Prediksi nilai ekonomi digital Indonesia yang bakal terus bertumbuh pesat hingga senilai ratusan miliar dolar, nyatanya selaras dengan upaya menggenjot pertumbuhan industri startup digital tanah air. Di tengah pangsa pasar internet yang mencapai hampir lebih dari 200 juta pengguna, industri startup Indonesia punya potensi besar.
Di samping telah melahirkan beberapa startup bervaluasi “unicorn”, industri startup Indonesia juga telah memiliki 43 startup bervaluasi “centaur” (perusahaan dengan valuasi di atas USD 100 juta), yang tentu berpotensi pula menjadi startup unicorn selanjutnya. Meski demikian, di balik potensi yang gemilang, tentu ada tantangan yang perlu kita hadapi bersama, salah satunya terkait dengan kemampuan daya saing startup lokal. Hal ini patut jadi perhatian, sebab, dalam laporan yang dirilis oleh Startup Genome Report, 70 persen kegagalan startup disebabkan oleh rencana penskalaan bisnis yang prematur, dengan salah satu faktornya yakni ketidaksiapan startup dalam meramu produk dan kegagalan menjawab kebutuhan pasar.
Lalu bagaimana semestinya industri menyikapi tantangan tersebut? Metode penguatan produk dan model bisnis melalui pendekatan “product market fit” bisa menjadi metode yang diadaptasi oleh para pelaku startup. Marc Andreessen, seorang investor kawakan dari ventura kapital ternama Silicon Valley, Andreessen Horowitz mendefinisikan, product market fit adalah sebuah skenario (situasi) di mana bisnis (startup) berada di posisi pasar yang baik, dengan produk yang dapat memuaskan pasar tersebut. Product market fit dianggap tidak berjalan dengan baik apabila respon pasar terhadap jasa atau produk yang ditawarkan tidak memberikan value, tidak adanya promosi organik dari mulut ke mulut, hingga nihilnya ulasan dari konsumen. Bagi calon pendiri startup yang sukses, hal ini tentu jadi pekerjaan rumah yang mesti ditanggulangi sejak dini – atau setidaknya sejak startup berada di fase early-stage (awal).
Tantangan itu yang menjadi latar belakang bagi banyak entitas di dalam lingkup ekosistem teknologi dan ekonomi, untuk menggerakkan inisiatif program inkubasi yang menargetkan lahirnya startup-startup lokal berdaya saing global. Seperti yang dihadirkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dalam meluncurkan Startup Studio Indonesia, sebuah program inkubasi intensif yang berfokus pada pembangunan kompetensi startup yang berada di fase early-stage.
Diinisiasi untuk menjawab berbagai tantangan di atas, program inkubasi Startup Studio Indonesia membuka akses yang lebih besar bagi startup yang berada di fase awal tersebut, untuk mengembangkan dan memperkuat bisnis, sehingga mampu berkompetisi baik di kancah lokal maupun global.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc mengatakan “Kominfo secara konsisten berkomitmen untuk terus memajukan ekosistem startup Indonesia. Melalui program Startup Studio Indonesia, Kominfo menyediakan fasilitas akses bagi early-stage startup mengembangkan potensi bisnisnya yang menitikberatkan pada penguatan produk (product market fit) dan akses jejaring bisnis.”
Mengusung konsep “More Brainstorming, Less Classes” program inkubasi Startup Studio Indonesia fokus memberikan pembekalan ilmu dan wawasan praktis. Di antara lain; pendalaman kompetensi akan metode product market fit, pengembangan talenta, hingga menyediakan dukungan bimbingan dan konsultasi oleh mentor dan coaching yang datang dari lebih 60 pendiri dan praktisi startup aktif dan terkemuka di Indonesia seperti dari; Sayurbox, Gojek, Xendit, Moka, Halodoc, Sociolla hingga partner dari East Ventures, serta perusahaan terkemuka lainnya yang berkomitmen memajukan industri startup tanah air.
Di samping itu, Startup Studio Indonesia juga senantiasa berperan aktif dalam menjalin semangat kolaborasi antar pemain startup, dalam membangun ekosistem ekonomi digital yang tangguh melalui transfer pengetahuan.
Italo Gani, Dewan Kurator Startup Studio Indonesia, dan Managing Partner Impactto mengapresiasi dukungan Kominfo terhadap komunitas early-stage startup. Menurut Italo, industri startup di Indonesia membutuhkan lebih banyak pendiri yang memiliki kemampuan menciptakan inovasi produk yang menjawab permasalahan yang ada di masyarakat, dan mengeksekusi ide tersebut dengan sangat baik. “Indonesia masih kekurangan product person yang dapat memetakan kebutuhan pasar lokal dan mengembangkan customer traction secara konsisten. Padahal kekuatan produk sangat penting dalam memastikan keberlangsungan bisnis. Startup Studio Indonesia diharapkan dapat mencetak para pendiri startup yang kuat dalam aspek ini.”
Dalam program inkubasi tiga bulan tersebut para pendiri early-stage startup akan mengikuti serangkaian kegiatan mentoring dan coaching dalam program bernama Founder’s Camp dan 1-on-1 Coaching oleh lebih dari 60 pendiri dan praktisi startup aktif dan terkemuka dari berbagai sektor bisnis.
Startup yang hadir bisa berkonsultasi, berdiskusi, juga brainstorming guna menemukan solusi dari masalah yang dihadapi oleh para startup. Di akhir program, tiap startup yang bergabung akan diberikan kesempatan mempresentasikan bisnis startupnya kepada para stakeholders yang menghadiri acara Milestone Day, yakni dari lembaga pemerintah, pemodal ventura, korporasi dan media, sehingga dapat memberikan kesempatan menjalin koneksi kedepannya pada setiap pemangku kepentingan yang hadir.
Startup Studio Indonesia terbuka untuk semua early-stage startup yang saat ini dalam tahap pendanaan Bootstrap, Angel, Pre-seed, hingga seed, maupun yang sedang mencari pendanaan Seed, Pre-Series A, hingga Series A. Adapun sejumlah syarat dan ketentuan yang patut diperhatikan bagi calon peserta, antara lain startup yang dimiliki telah memiliki traksi selama 3 hingga 6 bulan, telah berbadan hukum, memiliki tim pendiri (founder) secara penuh waktu, dan yang tak kalah penting, calon peserta juga mampu menunjukan potensi menuju product market fit dan market scale-up.
Program dari Kominfo ini tak perlu diragukan, Startup Studio Indonesia mampu membawa 2 startup lulusannya mendapatkan investasi dari Venture Capital yaitu Justika dan Feedloop. Pun alumni batch pertama, Verihubs, sebuah startup platform verifikasi untuk fintech terpilih sebagai salah satu startup dari Indonesia yang mendapat kesempatan diakselerasi oleh salah satu akselerator terbaik di dunia asal Amerika, Y Combinator. Bahkan, sekitar 40% lulusan Startup Studio Indonesia memiliki lebih dari 20% month-to-month traction growth, di atas rata-rata industri.
Setelah sukses membantu 20 perusahaan rintisan mengembangkan bisnis mereka pada batch 1 dan 15 perusahaan rintisan pada batch 2. Startup Studio Indonesia hadir kembali membuka pendaftaran batch 3 untuk memberikan akses pemerataan pengetahuan, kompetensi, dan koneksi bagi early-stage startup di Indonesia. Pendaftaran dibuka 15 Juli – 15 Agustus 2021 dan gratis tanpa memungut biaya dari peserta. Temukan solusi bagi permasalahan bisnismu sekarang. Daftar segera di https://startupstudio.id/.