Canalys, sebuah lembaga analisa independen yang berkecimpung di industri digital, Kamis (14/8) kemarin merilis sebuah laporan yang mungkin akan membuat penggemar perangkat tablet Android agak sedikit “panas”. Mengapa hal tersebut mungkin dapat terjadi? Pasalnya, laporan terbaru dari Canalys tersebut menyebutkan sekitar setengah dari 50 aplikasi teratas baik yang berbayar maupun gratis yang tersedia di App Store (dalam hal ini berbasis di regional US) tidak dioptimalisasi atau bahkan tidak tersedia pada perangkat tablet Android.
Melalui laman press release resmi Canalys, disebutkan terdapat sekitar kurang lebih 30% aplikasi populer yang termasuk dari bagian 50 teratas aplikasi berbayar dan gratis untuk versi iPad, tidak tersedia sama sekali di laman Google Play sebagai kanal utama pengunduhan aplikasi resmi untuk perangkat Android.
Melihat persentase tersebut, mungkin Anda akan berfikir aplikasi yang tidak terdapat pada Android pastilah aplikasi yang dikembangkan merupakan buatan internal Apple sendiri, Anda salah! Menurut data yang dirilis Canalys, mungkin akan kembali menjadi hal yang menyebalkan bagi Android fanboys, ya seperti yang diduga sejumlah pengembang-pengembang besar seperti Electronic Arts maupun Disney pada laporan tersebut tercatat ada beberapa aplikasinya yang tidak dikembangkan untuk platform Android, alias eksklusif untuk iPad.
Masih dari laporan yang sama, Canalys juga mencatat fakta “menyedihkan” lainnya yang menyoroti kekurangan ekosistem Android. Pada laporan tersebut dirincikan ada sekitar 18% aplikasi yang tersedia tidak ditampilkan secara optimal pada perangkat tablet Android atau dengan kata lain, tampilan user interface dari sejumlah aplikasi tersebut masih layaknya tampilan di smartphone yang tidak fit to screen dan yang pasti mengganggu navigasi dari aplikasi-aplikasi tersebut.
Menyoroti laporan ini, analis senior dari Canalys, Tim Shepherd, dalam rilisannya memberikan suatu kesimpulan bahwasanya masih banyak pengembang yang tidak menjadikan platform Android sebagai prioritas utama dalam pengembangan aplikasi-aplikasinya. “Alasannya cukup sederhana, membangun sebuah pengalaman aplikasi yang berkualitas tinggi untuk tablet Android belum menjadi prioritas utama bagi banyak pengembang untuk saat ini,” ujar Tim.
Dirinya juga menambahkan, bentuk prioritas dari para pengembang di seluruh dunia juga dapat terlihat dari jumlah aplikasi bagi pengguna iPad sangat berbanding jauh dengan jumlah aplikasi yang dikembangkan khusus untuk tablet Android. “Saat ini ada lebih dari sekitar 375.000 aplikasi yang tersedia untuk pengguna iPad di App Store, sementara itu Google Play hanya memiliki setidaknya beberapa puluh ribu saja (untuk tablet Android),” tambahnya.
Melihat kondisi saat ini, pucuk permasalahannya tentu berada di pundak Google, sebagai pengembang sistem operasi Android, yang pada platform smartphone-nya merupakan pesaing berat iOS. Tentu dari laporan ini berarti Google masih memiliki beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, seperti mendorong sejumlah pengembang untuk berinvestasi mengembangkan aplikasi berkualitas untuk Google Play, hingga yang terpenting adalah meningkatkan rasa kepercayaan konsumen dalam mendaftarkan kartu kredit dan rincian tagihan mereka, sehingga hal yang menjadi penghalang konsumen untuk mengunduh secara gratis apalagi berbayar dapat segera diminimalisir.
Tentu setelah laporan dari Canalys yang menghadirkan sejumlah kekurangan dari kompatibilitas perangkat tablet Android ini, diharapkan Google mampu menghadirkan layanan bagi Google Play jauh lebih baik lagi serta membangun ekosistem yaang menyeluruh tidak hanya berfokus pada perangkat smartphone saja namun juga pada perangkat tablet Android yang sesungguhnya memiliki kemampuan yang kompetitif dengan pesaing beratnya.