya pelaku e-commerce Indonesia yang cukup sering memperoleh pendanaan yang bernilai cukup besar semestinya kendala semacam ini tidak menjadi kendala yang berkepanjangan.

Upaya pemasaran memang cukup penting untuk dilakukan, tetapi terlepas dari hal itu, edukasi pasar akan industri e-commerce juga penting adanya, karena setidaknya ketika kondisi pasar sudah semakin jauh mengerti akan industri e-commerce, tentunya upaya pemasaran tidak menjadi prioritas yang harus dilakukan.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Previous Story

Yuk Ikuti Kuis dari Baidu Browser dan Dapatkan Kado Untuk Hari Valentine

Next Story

Huawei Siapkan Smartwatch, Meluncur di Ajang MWC 2014?

Latest from Blog

Don't Miss

Blibli rayakan ulang tahun ke-12

Ulang Tahun ke-12, Blibli Hadirkan Program “Blibli Annive12sary”

Dengan persaingan yang semakin ketat, eksistensi sebuah e-commerce di Indonesia
TikTok Shop

TikTok Shop Tingkatkan Fitur dan Fasilitas Menjelang Tahun Ketiganya di Indonesia

TikTok merupakan salah satu media sosial yang paling digandrungi saat