Dalam rangka menjadikan aplikasinya lebih inklusif dan lebih mudah diakses oleh lebih banyak pengguna, TikTok baru saja meluncurkan fitur Auto Captions. Sesuai namanya, fitur ini dirancang supaya kreator bisa menambahkan caption atau subtitle secara otomatis ke konten yang dibuatnya.
Berhubung otomatis, sudah pasti fitur ini memanfaatkan teknologi speech-to-text, dan itu berarti dukungan bahasanya harus ditambahkan satu per satu. Untuk sekarang, bahasa yang didukung baru Inggris (aksen Amerika Serikat) dan Jepang, namun TikTok berniat menambahkan dukungan bahasa-bahasa lainnya dalam beberapa bulan mendatang.
Semoga saja dukungan untuk bahasa Indonesia bisa datang dengan cepat, meski mungkin penerapannya agak tricky mengingat pada praktiknya kita lebih banyak mencampurkan bahasa gaul ketimbang sepenuhnya mengacu pada EYD.
Tujuan diciptakannya fitur ini tentu adalah supaya konten di TikTok juga bisa ikut dinikmati kaum tuna rungu, tidak ketinggalan pula mereka yang mengalami gangguan pendengaran. Kendati demikian, fitur ini pasti juga akan sangat berguna buat siapapun yang sedang dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk mendengarkan audio.
Misalnya saja buat para orang tua yang mungkin setiap harinya cuma punya kesempatan untuk membuka TikTok di malam hari, tepatnya ketika anaknya yang masih bayi sedang tidur, fitur ini jelas bakal sangat membantu mereka memahami isi video tanpa harus mendengarkan audionya dan berpotensi membangunkan sang buah hati.
Kreator dapat mengaktifkan fitur Auto Captions ini ketika mengedit videonya, dan mereka juga dipersilakan untuk menyunting subtitle yang dihasilkan secara otomatis seandainya ada kesalahan. Buat para penonton, mereka bebas mematikan subtitle kapan saja dengan mengklik tombolnya di share panel.
Auto Captions baru satu dari sejumlah upaya yang TikTok lancarkan untuk meningkatkan aksesibilitas. Sebelum ini mereka juga sudah menghadirkan fitur text-to-speech, serta yang tidak kalah penting adalah fitur untuk mengingatkan para kreator terkait video-video yang bisa memicu epilepsi fotosensitif.
Sumber: TikTok. Gambar header: Depositphotos.com.