Dark
Light

Misi Vexanium Perkuat Ekosistem Blockchain di Indonesia

2 mins read
November 23, 2021
Founder Vexanium Danny Baskara / Vexanium
Founder Vexanium Danny Baskara / Vexanium

Sempat berkiprah di awal mula perkembangan startup Indonesia melalui Evoucher, Danny Baskara–yang sejak lama memiliki ketertarikan di dunia kripto dan blockchain–pada tahun 2019 meluncurkan Vexanium sebagai sebuah public blockchain lokal.

Membangun infrastruktur blockchain, Vexanium menyediakan beberapa fitur teknologi berbasis blockchain yang bisa dimanfaatkan entitas digital. Mereka juga memiliki token digital sendiri yang bernama Vexanium Coin atau Vex.

Vexanium sebagai public blockchain merupakan organisasi DAO pertama di Indonesia. Berada di bawah entitas Yayasan Vexanium Teknologi Nusantara, tahun 2022 mendatang mereka memiliki beberapa rencana yang ingin dicapai, sesuai dengan semangat desentralisasi komunitas dan bagaimana pengguna bisa tumbuh bersama.

Pasar blockchain Indonesia

Masih rendahnya kepercayaan dan edukasi masyarakat Indonesia tentang kripto dan blockchain di tahun 2017 membuat Danny sempat enggan membangun bisnis berbasis blokchain. Namun, setelah mendapat nasihat dari salah satu mentor untuk mulai membangun infrastruktur kepada komunitas kripto di Indonesia, Danny memutuskan membangun infrastruktur blockchain yang bisa digunakan semua pemain lokal tanpa harus memanfaatkan platform asing.

Untuk mematangkan ide bisnisnya, Danny mempelajari lebih mendalam tentang kripto dan blockchain selama 5-6 bulan di Tiongkok. Akhirnya ia meluncurkan Vexanium dengan semangat membangun infrastruktur blockchain di Indonesia.

“Untuk blockchain sendiri ada dua kategori, yaitu bisnis yang berdasarkan project base dan infrastruktur. Untuk infrastruktur sudah jelas desentralisasi dan tidak ada pihak yang memiliki entitas ini, karena semua bisa menjadi miner dan berpartisipasi,” kata Danny.

Secara khusus terdapat tiga core di blockchain, yaitu Bitcoin, Ethereum dan EOSIO. Untuk memudahkan bisnis menggunakan Vexanium, model turunan teknologi yang digunakan Vexanium adalah EOSIO.

Di blockchain juga dikenal dua jenis model, yaitu Transaction Model dan Resource Model. Untuk Transaction Model, seperti Ethereum atau blockchain pada umumnya, fee setiap transaksi dibebankan kepada pengguna.

Sementara Resource Model adalah bisnis yang menyewa resource untuk memproses data (serupa dengan bisnis model hosting). Model ini lebih cocok ke bisnis yang sentralisasi atau bisnis yang tidak membebankan transaksi kepada pengguna.

“Kita percaya di masa mendatang akan ada dua pilihan di bisnis ini, yaitu pelanggan yang membayar atau bisnis yang membayar. Konsep ini kita yakin bisa dibawa kepada perusahaan yang nondesentralisasi. Ada proyek di bawah Vexanium yang tidak sepenuhnya desentralisasi,” kata Danny.

Ekosistem Vexanium / Vexanium

Ada beberapa fundamental yang bisa didisrupsi dari solusi berbasis blockchain. Yang pertama adalah bisnis yang berhubungan dengan finansial. Yang kedua adalah database yang dulunya bersifat sentralisasi, bisa didisentralisasi dengan menggunakan blockchain. Yang ketiga adalah yang berhubungan dengan sertifikasi, misalnya seperti NFT.

Di Indonesia sendiri saat ini ada tiga kategori jaringan publik yang populer. Mereka adalah Binance Smart Chain (BSC), Ethereum dan Vexanium. Menurut Danny, karena sifatnya lebih fleksibel, BSC menjadi pilihan terbanyak komunitas di Indonesia.

Tercatat saat ini sudah ada 50 entitas bisnis yang menggunakan Vexanium, termasuk tiga startup yang menghadirkan solusi berbasis NFT yang populer tahun ini, yaitu Kolektibel, Baliola dan Rivernity.

Rencana bisnis tahun depan

Berbeda dengan model bisnis pada umumnya yang mengenakan biaya untuk pemanfaatan teknologi dan produk, Vexanium–karena fokus pada basis komunitas–tidak menerapkan strategi monetisasi pada umumnya. Keunikan  ekosistem desentralisasi telah memberikan kesempatan agar monetisasi dibagikan sesuai dengan stakeholder. Pengguna juga bisa menjadi bagian dari komunitas.

“Idealnya pengguna yang memiliki kripto Vexanium bisa menikmati hasil tersebut juga. Dengan cara ini bisa membuat ekosistem lebih baik. Ketika pengguna puas mereka bisa membangun sesuatu di Vexanium. Itulah kelebihan dari desentralisasi,” kata Danny.

Ada beberapa target yang ingin dicapai yayasan di tahun 2022. Setelah sepanjang tahun ini fokus Vexanium adalah mengajak lebih banyak ekosistem berdiri di atas infrastrukturnya, tahun depan mereka berharap bisa menjembatani beberapa solusi blockchain.

Hal tersebut, menurut Danny, menjadi kelebihan solusi berbasis blockchain, yaitu bisa melakukan komunikasi antara yang satu dan yang lainnya. Ke depannya diprediksi tidak ada lagi batasan antara satu solusi blockchain dengan lainnya.

“Tahun 2022 kita juga ingin mengajak lebih banyak pengguna yang membangun smart contract di atas Ethereum dan BSC dengan basis Ethereum Virtual Machine (EVM) agar kemudian published di [infrastruktur] blockchain Vexanium. Secara teknis hal tersebut bisa dilakukan,” kata Danny.

Startup fintech lending KlikACC mengumumkan rebranding menjadi KlikA2C (access to credit) untuk mempertegas komitmen perusahaan dalam memberikan akses kredit produktif UMKM
Previous Story

Startup Fintech Lending KlikACC Lakukan “Rebrand”, Pertegas Komitmen ke Sektor Produktif

Next Story

8 Smartphone di Bawah 10 Juta dengan Penyimpanan Internal 64 GB

Latest from Blog

Don't Miss

AVITA Umumkan 2 Seri Laptop Baru untuk Indonesia: SATUS S dan PURA A+

Pandemi COVID-19 mengubah kebiasaan banyak orang dalam bekerja dan belajar.
Sega batalkan rencana kembangkan game blockchain

Berubah Haluan, Sega Batalkan Rencananya Kembangkan Game Blockchain

Pamor game blockchain belakangan relatif meredup. Termakan hype AI itu