Kebijakan transportasi di kota-kota besar di Indonesia umumnya mendukung inisiatif pembangunan jalan. Hal ini didasari oleh keyakinan bahwa membangun lebih banyak jalan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas. Padahal, ada isu yang lebih mendasar yaitu transportasi publik. Layanan yang kurang andal dan memadai menyebabkan meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi, pada akhirnya menimbulkan kemacetan dan polusi.
Salah satu transportasi umum yang banyak digunakan untuk kebutuhan mobilitas sehari-hari masyarakat di kota-kota di Indonesia adalah “angkot”. Angkot merupakan respons sosial dan informal terhadap masalah transportasi di Indonesia. Mereka tidak hanya menyediakan layanan transportasi di daerah padat penduduk, tetapi juga merupakan sumber mata pencaharian utama bagi pengemudi lokal dan keluarga mereka. Pemerintah kota menghadapi kesulitan dalam mengelola angkot karena tingginya tingkat informalitas dalam rute dan struktur tarif.
Jaramba hadirkan solusi untuk bisnis angkot
Salah satu pasar terbesar angkot adalah anak sekolah. Penerapan school from home (SFH) otomatis berdampak pada penghasilan yang menurun serta jumlah armada yang semakin berkurang. Namun, rencana pemerintah yang akan mulai menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) penuh di awal tahun 2022 dapat menjadi peluang bagi sektor angkutan umun (angkot) untuk kembali bangkit.
Dalam keterangan resmi, Founder & CEO Jaramba Anugrah Nurrawa mengungkapkan, “Kami menawarkan solusi mobilitas yang menyediakan semua informasi yang diperlukan, memungkinkan transportasi antarmoda, dan membayar di muka untuk semua tiket yang dibutuhkan. Kami bertekad menjadi penyedia layanan mobilitas unggul di Indonesia, dimulai dengan digitalisasi angkot.”
Terinspirasi dari negara-negara maju yang sudah memiliki sistem transportasi umum yang baik, Jaramba ingin menghadirkan layanan yang bisa menjadikan perjalanan dengan transportasi umum (utamanya angkot) lebih mudah dan andal. Jaramba memberdayakan angkot melalui kerja sama kelembagaan dengan koperasi-koperasi angkot. Layanan ini hadir untuk memungkinkan distribusi penghasilan yang lebih adil antara sopir, juragan, dan koperasi.
Tantangan datang dari lingkungan yang masih sangat informal dan membutuhkan edukasi mendalam terkait solusi digital. Jaramba dengan rutin melakukan sosialisasi dan edukasi mendasar pada pihak-pihak terkait di lapangan. Perusahaan juga menggelar “Jaramba Week”, selama sepekan mereka membagikan voucher yang bisa digunakan untuk membayar angkot dengan cara memindai QR Code yang sudah disematkan pada angkot tertentu.
Jaramba week, yang kemudian diperpanjang menjadi 2 minggu menunjukkan adanya demand dari masyarakat setempat. Aksi ini menghasilkan total 307 registrasi serta 888 total voucher yang berhasil di redeem dengan 105 armada yang beroperasi di 3 jurusan. Saat ini Jaramba sudah bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Kota Bandung serta Kopamas, sebuah koperasi angkot yang menaungi 3 trayek di antaranya: Sederhana – Cimindi, St.Hall – Gunung Batu, dan St.Hall – Sarijadi.
Melihat animo masyarakat serta aktivitas yang mulai kembali normal, Jaramba optimis bisa mendapat momentum di tahun 2022. Pada tanggal 7 Januari 2022, Jaramba berencana menggelar soft launching aplikasi mereka, mencakup empat trayek untuk angkot serta 1 trayek untuk Damri. Saat ini, perusahaan juga telah menandatangani MoU dengan Dishub Jawa Barat untuk pengembangan solusi digitalisasi angkot.
Untuk saat ini, monetisasi yang dilakukan Jaramba adalah dengan mengambil fee sebesar 8% dari total tarif pada setiap perjalanan yang terjadi di atas platform. Namun, timnya juga mengungkapkan akan segera mengembangkan sumber revenue mereka melalui iklan setelah mendapat cukup traksi dalam aplikasinya.
Jaramba telah memulai penelitian serta pengembangan intensif untuk solusi ini sejak awal tahun 2021. Pada bulan Agustus lalu, perusahaan berhasil mendapatkan pendanaan pre-seed senilai $100 ribu atau setara 1,4 miliar Rupiah dari Antler, sebuah VC tahap awal sekaligus startup enabler. Jaramba menjadi satu-satunya startup Indonesia yang menerima pendanaan dalam kohort SG8 (Singapura).
Dalam diskusi singkat bersama tim DailySocial.id, Anugrah atau akbra disapa Aso juga mengungkapkan rencananya untuk menggalang dana di tahun 2022. “Setelah soft launching, rencananya akan mempersiapkan untuk seed round. Targetnya sekitar $1 juta untuk ekspansi ke 24 kota di pulau Jawa dalam waktu 18 bulan,” ujarnya. Penggalangan ini ditargetkan untuk rampung sebelum bulan April 2022.
Solusi mobility as a service
Konsep mobility as a service (MaaS) sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Gojek atau Grab. Solusi ini menawarkan layanan dengan kebutuhan transportasi pelanggan/pengguna/wisatawan sebagai fokus utamanya. Namun, MaaS melibatkan lebih dari sekadar berbagi tumpangan berbasis aplikasi. Solusi ini mewakili cara berpikir yang benar-benar baru tentang mobilitas dan transportasi, selaras dengan definisi smart city yang modern.
Pemerintah Indonesia sendiri saat ini begitu berkomitmen untuk menyadarkan masyarakat dan mengedukasi bahwa penggunaan kendaraan umum adalah jauh lebih baik dari kendaraan pribadi. Salah satunya melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia mengenai pengurangan emisi melalui integrasi dan optimasi dalam transportasi umum di Indonesia. Hal ini terkait mereduksi penggunaan BBM dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk penggunaan kendaraan umum yang sejalan dengan kebijakan Pemerintah.
Pandemi COVID-19 berdampak negatif pada mobilitas sebagai pasar jasa. Dengan diterapkannya aturan penguncian dan jarak sosial, di seluruh dunia, kebutuhan akan mobilitas telah berkurang kecuali untuk keperluan darurat. Selain itu, norma jarak sosial di berbagai negara memaksa orang untuk memilih transportasi pribadi daripada layanan ride-hailing biasa.
Mengutip laporan ResearchandMarket.com, pasar mobilitas sebagai layanan siap untuk tumbuh sebesar $ 235,00 miliar selama 2021-2025 berkembang pada CAGR 34% selama periode perkiraan. Hal ini didorong oleh peningkatan penggunaan perangkat terhubung pintar, peningkatan permintaan untuk efisiensi dalam operasi, dan pergeseran adopsi dari model CAPEX ke model OPEX.
Sektor transportasi disebut masih berada di awal periode disrupsi yang signifikan, dengan teknologi, produk, dan layanan baru yang secara fundamental mengubah harapan dan peluang pelanggan. Sebelumnya merupakan ranah yang didominasi oleh kendaraan pribadi yang disandingkan dengan angkutan umum, saat ini transportasi menjadi topik yang jauh lebih kompleks dengan berbagai tantangan baru namun juga peluang yang luas.