Keputusan pemerintah Tiongkok untuk memberhentikan sementara industri game kini mulai memperlihatkan dampak negatifnya.
Dengan izin publikasi game baru yang kini sudah dibekukan hingga 5 bulan, banyak developer asal Tiongkok yang terancam bangkrut.
Pembekuan izin terbit bagi para developer lokal ini merupakan buntut dari transisi pemerintah Tiongkok yang akan menerapkan aturan baru untuk masalah publikasi video game.
Game-game baru yang akan diterbitkan nantinya harus memenuhi berbagai aturan, standar, dan arahan yang ditetapkan oleh pemerintah Tiongkok.
Sayangnya, proses pengesahan dan implementasi aturan ini berlangsung cukup panjang. Yang akhirnya mengharuskan Pemerintah Tiongkok tidak memperbolehkan adanya game baru yang dirilis dalam 5 bulan terakhir.
Hal ini tentunya berdampak buruk bagi gamer yang tidak mendapatkan game-game baru dalam beberapa bulan terakhir namun lebih buruk lagi bagi para developer dan publisher yang gagal merilis game-nya.
Dilaporkan oleh Securities Daily, tercatat ada sekitar 300.000 developer video game yang melaporkan bahwa pendapatan mereka tidak mencapai ¥10 juta atau sekitar Rp22 miliar. Dengan lebih dari 14.000 perusahaan kini telah gulung tikar.
Perusahaan game Tiongkok yang masih tetap buka pun kini harus melakukan PHK besar-besaran untuk dapat bertahan. Selain PHK besar-besaran selama dua bulan terakhir, banyak dari perusahaan tersebut yang membatalkan bonus akhir tahunnya.
Developer-developer kecil merupakan perusahaan yang terkena dampak paling besar dari peraturan ini. Terlebih, selain karena mereka tidak dapat merilis game dalam durasi hampir setengah tahun, developer kecil ini jarang yang menggunakan sistem game-as-service layaknya perusahaan besar seperti Tencent.
“Penangguhan penerbitan nomor lisensi untuk game memang berdampak besar pada para pengembang game kecil dan menengah, tetapi juga memaksa mereka untuk mencari jalan keluar.” Ungkap Zhang Yi, CEO dan chief analyst dari Ai Media Consulting.
Dengan tidak adanya kepastian dan kondisi industri game Tiongkok yang semakin terbatas, banyak perusahaan pengembang game yang pada akhirnya memilih untuk memindahkan kantornya ke luar negeri.
Namun tentunya, tidak semua perusahaan pengembang game memiliki dana yang cukup untuk memindahkan perusahaan mereka, apalagi ke luar negeri.