Situs-situs travel memang tumbuh subur di dunia maya, termasuk di Indonesia, tetapi di tengah banyaknya situs travel, Indohoy mencoba tampil beda karena menampilkan info-info yang ‘tidak umum’ mengenai tempat-tempat wisata di Indonesia, dan didirikan oleh orang-orang yang memang penggila travel kelas berat.
Di halaman beranda bisa dilihat peta Indonesia yang terpampang dengan titik-titik yang menandakan napak tills para pengembara Indohoy. Mereka jelas adaah penjelajah yang senang keliling Indonesia dengan mengunjungi lokasi-lokasi surga tersembunyi di negeri ini. Mungkin bisa disebut seperti Lonely Planet atau Discovery Travel, hanya ini versi Indonesianya. Dan memang bisa dibilang mereka adalah kategori penjelajah yang militan.
Indohoy dicetuskan dan dijalankan oleh Murni Amalia Ridha (Mumun) dan Saphira Tanka Zoelfikar (Vira) sebagai sebuah situs berbagi informasi tentang wilayah cantik Indonesia yang pernah mereka kunjungi. Situs yang sudah eksis di dunia maya sejak tahun 2009 ini merupakan pengejawantahan bentuk gregetan mereka berdua yang hobi jalan-jalan ke berbagai destinasi di Indonesia, namun kesulitan mencari informasi praktisnya di internet.
“Negara-negara tetangga yang potensi alamnya, sejauh kami lihat, enggak lebih kece dari Indonesia, kok pariwisatanya bisa lebih maju dan informasinya lebih mudah didapat? Jadi kami tergerak untuk menyediakan informasi itu [untuk Indonesia]. Kemudian lahirlah situs ini dan [diluncurkan] April 2009,”begitu kata Vira.
Konten dari Indohoy ini bisa jadi menarik dan bisa dipercaya sebagai panduan bagi pengunjung yang belum pernah menjelajah tempat itu. Sebab, selama empat tahun ini, sebagian besar lokasi-lokasi yang diulas itu adalah cerita pengalaman Vira dan Mumun sendiri. Mereka pernah hadir di sana, menjelajah ke sana kemari, dan kini membagikannya kepada pengunjung Indohoy. Hingga saat berita ini diturunkan, Indohoy telah menerbitkan sebanyak 538 artikel dari wisata Indonesia.
“Sejauh ini, beberapa post yang paling populer adalah tentang Kepulauan Derawan, Pulau Rote, perlombaan Pacu Jawi, dan artikel-artikel tentang pantai. Tapi mungkin itu karena konten kami lebih banyak tentang pantai dan kota. Kami kurang bahan tentang gunung,” tutur Vira.
Selain itu, Indohoy juga menerima kontribusi tulisan dari petualang lain yang punya pengalaman berkunjung ke sebuah tempat. Indohoy menerima kontribusi berupa artikel yang dilengkapi foto-foto maupun foto saja yang disertai caption singkat. Sejauh ini menurut Vira, situs ini telah menerima sekitar 20 artikel dan foto-foto. Ya, di situsnya juga terdapat fitur snapshot, kumpulan foto lokasi hingga festival daerah.
“Tapi kesempatan itu selalu terbuka kok. Kalau ada kendala bahasa pun kami siap bantu, menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Tapi memang kontennya harus kita seleksi, tetap sesuai dengan core Indohoy,” jelas Vira.
Alasan memilih penulisan dalam bahasa Inggris adalah untuk memberikan informasi kepada dunia dalam bahasa global. Target pembaca Indohoy bukan hanya Indonesia melainkan internasional. “Selama empat tahun terakhir memang traffic-nya naik, pelan tapi pasti. Sebenarnya para traveler asing itu target utama kami, tapi kami justru masih kesulitan menembus traffic dari luar Indonesia. Kami harus bersaing dengan blogger-blogger lain dan harus bisa menulis dengan menarik tapi tetap jujur.”
Strategi marketing yang dijalankan sejauh ini adalah dengan aktif menyapa pejalan yang pernah atau akan ke Indonesia. “Kami juga mencoba konsisten agar brandnya kuat sehingga orang akan ingat sama Indohoy saat mereka membutuhkan informasi jalan-jalan terutama yang berbahasa Inggris.’
Untuk ke depannya, tak menutup kemungkinan Indohoy akan membuat trip organizer atau bekerja sama dengan trip organizer, tetapi saat ini Indohoy masih fokus di website dulu.