Startup selalu menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan setiap waktu. Hal tersebut berkembang seiring banyaknya minat pebisnis yang ingin mengakselerasi usaha rintisannya. Namun untuk menjadi pebisnis yang berhasil, tentu bukan hal yang mudah. Pebisnis membutuhkan kerja keras, ketekunan, keuletan, kedisiplinan, dan tanggung jawab, agar mampu bertahan dan bersaing di tengah persaingan yang semakin ketat.
Salah satu metode yang cukup populer di kalangan pebisnis startup adalah lean startup. Apa itu lean startup? Apa tujuan dari lean startup? Bagaimana contohnya?
Lean startup adalah suatu metode untuk mengembangkan bisnis dalam waktu yang singkat menyesuaikan kebutuhan target pasar dengan cara melibatkan pelanggan dalam pengembangannya. Mudahnya, dalam menerapkan lean startup, pebisnis berfokus terhadap pengembangan produk agar dapat segara dilakukan pengujian langsung dan mendapatkan feedback dari pelanggan. Jadi, perusahaan akan merilis contoh produk ke pelanggan dan meminta pendapat pelanggan mengenai produk tersebut.
Tujuan lean startup adalah untuk meminimalkan resiko saat mendirikan sebuah startup. Salah satu yang dapat meminimalkan risiko tersebut adalah dengan menciptakan produk yang sesuai dan disukai pelanggan. Maka dari itu, diperlukan konsistensi belajar hal baru saat proses pengembangan produk dan berani mengeksperimenkan produk tersebut dalam melakukan metode lean startup.
Contoh lean startup adalah perusahaan merilis produk kepada pelanggan dan meminta pendapat mereka mengenai produk tersebut. Jika produk tidak sesuai kebutuhan dan tidak memberikan kepuasan terhadap pelanggan, maka perusahaan agar segera mengetahui dan segara dibuatkan keputusan membuat produk baru atau hanya meningkatkannya saja. Brand terkenal seperti Dropbox hingga Wealthfront merupakan beberapa perusahaan sukses yang menerapkan metode lean startup.
Hal utama dari metode lean startup adalah mengembangkan produk baru sesuai dengan kebutuhan para pelanggan. Banyak sekali ditemukan kesalahan dari perusahaan startup adalah memulai bisnis dengan menemukan ide, lalu membuat produknya yang perusahaan pikir produk tersebut diinginkan oleh pelanggan. Alih-alih dapat memberikan kepuasan terhadap pelanggan, ternyata bisa saja produk tersebut tidak disukai. Hal tersebut menjadi pemicu bisnis tidak berakhir dengan baik, bahkan tidak sedikit perusahaan startup yang gagal karena produknya tidak disukai oleh pelanggan.
***
Disclosure: Artikel ini ditulis oleh Muhamad Dika Wahyudi